7.Tim Blackrubber

32 3 0
                                    


Di ruang tengah rumahnya Amel, tampak Rani berkumpul bersama Amel, Zainal dan Adam. Mereka tengah membicarakan peristiwa yang belakangan ini terjadi. Termasuk kejadian munculnya kembali duo petarung malam yang dibantu seorang penerbang di Jakarta.

"Blackrubber dan Redbat sudah muncul kembali setelah sekian lama mereka menghilang. Apa yang mereka lakukan selama ini? Padahal Jakarta lagi rawan-rawannya oleh aksi kejahatan yang ditimbulkan Alfred Nagato dan kroni-kroninya," ujar Rani sambil menunjukkan surat kabar online melalui layar tabletnya.

"Tapi sekarang mereka sudah kembali, ditambah seorang penerbang yang dulu pernah bersama mereka," tukas Zainal.

"Menurut kalian, apakah mereka bertiga membutuhkan bantuan kita?" ucap Amel sembari menatap Rani dan Zainal bergantian.

"Kita tidak bisa berdiam diri sementara mereka di sana menantang bahaya dengan menghadapi seorang musuh yang sangat kuat. Di samping memiliki pistol peledak, Alfred juga memiliki kekuatan sihir yang setingkat lebih tinggi dariku," kata Zainal.

"Seandainya kak Mardi masih di sini. Pasti dia mau membantu kita menghadapi Alfred," ucap Rani seraya mengingat saat-saat kakaknya pergi tepat dua bulan yang lalu.

"Mardi sedang sibuk dengan PIFCDI. Ia mungkin sekarang sudah menyelesaikan pekerjaannya," kata Zainal seraya teringat kejadian saat ia kehilangan kendali akibat sihir Margon ketika ia sedang di Osaka.

"Bagaimana kalau besok malam kita ke Jakarta? Tidak harus langsung membantu mereka. Kita melihat-lihat dulu saja. Apalagi aku penasaran dengan dua orang vigilante itu," kata Rani sambil memutarkan pandangan.

"Maaf mengganggu. Sekedar memberitahu, peralatanmu sudah selesai aku modifikasi, Rani. Dan Amel, kamu bisa menggunakan pistol dengan rapid fire hasil kreasiku. Bagaimana? Apa kalian tertarik untuk mencobanya?" ujar Adam sambil menunjukkan dua buah koper berwarna hitam.

"Wah, kita akhirnya memiliki mainan baru yang lebih baik," ucap Rani setelah mengeluarkan sebuah busur panah yang dapat dilipat serta memiliki monocular untuk membidik target.

"Pistol ini terlihat biasa saja, tapi aku penasaran dengan fitur rapid fire ini," kata Amel sembari mengokang pistol dan membidik ke arah sebuah vas bunga.

"Yah kalian asyik dengan mainan baru. Baiklah besok malam kita ke Jakarta. Siapa tahu kita dapat membentuk tim superhero mengingat musuh-musuh kita sekarang semakin banyak yang unjuk gigi. Lifetaker yang hingga kini masih tidak jelas di mana keberadaannya. Deathsharper yang selalu muncul dengan korbannya. Sekarang Alfred Nagato dari Shojiro Practice menebar teror." Zainal bangkit dari duduknya kemudian membuka sebuah buku catatan.

"Jangan lupa Gunna Raspati yang kemarin malam membunuh para preman di stasiun kota," kata Amel.

"Gunna Raspati hanya membunuh para penjahat. Jadi kemungkinan besar dia ada di pihak kita meski kita belum tahu ya," ucap Zainal.

"Aku tidak mau bertemu dengannya. Masa dengan tatapannya saja bisa membunuh orang?" kata Amel bergidik.

"Gunna Raspati belum apa-apa. Lifetaker yang lebih mengerikan. Ia dapat membunuh siapapun yang dia inginkan tanpa harus menatapnya. Cukup membuat target merasa takut sudah cukup baginya untuk membunuh target itu." Zainal selanjutnya memperlihatkan sebuah foto seorang laki-laki berjaket dengan tudung berwarna merah.

"Apakah dia Lifetaker?" tanya Adam yang sedari tadi ikut menyimak.

"Menurut informanku iya, dia memang Lifetaker. Tapi aku tidak yakin apakah itu beneran dia atau bukan," tukas Zainal.

Sang Penjaga MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang