Part 3

150 9 0
                                    

Setelah tabrakkan berlalu : ditempat lain

Sesudah sesi adu mulut Kaisar dan wanita tadi. Ia juga baru menyadari perubahan terhadap dirinya. Tangannya begitu dingin tapi wajahnya panas memerah.

Kaisar turun dari lift sambil memukul-mukul wajahnya pelan. Menyadarkan kesadarannya yang tergantung sedari tadi agar membawanya kedunia sekarang.

Wanita tadi begitu anggun walaupun hanya mengenakan kerudung hitam pekat, jaket biru dongker serta celana jeans yang lekat mengikuti lekuk kakinya.

Masyaallah. Apa yang aku pikirkan. Istigfar Kaisar. Ingat allah. Apakah aku baru saja mengaggumi tubuh Wanita tadi. Yang benar saja.

Kaisar penepuk kepalanya kuat. Sambil berguman "Ya allah maafkan hambamu ini. Memikirkan sesuatu yang tak halal!"

"Astagafirulahalazim apa baru saja aku menyebut halal?" Batin Kaisar sembari melewati lorong villa

Kaisar makin menggelengkan kepalanya kuat. Sesampainya diluar villa seseorang diluar menegurnya.

"Kaisar! Ayo berangkat?" Kaisar belum menyadari jika ia dipanggil seseorang.

"Kaisar?" Panggil orang tersebut. Kaisar makin beristigfar lalu menggelengkan kepalanya lagi.

"Kaisar Bayhaqi?" Teriak sebuah suara disebrang sana.

Kaisar menjawab tergagap. "Ya...Yaa..." sembari mencari si sumber suara.

"Disini Kaisar!" Setelah menoleh kanan-kiri akhirnya Kaisar menemukan si pemanggil tersebut.

"Ya allah.. paman? Maafkan kaisar" sahut kaisar memelas

"Apa yang kau pikirkan kaisar?"

"Tidak paman, tadi baru saja aku bertabrakan dengan seorang wanita, tapi sudahlah paman tak apa-apa" jawab Kaisar jujur sambil menepuk pelan bahu pamanya

"Ah ya. Ayo kita berangkat" ungkap paman cepat.

☆☆☆

COME BACK KE AMBAR

Setelah rasa yang merangkap hati Ambar dalam beberapa detik tersebut. Ambar kembali ke dunia nyatanya. Lalu dalam diamnya Ambar memperbaiki tataan jilbabnya.

Saat dirasa Ambar sopan dan rapi. Ambar beranjak memasuki lift pendek tersebut.

Hari berikutnya,

Keluar dari peratapan vila yang nyaman. Ambar pun mulai menapaki jalan kecil nan rapi itu karena disekelilingnya terdapat blok-blok daun teh yang berjajar rapi dan sama tinggi itu.

Walaupun suasana masih bisa dikatakan subuh dan matahari nampak malu-malu untuk keluar dari tempatnya akan tetapi para pekerja pemetik pucuk teh mulai berdatangan.

Ambar tersenyum saat ada salah satu Ibu berjalan berlawanan arah dengan nya. Ibu tersebut juga tersenyum. Ibu itu pun menghentikan langkahnya untuk menyapa.

"Pagi nak. Hendak kemana?" Tanya heran Ibu itu.

"Ahh ini bu, hanya ingin mencari angin subuh bu, saya akan menepi dipondok itu bu!" Tunjuk Ambar di sudut kanan nun jauh dibelakang tapi masih bisa dibilang itu masih daerah kebun teh. Ambar tidak tau kebun teh ini ada berapa hektar yang jelas kebun ini ada bertepatan disekitar vilanya.

"Apa tidak terlalu jauh nak?

Ambar tersenyum lagi memperlihatkan gigi kelinci mungilnya "Tidak bu, saya suka berjalan. Tak masalah sejauh apapun, apalagi udara subuh yang amat sejuk ini".

Ambar berlalu permisi "Mari bu, selamat bekerja. Assalamualikum" Ambar menundukan kepala seraya mengucap salam.

Ibu membalas senyum Ambar.
"Yaa... Walaikumsalam..hati-hati ya nak, jalan disini cukup licin " kemudian mereka berlalu pergi setelah sesama tersenyum sebagai perpisahaan mereka.

Menahlukkan Cinta Hambarsir ArsyamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang