Korban Sinetron

1.1K 47 7
                                    

Author : @ZizaNara

 Hari ini adalah hari Raya Idul Fitri. Hari besar umat muslim setelah sebulan penuh berpuasa. Hari ini juga merupakan hari ulang tahun pernikahanku yang ke-1 bulan dengan suamiku Muhammad Arkan.

Pukul ½ 7 pagi kami sudah bersiap-siap ke Mesjid untuk Sholat I’d berjamaah. Jarak rumah kami dengan Mesjid hanya 200 meter. Jadi Arkan dan Aku berangkat ke Mesjid hanya dengan berjalan kaki. Selama perjalanan kami tak banyak bicara, larut dalam senandung takbir yang dikumandangkan di Mesjid. Sangat terasa euphoria kemenangan di hari yang Fitri ini. Sesekali aku mengikuti Arkan menyapa dan bersalaman saling memaafkan dengan beberapa tetangga yang rumahnya kami lewati. Tidak butuh waktu lama akhirnya kami sampai di pintu belakang Mesjid.

“Cukup sampai disini, kita pisah ya…” aku melongo mendengarkan Arkan bicara.

Nah lho apa maksudnya coba, masa pasangan baru yang adem ayem pula, tiba-tiba pisah. Cerai maksudnya?

Ya tuhan, cerai terhormat ya? Karena nikahnya di Rumah Allah –Mesjid- cerainya juga musti di rumah Allah. Astagfirulloh~

“Fey, Feyra, kamu kenapa?” tangan Arkan sudah melambai-lambai didepan mataku.

“Hallo… “ sambungnya karena tak kunjung mendapat jawaban dariku.

Aku masih shock. Baru juga 1 bulan aku menikah dengannya masa harus cerai sih?

“Kamu mau cerai in aku?” tanyaku hati-hati. Sementara mataku sudah terasa perih, dijamin sebentar lagi butiran bening akan membentuk anak sungai dikedua pipiku.

“Maksud kamu apa sih?” Tanya Arkan tak mengerti. Di wajahnya terpancar raut penuh tanda tanya.

“Kita kan gak punya masalah apa-apa, kenapa tiba-tiba kamu mau cerai sama aku? Di rumah Allah lagi, di hari besar pula, Idul Fitri nan suci. Kamu tau, Allah sangat membenci perceraian. Atau jangan-jangan karena aku belum bisa kasih kamu keturunan? Arkan, kita kan baru 1 bulan menikah” ucapku dengan sedikit putus asa.

Nah sekarang giliran Arkan yang melongo menatapku, bagian di antara kedua alisnya berkerut.

“Kamu ngomong apa sih Fey?” Nah kok dia malah nanya balik? Aku jadi semakin bingung. Firasatku mempengaruhiku mengalahkan akal sehatku dan mengatakan ‘tanda-tanda nih’

“Ka… kamu mau cerai in aku?”  air mataku kini mulai mengalir deras.

“Lho, kok malah nangis?” Arkan panik.

Tiba-tiba kulihat Arkan menepuk dahinya pelan. “Ya ampun Feyra” ucapnya sambil geleng-geleng kepala. “Kok mikirnya jauh banget sih? Kamu tuh ya…” ditariknya ujung jilbabku dengan gemas.

“Liat deh, tempat sholat laki-laki dan perempuan itu di pisah lho. Masa aku musti sholat ditempat perempuan sih? “ ucapnya sambil menunjuk pintu masuk Mesjid yang bertuliskan ‘Perempuan’ yang memang dikhususkan untuk jamaah perempuan.

Alamak, kok aku sampai mikir yang aneh-aneh ya. Ini pasti gara-gara efek sinetron yang kutonton. Pada umumnya bertemakan perceraian. Bahkan di sinetron Ramadhan kesukaanku juga ada masalah perceraian.  Ya Allah, masa aku jadi korban sinetron…

Tangisku pun akhirnya mereda. Ku yakin kini mukaku sudah memerah karena malu. Ya Allah malunya aku. Ku raih tangan Arkan dan ku tempelkan di dahiku, aku pamit menyalaminya dan bergegas masuk kedalam Mesjid. Ku yakin pasti Arkan sekarang sedang tertawa, malunya aku.

-End-

PerpisahanWhere stories live. Discover now