To Be Continued

359 90 22
                                    

Aku sarankan untuk mendengarkan, 'If You're Not The One - Daniel Bedingfield'

"Belle, maaf."

"Maaf? maaf untuk apa?"

"Cuma, maaf."

"Kamu mulai aneh, Dev."

"Aku rasa, kita gak bisa terus seperti ini. Maaf aku gak bisa terus ngejagain kamu lagi, dan kuharap akan ada penggantiku yang akan menjagamu dengan lebih baik lagi."

"Apa-apaan sih?! Jangan ngawur Dev, woi lo udah bangun gak sih?!"

"Belle.."

"Maaf kelepasan! Abisnya apa-apaan tiba-tiba ngomong gitu sih, gak lucu tau ga, sama sekali gak lucu Dev!"

"Ini emang gak ngelucu.."

"Aku salah apa? Aku buat kesalahan apa selama ini? Aku gak selingkuh atau bahkan suka dengan cowo lain, Dev! Oh iya ada satu."

"....."

"Ayahku, ya tentu saja. Oh tidak, tidak, benar-benar ada satu lagi."

"Belle-"

"Kak Farel, iya walaupun terkadang dia ngeselin, tapi aku tetep sayang dengannya kok. Hahaha"

"Aku, pergi dulu."

"Ah gak, no! Dev, kita belom selese! Sekarang jelasin, apa alasan kita untuk berhenti disini? Apa aku tanpa sadar melakukan hal yang fatal??"

"Tidak, kamu gak salah Belle."

"Haha seperti ini dikatakan tidak melucu, jelas sekarang kalau aku gak punya salah kenapa kita harus berhenti sekarang!!"

"Aku gak bisa ngejelasin."

"Aku masih sayang kamu, Dev..."

"Jangan nangis, Belle. Maaf."

"Kamu tega.."

"Iya aku tega, aku jahat. Maaf."

"......"

"......"

"......"

"Sepertinya aku udah gak ada rasa,"

"......"

"Aku pergi dulu, mama manggil. Jangan nangis, dan jangan lupa jauhin coklat, Belle!!"


"WOI!!"

"Anjritt, kagetin!!" Aku tersentak dan menoleh pada dua kunyuk yang baru saja datang dan hampir membuatku jantungan. Siapa lagi kalau bukan Ica dan Arin, memang sialan mereka.

"Haha, lagian siapa suruh lo ngelamun di kelas, mana sendirian gini, mikirin Devian lagi? udahlah Clar, mungkin itu memang jalan terbaik." Ucap Arin dengan memasang wajah tanpa dosanya itu. Rasanya ingin sekali kujambak rambut ikalnya si Arin saat ini. Untung saja karena aku masih punya hati nurani nan suci.

"Lo gila?! Lo kan tau ceritanya! Dia mutusin gue tanpa alasan lho, Rin!!!" Sengaja kunaikkan nada suaraku agar mereka cepat tersadar dan tidak seenaknya saja menyuruhku menyudahi semuanya.

Dan mereka tampaknya sedang mengiyakan kata-kataku, sehingga kulihat mereka hanya saling menatap saat ini. "Clarr, lo lupa? dia bilang kan, kalo dia udah gak punya rasa.."

To Be ContinuedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang