#15 we're same

22K 1.7K 261
                                    

Halllooiiii

Waktu terus berjalan, semakin cepat tapi aku sekarang masih disini, disini dengan penyesalan yang teramat mendalam.

Pertanyaanku, kenapa harus adikku itu?

Aku terus memandangi burung kertas miliknya itu dalam diam dan tangis yang terus keluar, aku selalu mengingatnya. Aku selalu mengingat disaat jungkook menunjukan burung kertas ini. Aku selalu mengingat semua yang telah kami lewati, selalu ingat saat Ia masih berada disamping kami.

Ingat bahwa aku melihat diriku didirinya dan sebaliknya.

Tapi, kini aku tahu, tak hanya aku yang tak tahu selama ini, tak hanya aku yang merasa dibohongi, ada seseorang yang ingin sekali tahu dari ku yang sebenarnya juga tak tahu apa-apa.

Janjiku, aku ingat janjiku.

Yeri, kim yeri.

"Kau sudah lama?"

Aku lekas duduk dihadapanya disalah satu restaurant di daerah Gangnam ini, berusaha mengulas senyum, sebisa mungkin.

"Apa yang ingin kau katakan, oppa?" tanyanya dengan tatapan datar dengan tanganya yang memain-mainkan rambut cokelatnya yang ikal.

"Yeri-ya, soal..."

"Soal kenapa jungkook-sunbae tak memilih masuk SM?" tanyanya memotong kata-kataku yang membuatku sedikit terdiam dan kemudian mengangguk mengiyakan.

"Aku sudah tahu."

Ya, dia pasti sudah tahu.

Aku menelan ludahku dengan pelan, senyumku yang dipaksakan tadi luntur begitu saja, luntur saat setitik air mata tampak jatuh disudut matanya ditengah wajahnya yang kian datar tak berekspresi.

Oh tuhan, apa yang gadis ini rasakan sekarang?

"Yeri-ya..."

"Aku membencimu yang kian membencinya dulu, oppa."

Tubuhku sedetik bergetar hebat, ia membangkitkan luka yang baru saja ku kubur didepanya. Membangkitkan kesedihan yang tak ingin kulihatkan. Kini semuanya keluar semaunya.

Air mata mengalir lagi dimataku yang kian memerah. Di mata gadis ini aku adalah penjahat.

Dulu, setiap ia bertanya dimana adik kecilku itu, dengan nada yang amat tinggi aku mengingatkannya untuk tidak lagi bertanya. Tapi kini, yang aku lakukan ternyata membekas dengan sendirinya disudut hati gadis ini.

"Mian..."

"Tak perlu oppa, karena semua sudah berlalu. Dan aku sudah mengetahui apa yang selama ini menjadi pertanyaan dikepalaku, terimakasih karena sudah menjawabnya."

Terasa diiris teramat tipis, hati ini menjadi untaian-untaian daging saat gadis didepan ku ini bangkit dari duduknya, gaun hitam yang cantik melambai-lambai dibagian bawahnya saat ia melangkah pergi sesudah ia mengatakan.

"Aku akan ketinggalan pesawat, sampai jumpa."

Aku mengangguk, tanpa maaf darinya aku sendiri disini. Tapi, Tugas ku tak hanya ini, tak hanya untuk gadis ini, 1 orang lagi. Dan aku tahu, ini juga teramat berat.

Siapa yang paling bersedih disini?

"Taehyung-ah, kau sudah menjemputnya? Berbicaralah dengannya baik-baik, aku yakin dia akan mendengarkanmu."

Suara rapmon hyung masih terngiang-ngiang dibenakku. Menjemput seseorang yang menklaim dirinya sebagai yang paling tersakiti.

Kini, Aku melangkah cepat saat turun dari mobil. Dengan mataku yang kian tajam, gigiku yang bergemerutuk hebat. Aku memasuki gedung yang tak lagi asing oleh ku. Tak ada yang berubah dari tempat ini, masih sama dan masih mengingatkan, mengingatkan kenangan yang sempat terukir.

Our Jungkook (bts fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang