Bab 1: Kapan Nikah ?

148K 6.2K 100
                                    

Hai!

Aku membawa perubahan!

Enggak juga deng..

Baca aja!

***

"Pak, apa malam ini anda akan datang ke acara pernikahan Pak Adib?"

Akmal yang sedang memeriksa dokumennya mendongak menatap seseorang yang mengajaknya bicara, Andy, sekretarisnya, "Apa saja jadwalku hari ini?"

"Pukul sebilan pagi rapat bersama devisi pemasaran, pukul sebelas bertemu dengan Tuan Yamada di HighLive Hotel untuk membicarakan tentang resort di Jepang yang sedang dalam tahap pembangunan." Ucap Andy membaca jadwal boss-nya yang ada di iPad.

"Hanya itu?"

Andy mengangguk ragu, "Ya, hanya itu, Pak."

"Oke, aku akan datang ke acara pernikahan Adib." Jawab Akmal kemudian kembali melanjutkan kegiatan memeriksa dokumennya.

"Baik, kalau begitu saya akan memberi konfirmasi kepada Nyonya Lisa bahwa anda akan datang ke acara pernikahan Pak Adib," Ujar Andy yang hanya didengarkan oleh Akmal, "Saya permisi dulu."

Akmal menghela nafas berat ketika Andy sudah keluar dari ruangannya. Ia berpikir apa keputusannya datang ke acara pernikahan sang sepupu adalah sebuah keputusan yang benar? Pasalnya Akmal sering absen ke acara keluarga, termasuk di acara pernikahan sepupunya.

Akmal selalu menghindari acara-acara keluarga dengan alasan urusan bisnis ke luar negeri ataupun dengan alasan adanya meeting penting yang harus dia sendiri yang turun tangan dan tidak bisa digantikan orang lain. Ya, begitulah cara Akmal agar terhindar dari pertanyaan memuakan seputar kapan ia akan menikah.

Terkesan seperti pecundang yang menghindari suatu masalah memang, tapi mau bagaimana lagi? Menurut Akmal, cara itu adalah cara yang terbaik, meskipun harus berbohong.

Tapi bukankah berbohong demi kebaikan itu diperbolehkan?

Akmal kan berbohong demi kebaikan diri, telinga, jiwa dan raganya agar terhindar dari pertanyaan kapan menikah yang sering ditanyakan oleh saudara-saudaranya. Jadi, sah-sah saja kan jika Akmal berbohong?

***

Suara derap langkah kaki terdengar jelas saat seseorang menyusuri lorong sebuah hotel berbintang di Jakarta, langkah kaki yang dari suaranya saja sudah bisa membuat siapapun tahu bahwa si pemilik langkah kaki itu adalah orang yang tegas dan berwibawa.

Pemilik langkah kaki itu adalah Akmal, dia begitu menawan hari ini dengan setelan jas formal dan rambut yang ditata sedemikian rupa itu. Tapi sebenarnya tampilannya sama saja setiap hari, dan sama tampannya dengan hari ini.

Akmal memasuki ballroom yang sudah dipenuhi dengan tamu undangan, suasana ballroom itu juga terlihat sangat berkelas dengan dekorasi-dekorasi mewah yang sudah tertata sedemikian rupa.

Sebenarnya Akmal sangat malas menghadiri acara hari ini, lebih baik dia menghabiskan waktu diruang kerja dan berkutat pada pekerjaan kantornya. Tapi, mengingat yang menikah kali ini adalah sepupunya sendiri, maka mau tidak mau dia harus datang. Lagipula ia sudah lama tidak berkumpul dengan keluarga besar dari mamanya.

Meski Akmal harus kuat mental untuk menerima segala macam bentuk cibiran dan bully-an karena jarang datang ke acara keluarga, serta pertanyaan-pertanyaan memuakkan seputar kapan dia akan menikah, ditambah kapan menyusul sepupunya yang menikah hari ini.

Akmal menghela nafas lagi ketika ia sudah menjangkau keberadaan sauara-saudaranya, harus kuat mental lahir dan batin. Semangat Akmal!

"Eh, ponakan budhe yang paling ganteng dateng." Ucap seorang perempuan paruh baya yang menggunakan kebaya berwarna pastel, Risa, kakak dari mamanya, "Budhe pikir kamu bakal sibuk sama kerjaan kamu, Mal."

Forever LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang