Bye, Sayang

1.2K 62 22
                                    

Author : @tuing_tuing

"Bisa nggak kalau perginya di tunda aja?"ujarnya manyun sambil menarik koper yang ada di lengannya ke arah belakang tubuhnya.

"Sayang, jangan mulai lagi deh," aku memicingkan mata menatapnya. Mulai lagi deh merajuk.

"Kan aku cuma minta di tunda, bukan dibatalin."sangkalnya.

"Kan kamu udah setuju kemarin," jawabku tak mau kalah. Percuma dong kemarin aku menjatuhkan harga diriku ke jurang paling dalam buat ngerayu dia agar mengijinkanku terbang ke Bali bareng temen-temen.

"Gimana nggak ngijinin kalau senjata kamu...." ia mencebikkan bibirnya dan memandangiku dari atas sampai bawah kemudian naik lagi menatap wajahku. Aku terkikik geli, sedikit bersyukur punya suami yang mudah dirayu dengan...ah sudahlah.

Aku mendekatinya, meminimalisir jarak diantara kami. Bodo deh biar kata ini di Bandara juga.

"Ayo dong honey, cuma 3 hari kok. Aku kan udah lama nggak travelling sama temen-temen,"ujarku sambil memainkan kerah bajunya.

"Kamu kan janji kalau kamu bakal tetep ngasih quality time aku sendiri selain buat kita berdua?" lanjutku sambil mendekatkan wajahku kearahnya.

Hanya tinggal sekian inci seharusnya aku bisa mencium pipinya yang ditumbuhi bekas cukurannya, membuatnya makin eeer...seksi, tapi tiba-tiba tangannya bertengger dibahuku dan menjauhkan jarak diantara kami.

"Aku lupa kalau kamu minta ijinnya pas week end," ia kembali manyun.

"Ada waktunya sekarang, kalau minggu depan kan Rena udah mulai dipingit."jawabku masih menatap matanya sekalipun tanganku sudah berhasil menarik koper yang ia sembunyikan dibelakangnya.

"Ini kejadian langka lho. Tau sendiri kan kalau Rena nggak pernah mau nikah. Udah syukur ini dia mau nikah, makanya kami berencana liburan bareng sekalian reuni, kan sejak kita-kita nikah jarang kumpul,"

Lanjutku. Fine. Lumayan aman, karna kopernya kini sudah berada ditanganku.

"Liat deh, suami Farah, Dina, bahkan anak-anak Tania aja rela tuh mereka pergi, masa kamu nggak ngijinin sih?"

Ia menatapku sebal, kemudian menarik koper yang ada ditanganku kembali dalam kuasanya.

"Beda dong Beib, mereka kan udah lama nikah, kita kan pengantin baru."

Aku mengernyitkan keningku. 8 bulan nikah masih diitung pengantin baru ya?

" Ntar siapa yang siapin makan buat aku? Kamu kan tau masakan Mbak fitri agak-agak aneh, yang siapin baju aku, yang bikinin aku cemilan, yang maksa-maksa aku buat mandi, yang pcaran sama aku, yang ngerecokin aku kalau lagi kerja, terus yang nemenin aku tidur." ia mulai menyebutkan serentetan kegiatan yang biasa kami lakukan berdua, duh malah aku jadi yang nggak tega nih.

"Kan nanti aku telpon. Ntar kita webcaman juga deh," hiburku padanya, kepada diriku sendiri juga sebenarnya.

Ia masih tampak tak rela, aku meraih tangannya dan menggenggamnya. Dia ini ya susah bener deh dibujuknya.

"Sayang..."

Perlahan ia menyerahkan koper itu kepadaku.

"Aku mau tambahan syarat,"ujarnya. Aku bergidik ngeri. Syarat lagi? Syarat yang diajukannya kurang ya? Harus laporan dia setiap setengah jam sekali, mengirim foto aktivitasku, nggak boleh lirik-lirik cowok lain, nggak boleh pake baju-baju yang kelihatan seksi, bla bla bla bla, masa masih ada tambahan lagi sih?

"pertama...." lanjutnya, heeeh Mas ini mah syarat yang kesekian kaleee...

"Kamu sampai sana beli bikini ya..."

Aku melongo hebat," Haaah? Buat apaaaa?" tanyaku syok. Dia lupa apa kalau aku udah pakai hijab sekarang, masa mau beli bikini?

"Di pake Yang, terus ntar foto terus kirim ke aku," ia menyeringai lebar. Aduh suamiku gila.

"Yang kedua, setelah pulang dari Bali,'Jadwalan' kita naik dua kali lipat."

What?!

"Yang ketiga...."

"Vira! Ayo buruan! Elaaah lama amat sih pamitannya!"teriak Rena kesal.

"Tau nih. Tenang aja kali Ren, bini lu dijamin balik utuh kok! " sahut Dina jahil.

"Udah Ren, biarin dah mereka pergi. Ntar kita seneng-seneng sendiri disini!"teriak Damar yang langsung dihadiahi cubitan dari Farah, istrinya.

Mata Rendra kembali fokus ke arahku," Yang ketiga, setelah pulang dari Bali, tiap malem ganti piyama kamu sama lingerie yang aku beliin tempo hari,"seringaiannya makin lebar.

Astagaaaa aku cuma pergi 3 hari dan harus menanggung 'resiko' kayak gitu?

"Aah mending aku nggak jadi pergi deh,"gerutuku.

"Eeh jangan dong Sayang, masa dibatalin sih, nggak enak sama temen-temen kamu,"

Nah loh kenapa jadi dia yang semangat?

Mendadak ia tersenyum manis sekali,

"Bye Sayang. Take care ya..." ia mengecup bibirku singkat, kemudian mendorongku ke arah rombongan kecil kami.

"Inget syarat yang aku ajuin yaaaa...."sambungnya masih mendorong-dorong tubuhku, mengusirku. Cish.

"Nggak! Aku nggak mau pergiiiiii...."

Saat aku berteriak seperti itu, Farah, Dina, Tania, dan Rena sudah menarikku sambil mengomel sementara Rendra -dengan senyum lebarnya- dan para suami serta calon suami Rena melambaikan tangan mereka mengiringi kepergian kami.

-End-

PerpisahanWhere stories live. Discover now