9. Blue White Suit

21 2 0
                                    


Arsid membuka kedua matanya perlahan. Sayup-sayup ia mendengar suara orang-orang tertawa mengikuti suara seseorang yang sedang merintih kesakitan. Saat itu ia menyadari kedua tangan dan kakinya terikat tali tambang yang begitu kuat. Ia pun sadar jika Jester telah menangkapnya dan menahannya di dalam suatu ruangan yang ia sendiri tidak tahu tepatnya berada di mana.

Selain itu, Arsid menyadari helmnya telah dibuka oleh musuh, sehingga identitasnya pun kini dapat diketahui oleh Jester dan anak-anak buahnya.

"Selamat pagi, boneka ban bekas. Tidurmu pasti nyenyak sekali, bukan." Seseorang muncul dari balik pintu yang ternyata ia adalah Jester.

"Badut! Di mana kedua kawanku? Kau apakan mereka berdua!" Arsid menatap tajam ke arah Jester setelah ia menyadari jika Nindy dan Adi tidak lagi berada bersamanya.

"Hahaha, mereka berdua sedang berada di ruang eksklusif. Mungkin si cantik berpakaian perenang merah bertopeng itu sedang menikmati servis anak-anak buahku," tukas Jester dengan tenang sambil terkekeh.

"Apa! Keparat kau! Kau apa-apakan dia, aku tidak akan membiarkanmu mati dengan tenang!" Arsid dengan nada geram berteriak ke arah Jester.

"Ssst, jangan teriak-teriak. Si cantik sedang mendesah-desah karena anak buahku memang sangat ahli dalam servisnya. Hahahaha..." Jester terbahak-bahak membuat Arsid semakin gusar saja.

Arsid tidak dapat membayangkan bagaimana Nindy diperlakukan tidak senonoh oleh para penjahat bawahannya Jester. Apalagi Nindy seorang perempuan yang bisa saja dengan mudahnya dirusak kehormatannya oleh para begundal itu.

"Bajingan! Kau memang binatang!" Arsid yang tidak kuasa untuk melepaskan tali tambang yang membelenggunya hanya bisa menyesal dengan apa yang telah terjadi terhadap Adi dan Nindy.

"Tidak perlu bersedih, boneka ban bekas. Gadis itu tidak masalah dengan perlakuan anak-anak buahku. Ia sepertinya sangat menikmati. Hahaha," kata Jester membuat Arsid semakin tidak dapat membendung amarahnya.

Namun Arsid sadar jika apa yang dilakukan Jester tidak lain untuk memancing amarahnya. Oleh karenanya Arsid kini berusaha untuk menahan diri dan berharap Nindy dan Adi tidak mengalami perlakuan yang sangat tidak manusiawi yang saat ini ada di benaknya.

Sementara itu di ruangan lain, di atas tempat tidur tampak Nindy yang dalam tubuh polosnya terbelenggu borgol di kedua tangan dan kakinya. Kedua matanya tampak terpejam. Sepertinya ia berusaha untuk menahan apa yang dirasakan oleh tubuhnya ketika dua orang anak buah Jester menggerayangi tubuhnya dengan leluasa.

"Bos benar-benar mengerti kemauan kita. Tubuh gadis ini benar-benar sedap. Aromanya membuatku ingin segera menikmatinya," ujar salah seorang anak buah Jester yang dengan nafsunya meraba-raba bagian intim gadis yang sedang tidak berdaya itu.

Sementara di luar kamar, tampak seorang laki-laki mengintip sambil menempelkan sebuah mikropon ke bibirnya.

"Kita akan menyelamatkan Nindy terlebih dahulu. Dia sedang dilecehkan dua bajingan tengik anak buahnya Jester. Kita harus cepat sebelum semuanya terlambat," bisik laki-laki yang ternyata adalah Adam Quinn.

Adam yang entah sejak kapan berada di dalam markas Jester, tampak bersijingkat. Kemudian ia menepuk pundak kanannya menggunakan tangan kiri dan pundak kirinya menggunakan tangan kanan. Tiba-tiba dari kedua pundaknya muncul semacam lelehan cairan berwarna biru muda dan putih yang dengan cepat menyebar hingga menutupi seluruh tubuhnya. Hingga kemudian cairan berwarna biru dan putih tersebut menjelma menjadi armor lengkap dengan helm tempur mirip Iron Man.

Adam Quinn yang kini berbalut Iron Suit tersebut segera mendobrak pintu kamar di mana Nindy berada. Dengan gerakan yang cepat, Adam menembaki kedua anak buah Jester tersebut hingga tewas bersimbah darah di atas lantai.

"Kau mengerikan sekali, nona," ujar Adam seraya mematahkan borgol yang membelenggu kedua tangan dan kaki Nindy.

"Kau siapa?" tanya Nindy sambil menatap tajam ke arah Adam yang masih mengenakan kostumnya.

"Nanti saja, nona. Kita harus segera membebaskan dua temanmu yang lain. Semoga Rani dan Amel tidak datang terlambat," tukas Adam seraya mengacak-acak sebuah koper yang ternyata tidak berisi apa-apa. "Sialan! Di mana mereka menyembunyikan pakaianmu!" Adam mengumpat kemudian melongok ke arah pintu.

"Tidak usah repot-repot. Aku bisa menggunakan ini untuk sementara," kata Nindy seraya menyobek sprei kemudian membalutkannya ke tubuhnya hingga tubuhnya yang telanjang kini tertutup oleh sprei tersebut.

Adam mengangguk seraya menghajar para anak buah Jester yang bermunculan begitu saja dari balik tangga turun.

Nindy pun turut menghajar beberapa anak buah Jester menggunakan tangan kosong yang hanya berbalut kain sprei yang ia robek.

"Tampaknya kau terjangkit penyakit narsisme, nona. Kau terlihat biasa-biasa saja setelah ditelanjangi dan dilecehkan mereka. Salah seorang temanku juga hampir sama sepertimu, dan dia sedang di perjalanan dan mungkin sekarang sudah tiba," kata Adam seraya menembakan dua buah mini roket ke arah pintu di mana musuh merangsek. "Ayo, sekarang kita keluar."

Adam menyambar tubuh Nindy dan membawanya melesat dan menabrak atap hingga hancur berantakan. Selanjutnya mereka berdua berhasil keluar dari markas Jester.

Sementara di dalam markas Jester, tampak Jester terlihat gusar karena markasnya disusupi orang asing hingga mengakibatkan kekacauan besar.

"Lumayan juga. Aku suka sekali. Hahaha," kata Jester sambil melempar puntung rokoknya.

Di hadapan Jester tampak dua orang dari tim Penjaga Malam yaitu Rani dan Amel berdiri tegak dengan senjata masing-masing mengarah ke Jester.

"Kami akan menangkapmu, maniak. Kau lebih cocok ditempatkan di Asylum karena kelakuan psikopatmu. Sekarang jawab, di mana Presiden Nurdin dan Arsid!" Rani maju sambil mengarahkan panahnya ke arah Jester.

"Dua orang itu sebentar lagi akan menghadap sang pencipta. Hahahaha," tukas Jester sambil tertawa terbahak-bahak.

"Apa maksudmu!" Amel menggertak sambil meninju Jester dengan cepat hingga laki-laki tersebut terpental ke belakang.

"Mereka berdua sedang digantung di tempat eksekusi privatku. Kau tidak akan tahu di mana tempat itu karena tempat itu sangat rahasia. Hahaha," Jester menukas sambil kembali terbahak-bahak.

"Apa! Bajingan kau!" Amel kembali menghajar Jester dengan sepatu bootnya.

"Teh Amel," ucap Rani sambil menepuk lengan Amel. "BlueWhite dan Redbat sudah menemukan Arsid dan Nurdin. Benar kalau mereka berdua sedang di tiang gantungan."

"Apa! Lalu apa mereka bisa membebaskan presiden dan Blackrubber?" tukas Amel.

"Aku tidak tahu, tapi dia akan membereskan Jester," kata Rani sambil menunjuk arah seseorang yang baru muncul yang tiba-tiba menghantamkan sebuah gada ke pundak Jester hingga pingsan.

Orang tersebut adalah Adi yang baru saja berhasil mencapai tempat di mana Rani dan Amel mengkonfrontasi Jester.

"Kita bawa ke mana orang ini? Lalu bagaimana dengan Pak Arsid dan Pak Presiden?" ujar Adi sambil mengikat Jester.

"Ayo kita pergi. Misi kita belum selesai," tukas Rani tanpa menjawab pertanyaan Adi.

-Bersambung-

Sang Penjaga MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang