6.Revive Them

26 3 0
                                    


Malam itu di dalam rumah Aida, tepat di dalam salah satu kamar, tampak Rani sedang duduk setengah berbaring di atas tempat tidur. Ia tampak sedang membaca sebuah buku yang entah apa isinya. Ia kadang terlihat komat-kamit sambil membuka lembar halaman berikutnya.

Rani yang saat itu hanya mengenakan piyama bercorak dedaunan berwarna pink tanpa bawahan itu sesekali menguap. Ia mungkin sudah merasa mengantuk, namun ia memaksakan diri untuk tidak tidur demi menyelesaikan membacanya.

Tiba-tiba smartphone-nya yang tergeletak di atas meja berdering. Rani langsung mengambil smartphone dan menjawab panggilan.

"Teh Amel? Ada apa, teh? Malam-malam menelepon begini?" ucap Rani sambil kedua matanya tidak lepas dari bukunya.

"Teh, Zainal datang ke rumah dalam keadaan terluka parah!" tukas Amel melalui sambungan telepon membuat Rani terkejut.

"Apa yang telah terjadi kepadanya, teh?" tanya Rani dengan penasaran dan waswas.

"Tidak tahu, teh. Dia keburu pingsan sesampainya di rumah tanpa sempat berkata apa-apa," jawab Amel.

"Baiklah, teh Amel. Aku akan segera pulang."

"Iya, teh. Aku tunggu ya?"

Rani segera menyelesaikan membacanya kemudian memasukkan buku ke dalam tas. Ia selanjutnya menanggalkan piyamanya dan menyambar celana dan baju yang tergantung di gantungan di pintu.

Rani kemudian menuju kamar Aida di mana gadis itu tersentak bangun ketika Rani membangunkannya.

"Teh Aida, maaf aku harus pulang sekarang. Ada sesuatu yang terjadi di rumah teh Amel," ujar Rani sambil menatap Aida yang terlihat kebingungan.

"Apa yang terjadi di sana, teh? Sepertinya gawat sekali?" tukas Aida sambil mengucek-ngucek mata.

"Ada teman yang terluka tapi aku tidak tahu apa penyebabnya," kata Rani.

"Baiklah, teh. Hati-hati di jalan ya?"

"Tentu saja, teh Aida. Aku pergi dulu ya?" ucap Rani seraya keluar dari kamar Aida.

Rani tampak menutup pintu setelah keluar dari rumah Aida. Selanjutnya ia menuju sepeda motornya yang terparkir di halaman.

Dengan sepeda motornya, Rani meluncur menyusuri jalanan yang lengang tanpa satupun kendaraan lewat. Hanya sesekali ia melihat beberapa kendaraan yang berpapasan dengannya.

Beberapa menit kemudian Rani tiba di rumah Amel. Di sana ia mendapati Amel sedang berusaha mengobati luka-luka di tubuh Zainal.

"Luka-lukanya sangat tidak wajar. Ini seperti bekas tusukan senjata tapi tidak ada jejak residu logam atau benda padat lain seperti kayu maupun plastik," ujar Amel seraya merobek baju Zainal yang sudah compang-camping.

"Aku akan melepaskan celananya. Teh Amel angkat sedikit tubuhnya ya?" kata Rani seraya melepas kancing celana Zainal.

"Oke. Uhh, benar-benar luka yang sangat parah. Seluruh tubuhnya dipenuhi luka tusukan senjata misterius yang tidak meninggalkan jejak residu," tukas Amel seraya mengangkat bagian pinggang Zainal.

Selanjutnya Amel dan Rani membersihkan luka-luka di tubuh Zainal dengan alkohol untuk selanjutnya diberi tetesan Betadine. Amel juga tidak lupa memeriksa denyut nadi dan detak jantungnya.

Setelah yakin jika Zainal masih ada harapan untuk sembuh, Amel dan Rani pun menghenyakkan badannya di sofa. Mereka berdua pun mulai tertidur karena memang sudah merasa cukup mengantuk.

Sang Penjaga MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang