1.Perginya Dua Orang Penopang Keluarga

426 10 2
                                    

Bu Een dan Rani tampak tidak bisa berkata apa-apa lagi ketika Mardi bersikeras untuk pergi mencari ayahnya, Pak Jana. Dengan perginya Mardi maka dapat dipastikan dua orang laki-laki yang seharusnya menjadi tulang punggung keluarga tidak dapat lagi menjadi tumpuan keluarga hingga pada hari yang belum pasti.

"Ya sudah, nak. Jika kamu tetap bersikeras, silahkan pergi dan temukan ayahmu. Semoga kalian kembali kesini dengan selamat. Jangan terlalu lama perginya. Jika tetap tidak menemukan ayahmu, lebih baik pulang saja. Di sini tidak ada keluarga laki-laki lagi yang bisa menjaga keluarga." Kata Bu Een dengan sendu.

"Mardi berjanji, bu. Mardi pasti segera kembali dalam waktu dekat, entah itu menemukan bapak atau tidak. Mardi memohon doa dari ibu juga dari Rani agar Mardi dapat menemukan bapak dan membawanya pulang. Sudah terlalu lama bapak pergi." Tukas Mardi yang tampak telah siap untuk berangkat.

"Kak Mardi, ingat jangan terlalu lama perginya. Lebih melakukan pencarian di area yang dekat-dekat saja. Jika tidak ketemu juga, kakak harus pulang. Bapak juga pasti akan segera pulang karena bapak pasti rindu ingin bertemu kita." Timpal Rani yang tampak berdiri di samping Bu Een.

"Aku berjanji, Rani. Tapi, jika ternyata di kemudian hari aku terlambat untuk pulang, mohon keikhlasan ibu dan Rani untuk memaafkanku. Segala apa yang akan terjadi di kemudian hari tidak ada yang bisa kita duga. Semoga kekhawatiranku ini terbukti tidak benar. Mohon doa dari ibu dan juga Rani." Tukas Mardi seraya mengangkat tas punggungnya.

"Hati-hati selama pencarianmu, Mardi. Di luar sana tidak seaman dulu lagi. Sekarang negara ini seperti negara mafia. Banyak tindak kejahatan di luar sana. Jaga diri baik-baik di luar sana. Jangan sampai bertemu orang-orang jahat yang tempo hari mengancam ayahmu." Kata Bu Een mengingatkan Mardi agar waspada.

"Pesan ibu akan aku ingat selalu. Mardi mohon pamit ya, bu. Rani, jaga ibu dan dirimu baik-baik. Sampaikan salamku buat kak Linda dan jangan membuat panik dia." Tukas Mardi seraya undur diri.

Mardi kemudian beranjak meninggalkan Bu Een dan Rani yang termangu di teras rumah. Saat itu jam menunjukkan pukul 00.20, di mana Mardi pergi melewati jalanan yang tidak biasa dilewati orang-orang. Jalan setapak berbatu tersebut mengarah ke jalan utama, di mana Mardi selanjutnya menunggu angkutan perkotaan lewat.

Sementara Bu Een dan Rani tampak kembali ke dalam rumah dan menutup pintu rapat-rapat. Mereka berdua tampaknya tidak dapat tertidur hingga pagi menjelang. Mereka berdua tentu harus merelakan kepergian Mardi untuk mencari dan menemukan Pak Jana yang sudah setahun yang lalu pergi meninggalkan mereka tanpa kejelasan.

Saat siang menjelang, Bu Een dan Rani kedatangan tamu tak diundang. Mereka tampaknya bermaksud tidak baik. Entah apa yang mereka inginkan? Mereka tiba-tiba saja memasang spanduk penyegelan terhadap rumah yang selama ini ditempati oleh Bu Een sekeluarga. Alhasil, Bu Een dan Rani protes, namun tidak digubris oleh orang-orang tersebut.

"Bu, mereka itu orang-orang suruhannya Handi, orang yang dulu menjebak ayah dengan kasus korupsi yang tidak pernah dilakukan oleh ayah. Gara-gara orang itu, ayah sekarang bangkrut dan sekarang tidak bersama kita lagi." Ujar Rani saat menyaksikan penyegelan yang dilakukan orang-orang tersebut.

"Ibu sudah mengajukan protes tapi mereka tampaknya tidak punya hati nurani. Mau tidak mau kita tinggal di rumah kakakmu di Maja. Perabotan rumah tangga yang ada harus secepatnya kita ungsikan. Mereka menyita rumah kita dengan bantuan aparat juga. Kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Sekalipun ada ayahmu, hal ini belum tentu tidak akan terjadi." Tukas Bu Een tampak lesu.

Bu Een dan Rani kemudian mengungsikan semua perabotan rumah tangga dengan menggunakan mobil pikup sewaan. Mereka membawa semua perabotan tersebut ke beberapa rumah tetangga yang bersedia menampung. Sedangkan barang-barang dagangan di warung sembako semuanya telah diangkut ke rumah anak sulung Bu Een yaitu Linda yang berada di Maja yang merupakan salah satu dusun di Kota Pandeglang. Dengan begitu, Bu Een menjalankan usaha warung sembakonya di rumah anak sulungnya tersebut. Bersama Rani, ia juga menetap di sana sekalipun membuat sempit rumah anak sulungnya tersebut. Untungnya Linda maupun menantunya Marwan tidak merasa keberatan dengan tinggalnya Bu Een dan Rani di sana.

Sang Penjaga MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang