Klimaks

2.5K 154 0
                                    

Arnold Devilair POV.

Aku sangat tertekan dengan peristiwa yang sedang terjadi, hingga aku tidak bisa lagi mengendalikan sisi manusia ku, semuanya terasa gelap gulita, lilin-lilin yang biasa menerangi kastilku kini telah padam oleh dinginnya angin malam.

Tanpa sadar aku telah membunuh penjaga ku sendiri tanpa belas kasihan, darah mereka mewarnai kastil ini.

Rosetta tidakkah kau melihat apa yang ku lakukan jika tanpamu. Rintih hatiku.
Tidak ini bukan hati tapi ini adalah kebencian dan kematian...

Aku hanya terduduk di depan pintu kastil, dan berharap dirimu kembali ke sisiku.
__________

Cedrick POV.

Aku kembali dari perjalanan mengantar nona rose, sangat mengejutkan saat aku tiba di depan kastil, semuanyaa terlihat gelap, aura membunuh sangatlah kuat, aku terus berjalan menuju pintu kastil.

Sebuah pemandangan yang membuat bulu kudup berdiri, terlihat 2 penjaga pintu telah mati mengenaskan, aku terus berjalan untuk membuka pintu kastil, bahkan tanganku yang menempel di pintu saat ingin membukanya terasa membeku.

"Sebenarnya apa yang sedang terjadi di sini, apakah ada sebuah serangan" gumamku.

Saat aku membuka pintu, secara perlahan terlihat sebuah kursi yang di duduki oleh seseorang dengan sebuah pedang di tangannya, wajahnya belum terlalu jelas disebabkan keadaan kastil yang gelap, perlahan tapi pasti pintu kastil terbuka.

Sinar rembulan masuk ke dalam kastil dan menyinari wajah seseorang yang terduduk di kursi itu.

Wajahnya jauh dari jelas, agak jelas, samar-samar sedikit jelas, semakin jelas... sedikit lagi dan ternyataaa.....

"T...t..tu...tuan Arnold!" Seseorang dengan aura membunuh itu adalah tuanku sendiri, ia terduduk di kursi dengan memegang pedang yang tidak lain adalah pedang kematian.

"Apakah baru saja ada penyerangan, kenapa para penjaga mati, tuan apakah anda baik-baik saja" tanyaku dengan ketakutan karna tidak pernah melihat tuan Arnold begitu menyeramkan.

"Kau... terlalu banyak bicara, dirimu tahu pasti dengan apa yang sedang terjadi bukan" jawab tuan Arnold dengan nada membunuh.

Kemudian tuan Arnold beranjak dari kursinya dan pergi ke ruangannya, aku berusaha menjelaskan segalanya.

"T...tuan saya akan menjelaskan semuanya, anda tidak boleh lepas kendali seperti ini"

"Heh kau tidak usah banyak bicara, saat ini aku tidak ingin mendengar suaramu! Atau kubunuh saja kau, agar tidak bersuara lagi"

Seketika tubuhku mematung, keringat dingin menetes benar-benar tidak di sangka tuan Arnold yang biasanya ramah kini berubah menjadi dewa kematian.

Aku hanya bisa diam dan mematuhi perintah tuan Arnold, mungkin ia perlu waktu untuk sendiri. Pikirku

__________

Rosetta POV.

Kini untuk sementara waktu aku adalah anak dari ibu maria, ia mendandaniku seperti putrinya sendiri.

Ke esokan harinya ia memakaikan ku dress putih sampai lutut, dan membiarkan rambutku terurai dengan kedua ujungnya yang di ikat.
Aku merasa berbeda dengan penampilan ini, rasanya lebih tenang dan bahagia.

"Baiklah sudah selesai waaaaah anda kelihatan sangat cantik" puji ibu maria selesai mendandaniku

"Terimakasih, lantas sekarang bagaimana caranya aku akan ke dunia para bangsawan"

"Ini sebuah kebetulan karna setiap tahun sekali pintu dimensi akan di buka, dan malam ini adalah waktunya, pintu dimensi akan di buka di pusat desa ini, anda tenang saja saya akan mengantar anda sampai di tujuan"

"Em baiklah terimakasih"

"Anda tidak perlu berterimakasih sayalah yang seharusnya berterimakasih"

Waktu terus berjalan di sela-sela perbincanganku, entah mengapa aku serasa akan pulang ke tempat asalku.

Arnold aku akan selalu berharap agar kamu baik-baik saja. Batinku

__________

Rosetta POV.

Malam telah tiba dan aku tahu ini adalah waktunya.

Ibu maria mengantarku sampai ke pusat desa, dan sudah banyak orang yang berkumpul di sini.

"Ehmm apa kita sudah sampai" Tanyaku pada ibu maria

"Oh tentu kita sudah sampai" jawab ibu maria

Aku menunggu dan menunggu, sampai akhirnya terdengar suara terompet yang menggema, seketika itu sebuah cahaya yang sangat terang muncul di hadapan warga desa yang sedang menunggu.

Mataku terbelalak dan tubuhku terpaku di tempat. Sebuah pintu mulai muncul, pintu itu sangat besar dengan berhiaskan ukiran bunga mawar yang sangat cantik, entah mengapa aku merasa pernah memasuki pintu ini.

"Ehh nona apa anda baik-baik saja?" Tanya ibu maria saat melihatku

"Tentu saja memangnya aku kenapa?" Balasku karena masih bingung dengan pertanyaan ibu maria

"Nona, apa anda tidak sadar jika anda sedang menangis"

"Apa menangis" ternyata tanpa sadar aku telah menitihkan air mata

Ke...ke..kenapa ini, ada apa denganku kenapa aku menangis ada apa ini. Batinku
Tidak lama kemudian, terdengar suara yang begitu jelas di telingaku, ternyata itu adalah suara dimentri (penjaga pintu dimensi).

"Perhatian, semua warga yang mencalonkan diri sebagai pelayan, untuk segera masuk ke dalam pintu dimensi" teriak salah seorang dimentri itu.

Aku berpamitan pada ibu maria, dan segera masuk ke dalam pintu dimensi.

"Ini adalah langkah pertamaku untuk kematianmu charles" gumamku dengan tegas.

__________

Author POV.

Di sisi lain pintu dimensi terdapat sebuah dunia, yang dimiliki para bangsawan.
Terdapat kastil, rumah, perkebunan, dan masih banyak lagi

Di sini tugas masing-masing manusia tidaklah sama misalnya saja.

Di sektor perkebunan, di sektor ini manusia bertugas untuk berkebun dan nanti bisa menjadi konsumsi untuk para manusia yang bekerja di rumah para bangsawan.

Terdapat sebuah kastil yang begitu besar dan megah di sini, tempat bagi sang pemimpin clan yakni Charles Van Couver merupakan pemimpin yang di hormati para bangsawan lainnya dengan pelayan setianya yang bernama William Smith.

__________

Tep...tep...tep suara langkah kaki terdengar dari lorong-lorong kastil.

Tok..tok...tok suara ketukan pintu. "Tuan ini aku William" itu adalah William yang meminta izin masuk ke sebuah ruangan

"Masuklah" jawab seseorang dari dalam ruangan yang tidak lain adalah charles

"Tuan, warga desa telah memasuki pintu dimensi, saya kemari untuk bertanya apakah anda berminat untuk berjumpa dengan mereka?" Tanya William

"Aku tidak berminat" jawab charles yang duduk di sebuah kursi sambil membaca buku

"Baiklah jika itu keinginan anda, saya mohon undur diri" William melangkah keluar sambil memberi hormat

"Tunggu" Ucap charles

" Iya tuan"

"Pergilah dan temui warga desa tunjukan keramah tamahan kita, selain itu aku merasa akan terjadi badai sebentar lagi"

Buk..., charles menutup bukunya dengan keras.

"Baiklah saya akan menemui warga desa, saya mohon undur diri" William memberi hormat dan meninggalkan ruangan tersebut

Perasaan ini, apa ini. Batin charles

_______________

Hai gimana ceritanya, makasih udah read ya... kalau udah read sekarang tinggal ngelike deh Hehehehe...

Aku tunggu komen dan masukannya yhaaa

DOVE (Devil or Vampire)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang