Bab 2: Hari Sial

114K 5.4K 103
                                    

Selamat membaca!

Yah, semoga suka..

***

Pagi ini adalah pagi terkacau versi Oca. Ia terlambat bangun. Biasanya Oca akan bangun satu jam sebelum subuh, tapi hari ini ia bangun tiga-puluh menit sebelum subuh. Dan keterlambatannya dalam bangun itu membuatnya harus tergesa-gesa dalam melakukan segala hal seperti mandi, dandan, dan lain sebagainya.

Disaat ia sedang tergesa-gesa seperti ini, pasti ada saja hal yang membuatnya semakin terlambat. Kali ini Oca menumpahkan segelas susu putihnya ke lantai hingga membuat lantai dapur kotor akan cairan susu dan pecahan gelas kaca yang membuat Oca mau tidak mau mengepel lantai dapur dan membersihkan pecahan gelas kaca.

Masalah tidak sampai disitu saja karena Oca juga menggosongkan roti bakarnya karena ia terlalu sibuk membersihkan lantai. Masalah lain kemudian menyusul, Oca menghilangkan sketsa yang telah ia kerjakan semalam.

Mungkin tidak hilang, tapi Oca lupa dimana menaruhnya. Dan karena tergesa-gesa, Oca tidak dapat menemukan sketsanya. Karena Oca sudah terlambat, ia memilih meninggalkan sketsanya yang entah ada dimana dan pergi ke kantor. Ia tidak mau semakin terlambat hanya untuk mencari lembaran-lembaran sketsa itu.

Rasanya kepala Oca ingin meledak merasakan kesialan yang datang bertubi-tubi pada pagi hari ini, ditambah suara klakson yang begitu memekakan telinganya saat ini. Ya, sekarang Oca memang sedang terjebak macet, dan kemacetan Kota Jakarta pagi ini benar-benar melengkapi kesialan yang dialami Oca.

Oca menghembuskan nafas berat, ia memejamkan mata untuk menenangkan dirinya yang sedang kacau. Menghela nafas dalam-dalam memang menjadi andalan Oca untuk menenangkan dirinya saat ia dalam keadaan tidak menyenangkan seperti saat ini.

Ting! Tong!

Ponsel Oca berbunyi, jangan kira itu suara bel pintu atau semacamnya ya. Oca segera mengambil ponsel yang tergeletak di jok sebelah kirinya. Sebuah pesan dari sang atasan, ia pasti akan terkena masalah.

From: Dani

Lo dimana? Pak Anwar udah dateng nih, perasaan udah otw dari tadi tapi enggak nyampai-nyampai. Lo udah di jalan kan?

Oca menghela nafas panjang setelah membaca pesan singkat dari atasannya itu.

To: Dani

Gue masih di jalan. Please, tanganin dia dulu, gue udah di jalan dan masih di jalan karena ini macet banget. Setengah jam bisa keluar dari sini aja udah alhamulillah banget..

Oca menghela nafas berat ketika Dani tidak kunjung membalas pesan singkatnya. Oca tahu bahwa Dani saat ini pasti sedang kesal atas sikap ketidakprofesionalannya, meskipun mereka dekat, tapi Dani sama sekali tidak mau menoleransi kesalahan yang dilakukan Oca. Apalagi kesalahan yang cukup besar seperti ini, terlambat ke kantor sekaligus terlambat menemui klien.

Tapi mau bagimana lagi? Oca bisa apa dengan kemacetan ini? Oca tidak bisa melakukan apa-apa untuk menyingkirkan mobil dan motor sialan yang ada di depan mobilnya, memangnya dia siapa? Lurah? Camat? Bupati? Gubernur? Walikota? atau Presiden? Demi Tuhan, Oca hanya seorang desainer interior yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Jadi apa yang bisa ia lakukan dengan kemacetan ini?Jawabannya tidak ada, satu-satunya hal yang bisa ia lakukan saat ini adalah berdoa.

Berdoa supaya ia segera terbebas dari kemacetan ini. Aamiin.

Kepala Oca berdenyut ketika mendengar suara klakson yang berbunyi dimana-mana, tidak bisakah mereka bersabar?! Memangnya yang mengantri hanya mereka?! Yang terburu-buru hanya mereka?!! Err.

Forever LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang