Beautiful Restriction

Just Begin

Beautiful Restriction
Chapter.9

*

*

*

# # #

Arnold merapikan rambutnya yang sedikit acak-acakan, ia menatap pantulan dirinnya sendiri di depan kaca.

Sama sekali tidak ada yang kurang dari pria ini. Dadanya sangat bidang, tubuhnya tegap dan mendekati sempurna.

Wajahnya? Tak ada yang pernah meragukan seberapa tampan dan menawan nya pemuda ini.

Ia sangat berkharisma dan dewasa. Alis tebalnya tidak pernah luput menghiasi wajah tampannya.

Arnold mengambil jam tangan Rolex keluraran terbaru yang merupakan nama jam tangan yang masuk daftar jam tangan termahal di dunia.

Sekali lagi Arnold mengecek penampilannya. Seperti yang kemarin ia bicarakan bersama Mr.Larry, siang ini ia akan menghadiri sebuah pertemuan dengan pengusaha-pengusaha muda alumni sekolah nya dahulu. Semacam reuni dengan tema santai dan informal yang diadakan di sekolah menengah atasnya dulu.

"Tuan, mobilnya sudah siap" ujar Mr.Larry yang muncul dari balik ruangan kerja Arnold.

"Five minute "

"Baik. Tuan"

Arnold mengecek ponselnya, ia menyunggingkan senyumnya saat melihat wallpaper dilayar ponselnya.

Dimana foto masa kecilnya bersama seorang gadis kecil cantik dan seorang anak laki-laki tampan yang sangat disayanginya. Setiap kali melihat foto tersebut, Arnold selalu merasa ada kekuatan energi positif menghampirinnya.

Saat sudah merasa siap, Arnold berjalan dengan santai keluar dari ruang kerja mewahnya itu, sembari tersenyum kecil.

^^^

Arnold menatap jalan raya di luar jendela mobilnya dengan pandangan sayu. Teriknya matahari mulai terasa menerpa wajah nya. Namun ia sama sekali tak beranjak. Ia malah mulai menutup matanya dan menikmati rasa hangatnya sinar matahari yang hampir tak pernah dirasakannya selama beberapa tahun terakhir ini.

"Tuan. Tadi petugas laundry menitipkan ini padaku. Katanya ini adalah barang milik tuan"

Arnold membuka matanya dan berbalik menatap Mr.Larry.

"Apakah benar ini milik tuan?" Ucap Mr.Larry sembari menyodorkan sebuah kalung dengan bandul cincin mahkota emas kecil yang bersinar.

"Ah!" Arnold meraih kalung itu. Ia langsung teringat dengan kejadian semalam yang di alaminya.

Flashback Tadi Malam

Arnold P.O.V

"Berfikirlah seperti lo gak pernah melihat kejadian ini sebelumnya!" Tajam gadis itu.

"Apa?"

Aku menatap dengan ekspresi tidak mengerti ke arah gadis itu, yang kini tengah menunduk dalam. Ia tanpak menyeka air matanya dengan cepat. Seolah tak mengizinkan aku atau siapapun untuk melihat air matanya.

"Nona..." Ujarku dengan nada pelan.

Gadis itu mengangkat wajahnya..

Degh

Degh

Degh

Tiba-tiba, detak jantungku berdetak lebih cepat. Gadis itu...

Cantik sekali..

Wajahnya benar-benar sempurna. Walau matanya terlihat sembab. Bahkan hidungnya benar-benar merah. Wajahnya bahkan benar-benar pucat. Terlihat sekali bahwa dia baru saja menangis.