To Be Continued

326 68 25
                                    


Bel penanda jam istirahat baru saja berderu, dan beruntungnya sampai jam ini masih belum ada salah satu guru yang masuk mengajar, atau bisa dibilang kelasku sedang jam kosong sejak tadi pagi.

Kecuali hanya ada salah satu guru yang masuk untuk mengabari bahwa guru yang seharusnya datang untuk mengajar kami sedang kurang sehat sehingga ia hanya menitipkan beberapa tugas kepada kami.

Walaupun murid kelasku sepakat dari awal untuk tidak mengerjakannya. Karena apa? karena suatu usaha yang di lakukan tanpa dihargai itu adalah suatu hal yang sangat sia-sia.

Tentu kami sudah mengetahui kalau saja dengan nurutnya kami membuat tugasnya lalu dikumpulkan ke mejanya, itu juga pasti tidak akan diperiksa atau bahkan dimasukkan ke daftar nilai kami. Benar kok. Nyatanya hal itu bukanlah terjadi untuk pertama atau kedua kalinya. Selalu.

Sehingga pada saat free time seperti ini sebagian murid di kelas bebas melakukan apapun, termasuk pada kelompok cewe yang sedang ber-selfie ria di pojok sana, dan bahkan lagi ada juga yang keluar pergi ke kantin.

Termasuk aku bersama Ica dan Arin tadi, sehingga saat jam istirahat ini bukannya berniat pergi untuk ke kantin aku malah hanya duduk santai di kursiku dengan earphone yang aku pasang ditelingaku.

Sedikit merasa bosan juga ternyata jika hanya menghadapi jamkos sedari tadi.

"Sshh." Merasakan lenganku yang disikut oleh seseorang yang ada di sebelahku, aku beralih menoleh dan mendapati Sania yang menduduki kursi Ica. Aku melepas earphone disebelah kananku.

"Clarr, itu di depan ada yang nyariin lo." Ujar Sania. Aku menyerngit dan mulai menebak. "Siapa? Devian?" Tanyaku langsung.

"Bukan! Anak baru kelas sebelah." Aku menampilkan aksi ber-oh ria dihadapan Sania lalu segera beranjak mendekati pintu kelas.

"Apaan, Dan?" Daniel langsung berdiri menghadapku setelah sebelumnya dia hanya berdiri bersandar dengan dinding kelasku.

"Kantin yuk!" Mesti banget si Daniel ngajakin aku apa?

"Temen kelas lo mana? Gak punya temen apa lo?" Daniel hanya mengangkat bahunya. "Pada ke Lab, mau latihan buat praktek. Gue mah males." Jawabnya enteng.

"Gue juga males, udah duluan tadi." Ucapku dengan melempar senyum kemenangan. Lagian ganggu banget padahal lagi pengen nyantai duduk diam dan dengerin lagu di kelas.

"Gitu amat, ayolah!" Daniel mulai menarik-narik lenganku dan mulai memasang wajah layaknya anak kecil yang meminta sesuatu kepada ibunya.

Tidak tahu mengatakan alasan lain lagi lantas aku hanya memutar bola mataku malas, dan berbalik melongokkan kepalaku ke dalam kelas. "San! Liat Arin ama Ica gak?"

Setelah melirik ke sekitar kulihat Sania hanya mengangkat kedua bahunya. "Tau, kantin lagi kali!" Jawabnya setelah itu. Padahal aku berniat mau mengajak mereka sekalian.

Daniel memasang wajah penasarannya saat ini, maklum soalnya aku belum pernah memperkenalkan mereka dengan si Daniel. Tanpa membuang waktu lebih lama lagi aku langsung berjalan mendahuluinya. "Yuk cepet."

Keadaan kantin saat ini tidak begitu ramai, aku dan Daniel saat ini pun memutuskan untuk duduk di meja yang sedikit jauh dengan rentetan para penjual. Entahlah, aku hanya seperti robot yang harus menurut pada pemiliknya ini sedari tadi.

To Be ContinuedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang