Part 1

58.7K 1.7K 94
                                    

"Daddy!!!!!!" Teriak gadis kecil berumur 12 tahun.

Daddynya masih terlelap dikamar. Gadis itu mengguncangkan tubuhnya.

"Daddy, please wake up!"

Daddynya hanya berbalik badan tanpa membuka mata.

Ini adalah kelakuan yang masih sering terjadi antara anak dan ayahnya di rumah ini.

"Daddy, aku ambil rapot jam 9 hari ini, kok daddy lupa sih?" Gadis itu duduk di pinggiran tempat tidur.

Laki-laki yang masih gagah nan tampan itu langsung berbalik menghadap anak perempuannya.

Aduh kok gue lupa sih, anak gue baru ambil rapot hari ini.

Rapot bayangan pertama di SMP, dan ini pertama kalinya ia harus mengambil sendiri ke sekolah anaknya. Biasanya ada Dinda, adik sepupunya tapi hari ini Dinda ada acara belajar bersama di rumah temannya, maklum sudah kelas 3 SMA.

"Oh ya ampun, daddy lupa. Maaf ya sayangku, Kara" ia mengecup kening gadisnya yang sedang cemberut.

Di rumah sebesar ini, dia hanya tinggal berdua dengan gadisnya beserta 2 supir dan 3 orang pembantu. Bahkan terkadang Kara menginap di rumah omanya, ibu dari sang daddy, karena Kara tidak suka di rumah sendirian hanya ditemani pembantu sedangkan ayahnya sibuk sekali bekerja.

"Daddy cepat mandi, aku sudah siap nih" Kara berlari keluar dari kamar ayahnya.

Di lantai bawah, ada seorang ibu tua menunggu cucunya di ruang tamu.

"Mana Daddy, sayang?"

"Itu lagi mandi"

"Kara nggak bilang kan kalo oma di sini?"

"Enggak kok"

Kalau Kara bilang, pasti daddynya itu meminta omanya untuk mengambil rapot sedangkan belum pernah sama sekali daddynya direpotkan urusan sekolahnya Kara. Yah sekali-kali, laki-laki itu harus tau menau tentang pendidikan putrinya.

Bukannya tidak peduli, tapi daddynya ini sangat sibuk di kantor. Sebagai CEO perusahaan property Jeybrown Group yang sudah dilimpahkan kepadanya, ia harus benar-benar terus membangun perusahaan yang 8 tahun lalu sempat mengalami penurunan secara drastis. Berbeda dengan sekarang perusahaan itu sudah maju bahkan ia memiliki beberapa proyek di Eropa. Perusahaannya semakin terkenal di dunia bisnis ketika ia yang menggantikan ayahnya. Bagaimana tidak, masih muda, tampan, gagah, dan pintar, itu membuat mereka kagum.

Kara berteriak memanggil daddy ketika daddynya sudah rapi dengan stelan jas dan celana bahan warna abu-abu tua.

"Mama?"

"Hm. Kamu mau ke sekolah apa ke kantor? Rapi amat"

"Emang harusnya kaya gimana?" Dia masih menggenggam tangan gadisnya.

"Gak usah dipake jasnya, ribet banget mama liatnya"

"Iya mamaku yang cantik, yang masih muda bikin opa-opa naksir" ledeknya.

Kara tertawa dengan lucunya. Daddynya menggendong putrinya yang duduk dibangku kelas 1 SMP. Tidak terasa berat karena Kara kurus seperti ibunya waktu kecil juga.

"Tau kalo mama dateng ke sini, mending mama aja yang ke sekolah"

"Kamu itu ya, tiap kali suruh orang buat urusin Kara, sekali-kali dong kamu yang urus, yang antar-jemput, yang sediain perlengkapan sekolahnya. Daddy macam apa kamu itu"

"Iya iya, mam. Aku pergi dulu ya, kasian Kara udah nunggu di mobil."

"Andre" panggilnya mamanya lagi.

My Sweety Daughter [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang