Ramalan

68 6 3
                                    

*ASHLEY POV*

Ran hanya menggumam sebentar lalu kembali menangkupkan kepalanya di satu ini memang hobi banget tidur di kelas. Moto Ran itu "Tidur untuk hidup! Hidup untuk tidur!" Asal bengong sedikit, Dia tidur. Guru meleng dikit, Dia tidur. Bener-bener   cocok jadi pemeran Sleeping Beauty. Tapi Sleeping Beauty-nya Ran gak boleh ada tokoh pangerannnya. Lagi pula, pangeran mana yang   berani bangunin? Jangankan mencium moncolek saja bisa kena gampar.

"Kamu  berdua kenapa sih?" Adis ikutan sewot. Sudah dua kali Dia terkaget-kaget mendengar teriakan-teriakan kami. Yang kedua lebih parah, Adis sempat menjatuhkan kartunya. Ramalan kacau dalam sekejap. Lebih dari selusin tatapan orang di sekitar Adis yang siap membunuh Aku dan   Kendall.

"Hehehe.... Nggak! Ini si Ashley, Dia belom izin ke Papanya untuk  dateng ke ultah Aku. Kan gak seru kalau ada satu anak yang gak dateng." Kendall mencoba memberikan penjelasan yang disambut seloroh anak-anak yang lain.

"Iya, Ash! jangan sampai gak dateng, ntar kamu gak bisa lihat aksi nge-dance Aku!" Dinnar nyambung dengan pede.

"Kamu juga gak bisa makan-makanan yang enak-enak!" sambung Cherry yang agak overweight

"Dan yang pasti kehilangan kesempatan ketemu cowok-cowok!!!" ucap Sharron dengan nada didramatisir. Cewek-cewek lain mengangguk setuju.

"Yaaah... jangan pada ngomong begitu doong!" ujarku memelas. "Aku pengin dateng kok! Tapi itu dia, Aku mesti minta izin Papa Aku dulu..."

"Lagian Papa kamu ribet banget sih, Ash. Izin aja susah! Iiih... gak enak banget hidupnya! Dikekang Papa sendiri," ujar Dinnar.

JRENG!!! Sepasang mataku langsung berkilat garang. Apa maksud Dinnar menghina Papaku?

"HEH! KAMU KALAU NGOMONG DIPIKIR DULU YAH!" Aku dengan emosi langsung menunjuk Dinnar. "EMANGNYA KAMU TAHU APA?"

Serentak semua orang memandangku kaget, tak terkecuali Kendall.

DInnar yang gak menyangka bakal kena bentakanku langsung mendekat. "EH? KAMU MARAH? GITU DOANG KAMU MARAH? GAK ASYIK BANGET SIH JADI ORANG!" Dinnar   mendorong bahuku, "YA UDAH! GAK USAH DATENG AJA! SANA MINTA DIKELONIN SAMA PAPA KAMU YANG OVERPROTEKTIF ITU!" Ujarnya lagi.

Bruukkk! Aku langsung menerjang Dinnar. Gak ada maaf! Dia sudah menghina Papaku.

Aku dan Dinnar saling dorong, jambak, dan cakar. Anak-anak lain menjerit   histeris di sekitar kami. Mereka langsung berupaya mati-matian   memisahkan Aku dan Dinnar.

Dengan sekali sentak Sharron dan Mayra berhasil menarik mundur Dinnar yang dengan barbar menjabak rambutku. Sedangkan Aku menatapnya dengan napas memburu. Mataku terasa panas, sebuah sungai kecil mulai terbentuk di sana.

"KALIAN BERDUA UDAH GILA YAA!" Mayra menjerit nyaring, meletoti Aku dan Dinnar.

Aku menggigit bibir menahan amarah, Dinnar menatapku sangar.

"Kalian tuh ngerebutin hal yang gak penting tahu, gak?" bentak Mayra lagi.   "Kamu tuh ya, Din, mulut kamu ngapain ngomong kalau cuma nyakitin orang? Ngapain kamu pake ngata-ngatain Papanya Ashley? Ashley kan belom bilang dia dilarang dateng," Mayra ngomel-ngomel sambil berkacak  pinggang menatap Dinnar.

Iya tuh! Benar! Dia memang pengin cari musuh saja! desisku dalam hati.

"Dan kamu, Ash" Mayra menunjuk Aku. Aku tersentak kaget.

"Gak  penting banget kamu ngajak Dinnar berantem, cuma gara-gara kamu panas  denger kata-katanya. Kamu berdua kayak berantem ngerebutin cowok tahu,  gak?! Mending ada cowok ganteng yang direbutin, ini kan nggak," seloroh  Mayra lagi.

"BE MINE" (h.s)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang