7. Menjauh

403 32 0
                                    

Entah siapa yang memulai, tetapi seiring berjalannya waktu lembar demi lembar kembali tertulis dan sialnya kali ini lembar yang tertulis adalah tentang jarak yang mulai memisahkan segala kedekatan yang ada.

Hari itu Alena memutuskan untuk berhenti memperjuangkan segala rasanya karena menurut dirinya sendiri, tak ada gunanya memperjuangkan sesuatu ketika yang di perjuangkan menginginkan kita untuk berhenti.

---

Pagi itu matahari bersinar seperti biasanya, membobol masuk lewat celah jendela atau lubang-lubang kecil di genteng rumah Alena.

Ting..
Ting..

Deringan pertanda ada pesan masuk menghentikan kegiatan sarapan Alena, melihat sekilas ke arah handphonenya lalu melanjutkan kembali makanan yang masih tersisa.

Ting..

Sekali lagi bunyi sms masuk bergema, membuat Alena lagi-lagi melemparkan tatapannya ke arah handphone yang hanya di letakan di sebelah piring makannya.

Tadi malam entah bagaimana, Alena dengan bodohnya menanyakan suatu hal. Hal itu tentang Kevin yang dekat dengan orang lain di kelasnya, Alena yang merasa patah hati pun membiarkan pesan dari semalam yang dikirimkan oleh Kevin begitu saja.

Tadi malam Alena juga mengejek temannya tentang temannya yang terlalu mengidolakan kakak kelas di sekolah temannya itu, temannya yang ga punya malu itu langsung saja mengirim pesan kepada Kevin tentang Alena yang bersikap aneh.

Jadinya pagi ini Alena mendapatkan banyak pesan dari Kevin yang bahkan untuk melihatnya saja -di notifikasi handphone Alena- tidak sudi.

Ting..

Bunyi handphone Alena kembali.

Alena yang sedang memasangkan kaos kaki berlambang sekolahnya pun terhenti dan melihat ke arah handphonenya untuk kesekian kali lalu hanya membiarkannya terisi ke saku rok abu-abunya.

---

Suasana kelas yang ramai tidak mampu menghentikan bagaimana marahnya Alena terhadap Kevin, dengan semangat 45 Alena menceritakan tentang pesan yang saling mereka kirimkan, sampai pesan terakhir tadi pagi yang belum dilihat Alena.

"Nihh.." Tangan Alena terulur memberikan handphone dengan bumper case micky mouse ke hadapan Virginia, teman satu tempat duduknya yang juga berasal dari SMP yang sama.

"Lo liat deh apa yang dikirimin Kevin, gue males liatnya." Ujar Alena saat melihat Virgin mengerutkan dahinya,tanda bertanya.

Virgin pun mengambil handphone tersebut dan mulai membaca pesan-pesan dari Kevin, setelah itu memandang ke arah Alena dengan tidak yakin.

"Gue bilang sih mendingan ga usah di baca, kecuali lo kuat ngebacanya" Ujae Virgin saat melihat keingin tahuaan Alena.

Gadis dengan rambut hitam sebahu itu hanya mengerutkan dahinya sebentar lalu ber-oh ria menjawab pernyataan Virgin.

Menopang dagunya sambil melihat keadaan kelas yang agak ramai dan matanya tertuju ke arah Patricia yang baru memasuki kelas pada menit-menit bel akan segera berbunyi.

Senyum Alena terukir lebar memanggil Patris untuk menanyakan sesuatu.

Patris yang sudah berada di samping Alena pun menatapnya binggung, dia sudah terlalu hafal akan tindak tanduk Alena yang gampang membawa perasaan.

"Coba deh lo liat" Lagi-lagi Alena mengulurkan tangannya ke arah Patris sambil menyerahkan handphonenya.

"Gila ya nih cowokk!!" Ujar Patris menggebu.

"Jujur.... Gue belum baca isinya apa, takutnya nanti gue sedih bacanya"

"Gapapa sih kalo emang lo gamau baca tapi menurut gue sih lo kayaknya harus baca deh, gausah mikirin lo bakalan sakit hati atau apapun. Setidaknya dia juga ngelakuin ini biar lo ga sakit hati melulu" Ucap Patris memberikan pengertian kepada Alena yang bimbang.

Setelah itu handphone tersebut kembali berpindah ke tangan Alena, hatinya berdetak kencang saat lockscreen handphonnya terbuka dan menampilkan isi pesan Kevin.

"Lo lagi deket sama cewek ya?"

"Iya"

"Oh.. Sekelas sama lo?"

"Iya"

"Kalau lo suka sama gue, mending lo lupain perasaan lo deh. Gue gamau lo berjuang sama suatu hal yang ga pasti. Gue gamau lo sakit karena suka sama gue."

"Mending lo lupain gue. Move on, Len."

Suasana kelas yang mulai padat akan siswa-siswi seakan lebih menghimpit dada Alena, membuat pasokan udara di sekitarnya menjadi hilang. Menepuk dadanya pelan Alena mencoba membuat dirinya sendiri kuat untuk tidak menangisi Kevin di sekolah. Airmatanya terlalu berharga.

Dan semenjak saat itu, Alena berhenti.

Tapi Alena  ga pernah bisa melupakan kenyataan bahwa di hati Alena Bertha Achazia masih ada tertulis nama Kevin.

Apart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang