"Wow..." hanya kata itu yang keluar dari bibirku ketika melihat tempat yang baru saja kudatangi bersama Thomas
"How? Kau menyukai tempat ini?" Thomas tersenyum sambil melirikku dan mengalihkan pandangannya kedepan.
Aku tersenyum dan mengangguk. Ku telusuri jalan berbatu itu sambil memperhatikan sekelilingku. Deretan pohon ek yang berbaris rapi seperti menyambut kedatangan kami.
"Thomas...aku masih tidak mengerti sebenarnya tempat apa ini?"
"Seperti yang kau lihat, ini hanya hutan biasa," Thomas mengangkat kedua alisnya sambil melihat ke sekeliling.
"Tidak, maksudku...dunia ini..." aku mengatakannya dengan sedikit ragu.
Thomas mengernyitkan dahinya dan terlihat berpikir sejenak.
"Kau sekarang ada di dalam alam tidurmu,"
"Jadi aku hanya bermimpi?"
"Tidak, lebih dalam dari sekedar mimpi, percaya atau tidak kita saling bertemu di pikiran kita masing-masing"
Thomas berhenti dan duduk di bawah salah satu pohon. Ia memberiku kode untuk duduk di sebelahnya.
"Jadi kau juga sedang tertidur sekarang?" Tanyaku sangat bersemangat.
" Iya, sudah setahun aku di dunia ini..." Kedua mataku melebar sempurna ketika mendengar jawaban Thomas.
"Oh... I'm so sorry..." Jawabku lirih.
"No problem, it's okay" Thomas menepuk punggungku sambil tersenyum ramah.
"Lalu...bagaimana kau bisa menjalani hidup disini? Apa kau tidak pernah mencoba untuk bangun?" Kali ini aku berusaha untuk lebih santai.
"Aku sudah mencoba dulu, tapi suara itu melarangku dan memintaku menunggu sampai seseorang datang,"
"Suara? Apa ada orang lain di tempat ini?" Aku memutar tubuhku menghadap Thomas.
"No, hanya suara tanpa wujud...suara itu menuntunku selama beberapa hari dan setelah itu, aku melakukan segalannya sendiri"
"Tunggu, kau bilang seseorang akan datang, apa orang itu aku?"
Thomas menatap kedua mataku dan tersenyum.
"Ya...mungkin" Thomas kembali memfokuskan pandangannya kedepan.
"Hmmm..." Aku mengangguk dan mengalihkan pandanganku ke tanah.
"Do you miss your parents?" Thomas membuyarkan pikiranku.
"Hmm...ya tentu saja, how about you?"
"Of course, I really miss them"
Thomas beranjak berdiri dan sedikit meregangkan tubuhnya. Ia berbalik menatapku dan mengulurkan tangannya memberiku tanda untuk berdiri.
Segera kusambut tangannya, aku sedikit merasa bersalah karena mengungkit orang tuannya. Thomas pasti sangat kesepian selama ini.
"Sepertinya aku akan betah tinggal disini" tiba-tiba saja mulutku melontarkan kalimat yang membuat Thomas mengalihkan pandangnnya padaku.
"Hahahaa...aku tahu itu, kau akan betah karena bersamaku" mataku membulat ketika mendengar kalimatnya. Di dalam pikiranku aku tahu Thomas sedang berusaha menggodaku.
"Kau ini percaya diri sekali huh?" aku menginjak kaki Thomas dan langsung berlari meninggalkannya.
"Heyy... jangan lari kau gadis kasar!" Thomas tidak mau mengalah dan berlari terus mengejarku.
Langkahku terhenti dibawah sebuah pohon apel yang sangat rimbun dan berbuah lebat. Aku memperhatikan buah-buah apel yg bergelantungan dan tampak menggoda sekali untuk dimakan.
Thomas meraih tanganku dan menghentikan langkahku.
"Berhenti, you may not touch that apple"
Aku berhenti dan memandanginya heran.
"Memang kenapa aku tidak boleh menyentuhnya?"
"Kalau kau memakannya kau akan mati" Thomas memandangku dengan serius.
Aku menelan ludahku dan mengangguk begitu saja karena kaget sekaligus takut.
"Bagaimana kau tau? Apa seseorang pernah memakannya dan mati?"
"Suara itu yang mengatakannya padaku" Thomas mengangkat kedua bahunya
"Dan kau percaya begitu saja?"
"Awalnya tidak, tapi melihat kau ada disini sekarang,aku benar-benar percaya pada suara itu"
Aku memutuskan untuk tidak bertanya lagi dan mencoba mengalihkan pembicaraan kami.
"Thomas..."
"Ya?" Tomas memandangiku
"Thank you, thank you so much" Aku tersenyum padanya.
"Tidak perlu berterimakasih, justru aku ingin berterimakasih karena Tuhan mengirimmu kesini"
Thomas tersenyum padaku. Aku sedikit tersipu dengan perkataannya, namun dengan cepat aku menghapus pikiran itu dari kepalaku.
"Ayo kita kembali ke pondok" Thomas mengulurkan tangannya padaku.
Aku tersenyum dan segera menyambut tangannya. Kurasa aku akan betah berada disini karena Thomas yang bersamaku.
-TBC-
Yeeeeyyy...akhirnya selesai jugaa!!!
Maaf late post pake banget, bec kesibukan dan ide terbatas dan jadilah ini. Vomment yaaa biar makin semangat nulis lanjutannya ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Illusion
FanfictionMelissa Brown terjebak dalam tidur panjangnya selama 3 tahun. Kedua orang tuanya berusaha dengan segala cara untuk membangunkannya. Namun dalam tidurnya, ia berada di dunia lain yang membuatnya enggan untuk terbangun. ©seorara