Chapter 1

152 3 10
                                    

Di hari Kamis yang tenang, di ruang kerjaku yang juga tepat kamarku. Bergetar dan berbunyilah ponsel genggamku. Aku mengambilnya, dan melihat siapa yang menerimaku. Ternyata kakek John, pemilik toko buku Arsene, toko buku langgananku. "Halo kek? Ada apa?" tanyaku bingung. Tidak biasanya kakek John ini menelponku. Biasanya ia selalu mengirim sms kalau ada yang penting. Tampaknya kalau sampai dia menelponku, pasti ada yang sangat amat penting yang harus di-sampaikan.

"Kau sedang sibuk kah? Bisa ke toko sekarang?" jawab kakek John.

"Ya tidak juga sih. Paling menghabiskan novel yang aku beli dari toko kakek John hari minggu kemarin. Penting kah sehingga aku harus ke toko?" tanyaku balik ke kakek John.

"Ya. Kakek baru dapat kiriman surat kemarin, tetapi bukan ditujukan untuk kakek."

Hah? Bukan ditujukan untuk kakek John? Apa pak pos salah alamat? Tidak biasanya. Tidak susah sepertinya mencari toko buku Arsene di daerah Blok M. Apalagi, kakek John terkenal dengan toko buku misterinya.

"Lantas ditujukan untuk siapa, kek?"

"Sherry Locke."

Jantungku mulai berdetak kencang.

"Kalau begitu aku akan lekas ke sana, kek."

"Baiklah. Kalau begitu akan aku siapkan kopi kesukaanmu begitu kau sampai."

Aku menutup pembicaraanku dengan kakek John. Dengan segera, mengambil tas selempang, mengambil beberapa barang yang kuperlukan, dan menganti pakaian untuk pergi keluar.

Aku langsung bergegas turun ke bawah menuju ke dapur. Menuliskan sesuatu di memo dan menempelkannya di depan kulkas. Orang dirumahku tahu kalau aku sedang pergi, mereka pasti akan menemukan memo di depan kulkas. Tetap saja meski begitu aku memberitahu orang rumah juga melalui sms agar mereka tidak khawatir. Begitu aku keluar dari rumah, aku bertemu dengan Andani Maurice. Ia adalah cowok yang usianya berbeda 3 tahun di atasku dan juga teman masa kecilku. Sudah lama kami berpisah, dan baru bertemu belum lama ini, ya sekitar setahun yang lalu.

"Loh, kau mau pergi, Jane?" tanya kak Andani.

"Ah, kak Andani. Iya. Aku mau pergi, ada perlu sebentar. Duluan ya, kak." Aku menyapanya sambil dengan segera bergegas mencari angkutan umum di depan residen.

"Hati-hati di jalan," kata kak Andani.

Aku berlari mengejar angkutan umum yang lewat di depan residen. Hatiku berdebar-debar karena sudah lama sekali aku tidak merasakan perasaan ini. Sherry Locke adalah nama pena yang aku gunakan jika aku mendapatkan kasus. Tak banyak yang mengenal nama ini. Ya karena saat itu aku masih sekolah, dan orang tuaku tidak mengijinkanku untuk membuka jasa detektif swasta. Padahal aku amat menyukai hal pekerjaan seperti itu. Kemudian aku memutuskan untuk bekerja sama membuka jasa ini diam-diam bersama kakek John dan nenek Marple. Mereka adalah pasangan yang mengerti akan keinginanku. Sayang belum sempat pekerjaan ini sukses, orang tuaku melarangku. Aku benar-benar kesal dengan orang tuaku. Mereka terkadang tidak memahami keinginan anaknya. Aku mengerti kalau profesi ini berbahaya. Sayang perasaanku akan pekerjaan ini sudah tidak bisa terbendung lagi. Ibarat bendungan runtuh, air bah pasti datang. Itulah perasaanku saat itu sampai hari ini.

Meski orang tuaku melarang, aku masih tetap menjaga hubungan komunikasi dengan kakek John dan nenek Marple. Aku masih suka toko buku Arsene untuk meminjam dan membeli beberapa novel detektif kesayanganku. Terkadang aku juga diam-diam memecahkan masalah atau menerima kasus yang datang dari toko buku tersebut. Akan tetapi biasanya menggunakan nama kakek John atau nenek Marple untuk memecahkan kasus tersebut. Hanya saja kali ini benar-benar beda. Aku menggunakan nama penaku untuk kesekian kalinya. Mungkin bisa dibilang 3 tahun lebih aku tidak menggunakan nama tersebut.

Dengan jantung yang berdebar-debar, aku menaiki busway langsung dari arah kota sampai ke blok M. Tentu tanpa pergantian bus sama sekali. Di bus, aku masih berdebar-debar, kasus apa yang aku temui kali ini? Ya aku akui aku memang tidak banyak memecahkan kasus. Akan tetapi aku menyukai hal yang berhubungan dengan misteri, teka teki dan sebagainya. Aku harap kasus ini bisa membawaku lebih baik lagi dalam memecahkan misteri yang ada, setidaknya selevel dengan para detektif kesayanganku.

--

Wah... tak kusangka akhirnya Jane pergi juga. Rasanya sudah lama sekali tidak melihat dirinya seperti itu. Ya harus aku akui, aku senang melihatnya bangkit dan semangat lagi. Bukan berarti sebelumnya tidak semangat. Sejak hari dimana kami sempat berpisah untuk tiga tahun, aku dengar dari orang terdekatnya kalau Jane tidak semangat lagi. Hari dimana aku dan dia berpisah untuk sesaat. Ya itu juga dikarenakan pekerjaan orangtuaku sebagai pesulap sih. Selain itu juga karena hal lainnya, dimana aku mencoba membahayakan diriku dan dirinya dalam sebuah kasus yang membuatnya harus kehilangan gairah akan adanya kasus.

Ya... itu sudah lama sekali. Tiga tahun yang lalu di saat Jane masih SMA kelas 3 dan aku masih kuliah tingkat 3. Kami sudah bersama sejak masih kecil. Karena rumah kami bertetangga di daerah Iacatra, daerah di dekat museum Bahari. Kami juga sering bermain bersama kesana. Aku selalu dianggapnya sebagai kakaknya sejak dulu. Sayangnya perasaan itu runtuh pelahan dengan aliran sang waktu. Aku tak menganggapnya seperti itu, ya mungkin berbeda dengan dirinya yang mungkin masih menganggapku sebagai seorang kakak. Mungkin saat ini aku menganggapnya sebagai seorang rival dan juga sebagai seorang yang aku ingin miliki.

Tiga tahun yang lalu. Setahun sebelumnya, ketika kami berdua yang sama-sama suka cerita detektif ini berusaha membuka agen detektif swasta secara diam-diam. Saat itu yang secara aktif dalam usaha ini adalah aku seorang, karena aku saat itu adalah mahasiswa. Waktuku banyak dan tidak sekengkang siswa seperti Jane saat itu. Jadi akulah yang melakukan pekerjaan lapangan dan Jane yang melakukan pekerjaan dalam hal berpikir. Ya kolaborasi yang menyenangkan awalnya. Sampai-sama kasus terakhir yang kami kerjakan itu adalah kasus yang membahayakan bagi Jane dan aku pribadi.

Tiga tahun itu juga aku baru tahu kalau ternyata keluargaku bukan keluarga pesulap biasa. Kami menguasai ilmu menyamar sejak dulu. Aku sudah terbiasa melakukan pekerjaan ini sejak kecil. Awalnya aku menganggap ini adalah permainan biasa. Sampai kasus terakhir kami membuat kami nyaris celaka. Ketika itu aku baru tahu kalau ternyata klien yang aku hadapi seorang mafia. Mafia melawan mafia itu lebih tepatnya. Untuk kasusnya berhasil ditangani, tetapi sayangnya setelah itu kami berdua tertangkap dan nyaris menjadi bulan-bulanan mereka. Sampai pada akhirnya kami diketemukan oleh ayah dan ibuku, berkat petunjuk yang ditinggalkan olehku dan Jane. Setelah kejadian itu aku baru sadar kalau ternyata ayah dan ibuku adalah seorang mata-mata. Lantas aku langsung sempat marah dengan meraka. Akan tetapi, sayangnya aku tak bisa sepenuhnya marah terhadap mereka, karena aku tahu kalau sebagaian juga karena kesalahanku. Aku menganggap remeh kasus ini dengan kemampuanku yang tidak seberapa.

Kasus itu merupakan kasus terakhir bagi kami berdua. Sejak itu aku tahu orang tua Jane melarang-nya untuk menerima atau memecahkan kasus apapun. Aku sendiri? Ya sudah jelas setelah kejadian itu orangtuaku memutuskan untuk pindah. Mereka berdua tidak ingin mengambil resiko tetap tinggal di tempat yang sama. Mereka tahu bagaimana mafia yang dihadapinya. Untuk itu aku dan orangtuaku sepakat untuk pindah. Bagaimana dengan Jane? Ia dalam pelindungan yang aman. Ayah dan ibunya yang seorang pengacara terkenal sudah tentu lebih mudah mendapatkan pertahanan dan pelindungan yang berlapis, karena koneksi mereka yang bagus dengan bidang pertahanan.

Perpisahan kami berdua bisa dibilang mendadak. Tanpa ada surat sedikit pun seperti petunjuk yang kami lakukan pada umumnya. Mungkin karena aku tahu kalau suatu saat aku akan bertemu dengannya. Benar saja, tiga tahun kemudian aku bertemu dengannya. Aku sendirian kembali tinggal di rumah lamaku yang juga di sebelah rumah Jane. Orangtuaku? Ya aku tak bisa mengatakannya kepada Jane juga kepada yang lain. Yang jelas mereka mempercayakan rumahku yang sempat aku tinggali untuk aku urus. Benar sekali, kalau orang yang mendengar ini akan merasa ada yang aneh atau janggal. Cara mengatasinya? Ya... bersikaplah seperti biasa pada umumnya. Jangan tunjukkan siapa pribadi kita kepada orang lain yang mulai berubah. Itulah prinsip dari poker face, salah satu ilmu yang diajarkan dalam keluargaku

Nah, karena Jane sudah pergi. Kini saatnya aku juga pergi deh. Ada hal yang harus aku kerjakan. Kalau dulu kami berdua bersama-sama menerima dan memecahkan kasus, tapi untuk kali ini aku akan memberikan kasus untuknya. Membangkitkan gairahnya dengan adanya kasus. Ya... kalau perlu aku menjadi bayangannya untuk membuatnya semangat, apa salahnya.


Lintang KartikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang