Part 5

101 6 0
                                    

Ambar seperti fasih dengan sebutan namanya tadi, mengingatkan dia dengan seseorang tapikan tak mungkin juga orang itu bergeruh ketempat ini, terdengar tak masuk akal. Ambar menepis perasaan tersebut.

Ambar masih melongo heran, tanpa sadar dia berguman lagi. "Ada apa dengan K titik, apakah memang itu namamu? mengapa begitu aneh?"

Haqqi tertawa renyah. Ahh manisnya seru Ambar dalam hati. "Tidak ada yang aneh, hanya saja ada banyak rahasia dibalik huruf K itu, kalo diceritain kayanya gak jelas aja. Jadi biarkan saja dengan huruf K-nya. Cukup Haqqi saja"

Ambar tau Pemuda atau lebih tepatnya Pria ini tak mau berbagi. Akan tetapi masuk akal juga Ambarkan baru bertemu.

Setelah pertemuan pertama antara Ambar dan Haqqi tadi, Haqqi yang menggantikan Ambar membawa bakul besar sampai tempat pertimbangan. Lalu mereka berpisah dan sampailah Haqqi menawari untuk sarapan bersama diwarung sederhana yang jaraknya harus ditempuh dengan sepeda motor.

Bukannya Ambar langsung percaya dengan Haqqi akan tetapi untuk beberapa moment Ambar merasa pernah mengenal sosok Haqqi, entah dimana tapi terasa familiar.

Ambar juga tak memusingkan hal tersebut. Sesampainya diwarung. Ambar turun dari motor dan melihat sekeliling, warung yang tak begitu besar memang diperuntukan orang-orang yang hendak sarapan serta disamping warung tersebut terdapat pohon besar, banyak anak-anak bermain dibawah pohon rindang.

Ambar masih menikmati pemandangan yang jarang ditemui, Haqqi sudah menyelonong duduk didepan warung. Haqqi tertawa lagi melihat ekspresi Ambar, seperti anak-anak yang menemui mainan barunya. Sangat antusias.

"Ambar kau ingin apa?" Ambar menoleh dan berjalan menyusl Haqqi lalu duduk disampingnya.

"Aku ingin roti dan teh ajalah, yang anget-anget aja ya bu, soalnya pas sama suasananya." Jawab Ambar panjang.

"Hmmm yaudah deh bu 1 kopi, 1 teh, 2 rotinya sama nasinya yah bu 1 aja. Makan ga Mbar?"

"Engga de lo aja"

"Itu aja deh bu"

"Iya mas tunggu bentar." Sahut wanita paruh baya.

"Lo baru pertama yang masuk desa gini, ketauan banget malah lo yang norak Mbar?" Haqqi tertawa lagi. Entah kenapa Haqqi seperti disajikan sebuah lawakan yang membuatnya tertawa sedari tadi.

Ambar manyun dikatain norak. "Kalo dibilang norak kayanya Iya deh. Masalahnya aku ga pernah ngeliat beginian dikota, tau ajakan Jakarta gimana? Jadi yah kaya dapat pelajaran baru aja gitu, semacam nemu dunia yang lain."

"Terus nenek dikebun teh emang ga ada cucunya gitu? Gila aja tuh nenek udah kaya embah gue dikampung aja, harusnya tuh nenek dirumah menikmati hari tuanya? Kenapa malah dhari tuanya dimalah banting tulang gitu? Itu juga yang punya kebun ga ada pengertiannya apa masa ga ada toleransi buat nenek tua itu? Ahhh andaikan aku berkuasa!!" geram Ambar dengan pertanyaan-pertanyaan didalam otaknya.

Haqqi hanya mengamati dan menyahut seadanya saat Ambar bercerita. Haqqi juga ingin menjawab tapi terlalu banyak pertanyaan.

"Kenapa memang dengan kekuassaan?" Tanya haqqi.

Kopi dan Teh mereka datang. "Makasih bu." Ujar Ambar dan Haqqi bersamaan.

"Yah mungkin dengan kekuasaan aku bisa mengendaliakan semua dengan sesuai kehendakku. Bisa aja kan?"

"Yah bisa sih. Tapi ga semua juga bisa dikendalikan dengan kekuasaan contohnya cinta." Jawab Haqqi sarkatis.

"Cinta. Hmmm bisa jadi sih. Tapi cinta tuh apa sih?" Ambar berkata aneh lagi.

Menahlukkan Cinta Hambarsir ArsyamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang