LARASATI #4

65.1K 2.7K 383
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*Semoga kita masih diijinkan saling menyapa di dunia orange. Kalau toh di blokir karena terlalu banyak cerita fulgar, semoga semua pihak pintar menyikapinya. dan pandai memilah, sehingga kaum minoritas bukan menjadi mayoritas yang mendapatkan dampak buruk karena hal ini. Sangkyu.

------------------------------------------------------------------------------------------------------

            Aku hanya bisa diam, memperhatikan tubuhku. Ku tarik ujung kerah kembenku, takut jika Simbah tahu, kalau aku sudah ndhak perawan lagi. Masak toh, hal itu bisa diketahui? Dari mana? Bahkan, aku yang punya tubuh saja ndhak tahu, selain merasakan tubuhku yang sakit semua. Aku jadi takut, dekat-dekat dengan Simbah sekarang.

"Perawan itu, ndhak baik tubuhnya mekar (gendut). Nanti setelah melahirkan bagaimana? Mau tubuhmu jadi seperti gentong?"

"Ya ndhak mau toh Mbah." Jawabku, menunduk takut, ndhak berani membantah.

"Ya sudah, sekarang istirahat saja, ndhuk. Kamu pucet sekali lho hari ini, kalau sakit nanti kan repot. Siapa yang bantuin Simbah."

"Inggeh." Aku segera berdiri kemudian masuk ke dalam kamar.

Memang, tubuhku rasanya aneh, meriang. Mungkin akan sakit. Ku sisir rambutku di depan cermin, tiba-tiba kejadian yang aku alami bersama Juragan Adrian melintas di otakku. Dadaku ini miliknya, tubuhku ini juga miliknya, katanya. Tapi, apakah aku ini pantas? Diriku, bukanlah wanita kaya dari kalangan bangsawan, bukan juga anak dari saudagar. Aku takut, ndhak bisa menyenangkan hati Juragan Adrian, sebagai simpanannya. Jujur, untuk mendapatkan cintanya aku ndhak bisa muluk-muluk. Siapa toh aku ini? Hanya Larasati, tapi biarkan saja aku yang mencintainya, aku yang tahu itu, dan juga Gusti Pangeran.

*****

Pagi ini sekitar jam 10.00, aku berangkat ke rumah Juragan Adrian untuk pertama kali, sendiri. Rasanya takut, jika harus bertemu dengan Ndoro Ayu dan Ndoro Dini. Istri-istri beliau, Kang Masku. Bukan, tapi Kang Mas mereka.

Ku tata penampilanku, meski aku ndhak yakin jika ini adalah penampilan yang apik. Tapi, ini adalah penampilan terbaikku. Semoga, aku ndhak melakukan kesalahan di sana. Aku hanya ingin menjual susu ini, ndhak lebih.

"Lho, ada Laras toh. Ada apa, Ndhuk? Ke sini?" Surinah, Bulek dari Saraswati yang kebetulan menjadi abdi dalem di sini menyapaku, buru-buru Bulek Surinah meletakkan sapunya, sambil menyincing jariknya beliau berjalan cepat ke arahku, membantuku membawa salah satu botol yang berisi susu.

"Ini lho Bulek, aku mau menjual susu ke Ndoro Ayu. Apa beliau ada di rumah?"

"Ndoro Ayu toh, kalau jam segini ya belum ada di rumah, Ndhuk. Beliau sedang pergi, bersama Ndoro Dini, belanja."

LARASATI ( Simpanan Terindah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang