"Maaf, Ly menungguku lama." Hendra sudah telat hampir satu jam karena mendadak ada pasien yang harus operasi dan Hendra harus menanginya.
Lily hanya tersenyum, Lily sudah terbiasa menunggu Hendra. Ini bukan yang pertama kalinya, pernah waktu itu kita bertiga berencana pergi ke taman hiburan tapi saat perjalanan Hendra mendapat telepon dari rumah sakit dan akhirnya kami bertiga membatalkan pergi ke taman hiburan padahal kami sudah merencanakan itu dari jauh-jauh hari.
Lily juga sudah terbiasa jika saat kita berdua janji untuk sekedar minum kopi, Hendra datang telat beberapa jam bahkan Lily pernah menunggu Hendra sampai dua jam. Lily rela menunggu hanya untuk sekedar sharing dengan Hendra ataupun sebaliknya. Walaupun Hendra terkesan kaku tapi Lily tidak pernah merasa bosan saat Hendra ada di sampingnya. Lily sangat menikmati waktunya jika ia sedang berdua Hendra, waktu terasa begitu cepat berputar.
"Kamu memang sahabat yang paling super pengertian, Ly. Kamu sudah pesan makanan?" Tanya Hendra sambil membuka daftar menu.
Bibir Lily terasa kelu saat Hendra mengatakan kalau dirinya hanyalah seorang sahabat, membuat Lily ragu apakah persahabatan ini lebih penting daripada perasaannya. Andai saja Hendra mau datang ke apartemennya sebentar saja, setidaknya Hendra tahu bagaimana perasaannya selama ini.
"Lily, aku sedang berbicara denganmu. Kamu mau pesan apa? Sepertinya akhir-akhir ini kamu sering melamun."
Lagi-lagi Lily melamun, cepat-cepat ia tersadar dari lamunannya. "Aku tadi sudah makan duluan, aku tidak kuat karena tadi aku melewatkan makan siang. Aku pesan minuman lagi saja."
Hendra memanggil pelayan dan menyebutkan pesanannya. Setelah pelayan pergi, Hendra merogoh saku celananya dan mengembalikan kunci apartemen Lily. "Ini tidak seharusnya ada di tanganku."
"Ya sudah kalau kamu tidak mau menerimanya." Dengan kecewa Lily memasukan kunci apartemennya ke tasnya. "Padahal apa salahnya jika kunci itu ada di tanganmu? Kunci yang aku berikan padamu itu hanya kunci duplikat."
"Tetap saja itu bukan milikku."
"Mau mendengar cerita?" Tanya Lily setelah jeda cukup lama. Baru dua hari ia pindah ke Bandung, sudah hampir setengah mati Lily menahan rindu karena tidak bertemu Hendra
"Silahkan bercerita, telingaku selalu siap mendengarkan semua ceritamu, Ly." Hendra memang selalu menjadi pendengar yang baik untuk masalah apapun.
Lily mengambil nafas sebelum memulai ceritanya. "Ini tentang cinta seorang perempuan yang selalu pupus. Seperti kebanyakan orang, perempuan itu punya cinta pertama yang sulit dilupakan walaupun cinta pertamanya itu bertepuk sebelah tangan. Perempuan itu menyukai seorang pria sederhana, pria yang selalu menjadi pendengar yang baik untuknya tapi pria sederhana itu menghindar bahkan menjauh saat tahu perempuan itu menyukainya. Perempuan itu sangat menyesali sikapnya, andai saja pria sederhana itu tidak tahu tentang perasaannya mungkin perempuan itu tidak akan semenyesal ini." Lily mengambil jeda saat pelayan datang membawakan pesanannya.
"Lalu bagaimana dengan perempuan itu setelah pria sederhana yang disukainya malah menjauh?" Tanya Hendra saat pelayan berlalu dari mejanya. Hendra mencoba menyicipi pesanannya sambil menyimak cerita Lily.
"Perempuan itu tentu sangat sedih ditambah coban-cobaan besar yang menimpa perempuan itu. Sampai pada suatu hari perempuan itu menemukan kembali apa yang dinamakan cinta. Perasaan yang membuat perempuan itu kembali belajar apa saja yang disukai pria yang telah membuatnya kembali merasakan cinta. Perasaan yang berawal dari rasa kagum, pernahkah kamu mendengar cinta pada pendengaran pertama?" Tanya Lily sambil menyeruput minuman pesanannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/52823216-288-k827762.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Datang Terlambat
RandomKamu pernah jatuh cinta pada pendengaran pertama? Aku pernah.... Aku tidak tahu seberapa kuat aku tetap berada diposisi seperti ini? Aku masih menyimpan suatu perasaan yang aku sendiri tidak berani mengungkapkannya. Aku takut kisah lalu terulang k...