Bab 3: Dia.. Sempurna.

109K 5.9K 97
                                    

Hai! Aku kembali!

Selamat membaca!

***
Hujan deras mengguyur ibu kota sore ini, tepat saat jam pulang kerja para karyawan, termasuk Oca yang saat ini terlantar di lobby kantornya.

Taksinya belum datang dan membuat Oca mau tidak mau menunggu taksi itu, and it's wasting time. Seandainya mobilnya sudah selesai diperbaiki, mungkin saat ini dia sudah dalam perjalanan menuju rumahnya.

Kringg!! Kriingg!!

Oca segera menggeser tombol warna hijau di layar ponselnya saat ponsel tersebut berdering.

"Assalamu'alaikum..." ucap Oca membuka salam dengan malas, jika sudah lelah dia memang menjadi orang yang sangat malas. Sama seperti saat ini.

"Wa'alaikumusalam, Non!" Jawab seseorang di seberang sana yang terlihat begitu semangat. Bukan. Gaya bahasanya yang membuatnya terdengar begitu bersemangat.

"Kenapa, Mang?"

"Oh ini, Non, mau ngabarin kalau mobilnya udah selesai dibenerin," Oca menghela nafas lega karena akhirnya dia tidak lagi menggunakan kendaraan umum untuk pulang-pergi kantor, "Besok saya anter ke apartemen ya, Non?"

"Makasih ya, Mang, jadi ngrepotin.." jawab Oca yang kini membenarkan posisi duduknya.

"Aduhh, kalau buat non Oca mah nggak repot atuh.." jawab Mang Ujang cengengesan, membuat Oca ikut terkekeh geli, "Ya udah ya non, segitu dulu. Besok saya hubungin lagi. Assalamu'alaikum."

"Sekali lagi makasih ya, Mang. Wa'alaikumusalam."

"Mbak Oca, taksinya udah dateng." Ucap seorang laki-laki berseragam satpam, Pak Udin.

"Oh iya, Pak, makasih."

Selanjutnya Oca sudah berada di taksi, dan menuju pulang ke rumahnya. Salah, apartemennya.

***

Seperti yang dijanjikan Mang Ujang kemarin sore, pagi ini Oca segera turun dari apartemennya menuju lobby  untuk menemui laki-laki jangkung yang sudah lama bekerja untuk ayahnya itu.

"Non, saya langsung ya.." ucap Mang Ujang saat telah selesai dengan urusannya.

"Makasih ya, Mang. Maaf ngerepotin."

"Sama-sama, Non. Saya pulang dulu!" Mang Ujang tersenyum lebar kemudian bergegas pergi.

Oca kembali ke apartemen sambil membaca bill yang diberikan Mang Ujang tadi dan membacanya. Dahinya berkerut, sepuluh juta lima ratus?"

"Perasaan yang rusak cuma bamper, kenapa sebanyak ini?" Gumam Oca kemudian membaca ulang lembar kertas tersebut, "Ah, kaca belakang kan juga remuk.."

Oca segera mengambil ponsel dan sebuah kartu nama, kartu nama si penabrak mobilnya. Oca mencocokkan nomor yang dimasukkan ke dalam ponselnya sebelum ia akhirnya menekan tombol hijau.

Oca menggigit bibir bawahnya karena panggilannya tidak juga dijawab.

"Halo?" Suara bariton di seberang sana membuat Oca menghela nafas lega, "Halo? Saya sedang berbicara dengan siapa?"

"Eh.. Halo, saya Oca, pemilik mobil yang anda tabrak minggu lalu." Ucap Oca yang entah kenapa menjadi sedikit gugup.

"Minggu lalu? Tabrak? Saya merasa tidak pernah menabrak siapapun," dahi Oca berkerut. Bagaimana bisa dia melupakan tanggung jawabnya ?

"Nama anda Arsaji Akmal Bagaskara Soewiratmoko ?" Laki-laki di seberang sana membenarkan, "Anda pemilik mobil Hummer hitam berplat nomor B 80 SS?"

Oca mendengar laki-laki itu mendengus kesal, "Ah, minggu lalu? Mobil itu dibawa sepupu saya, mungkin yang menabrak mobil anda itu sepupu saya, bukan saya. Jadi, jika anda mau mencari pertanggungjawaban, silahkan hubungi sepupu saya."

Forever LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang