The Mission: 15

5K 335 4
                                    

Lalu aku mencari alasan untuk kembali menghampiri resepsionis itu lagi. Aku izin ingin ke toilet. Namun aku tidak kesana. Dengan mengendap, aku menuju resepsionis itu dan mencondongkan kepalaku ke mejanya.

"Kau lagi, ada yang bisa dibantu?"

"Colin, itu kau?" aku mengabaikan bantuannya dan melepas kacamataku.

Colin mengerutkan dahinya. Tentu saja dia bingung. Seorang yang tidak dikenal namun orang itu mengenalnya tiba-tiba menghampirinya.

"Maaf, apa aku mengenalmu?"

Dan tentu saja dia tidak mengenalku.

"Aku Hannah. Aku sangat ingin sekali berbicara padamu."

"Silahkan."

"Tidak disini. Pulang kerja nanti, kau ada dimana?"

Wajah Colin sangat bingung. Pasti ia belum mengerti apa yang sedang terjadi. Mungkin aku terlalu terburu-buru dan membutuhkannya.

"Baiklah, temui aku di Tommy's club."

Ya, dia memang benar-benar anak muda. Sangat menyukai tempat seperti itu. Namun yang bisa kulakukan adalah mengangguk dan mengucapkan sampai nanti.

Tidak kusangka Colin berpenampilan begitu fashionable. Kupikir dengan namanya yang menyerupai laki-laki, penampilannya juga akan seperti laki-laki. Tapi itu salah.

Aku kembali menghampiri Mary yang sedang terduduk di bangku sambil memegang sebuah layar catatnya. Aku mengampirinya dan mengucapkan terimakasih banyak atas tour yang ia berikan. Walau itu terdengar tidak sopan jika seseorang habis meminta izin ke toilet dan datang langsung menyudahi suatu kejadian. Tapi Mary terlihat baik-baik saja.

 ***

           Saat sampai di club itu. Aku menunggu di parkiran depan. Aku tidak ingin menunggu di dalam, karena aku tidak terbiasa dengan tempat semacam itu. Saat aku melihat ada mobil sedan hitam terparkir di ujung, aku mengamati siapa yang keluar.

          Tidak salah lagi. Itu Colin.

          Gadis yang berpenampilan sangat fashionable itu berjalan memasuki club malam yang dari luar sangat berwarna-warni. Dan aku bisa melihat tatto White Horizon di lengannya dengan kacamata ini. Tidak diragukan lagi, kacamata ini bisa mencari tanda itu dalam jarak jauh sekalipun.

          Aku keluar dari mobil, dan merapatkan jaketku agar dingin angin malam tidak terlalu menusuk tubuhku. Pakaianku sederhana, hanya celana panjang dengan atasan jaket. Di leherku terikat sebuah syal putih milik Colin.

          Setelah kumasuki club ini, bau alkohol dan musik yang keras mengisi ruangan yang tampak remang-remang ini. Walaupun club ini berbeda dari yang waktu itu aku dan Matt datangi, tapi tetap saja, semua club sama saja. Alkohol, musik rock keras yang dapat merusak telinga dan wanita. Sepanjang mata memandang, lebih dari 1 wanita yang sedang menggoda seorang lelaki.

          "Hey!"

          Aku menoleh pada suara itu. Ternyata suara itu dimiliki oleh Colin yang duduk di kursi bar.

          "Maaf, sudah menunggu lama?"

          "Belum, mau pesan apa?"

          Kuperhatikan Colin secara menyeluruh. Dari luar, tidak ada yang aneh dari gadis ini. Hanya seorang gadis 16 tahun, sepertiku. Bedanya, dia kelihatan sudah terbiasa dengan tempat dan suasana seperti ini.

The MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang