Part 6

139 8 0
                                    


Jalanan desa memang yang terbaik. Lebih banyak orang berhalu-halang dengan berjalan kaki atau menunggang kerbau tak jarang bahkan kuda juga.

Hanya Ambar dan Haqqi yang menggunakan motor sepanjang mata memandang, motor saja masih hal langka disini.

Ambar makin penasaran kemana Haqii membawanya. Ia bertanya.

"Kita kemana sih?"

"Tunggu aja kenapa sih?"

"Yah gue harus tau tempat tujuannya lah sapa tau lo mau jual gue kan gue ga bakal tau, ya kali kalo lo mau jual gue, gue pasti buru loncat dari ni motor"

Haqqi terkekah.

"Lo cerewet ah! Jangan suudzon dulu napa!"

"Ya, makanya kasih tau kita mau kemana!!"

Haqqi berdecik, Ia menepikan motor bebeknya. Ambar makin dibuat bingung, setelah motor bebeknya berhenti dengan selamat.

Haqqi menunjuk sesuatu diatas sana.
"Itu.... kita akan kesana" Ambar menegakkan kepalanya keatas.

"Kesana? Memangnya ada apa disana?"

"Makanya.....kalo mau tau kaga usah nanya, liat sendiri makanya, udah ah! Entr kalo kelamaan disini, jadi diceritain!"

Ambar terdiam menurut. Haqqi mulai menjalankan motornya dengan santai.

***

Sampailah mereka ketempat yang Haqqi tuju. Tepat berada diatas bukit. Hamparan pohon-pohon dan tataan kebun bebaris rapi sama seperti gambaran lukisan didinding Villa Ambar.

Ambar berguman takjud atas apa yang ia lihat.  terutama kumpulan bunga yang berwarna kuning terang Ambar langsung mendekati bunga Matahari itu.

"Aku sangat suka bunga matahari! sangat menyukainya.

"Mengapa harus bunga matahari?"

"Karena bunga matahari memiliki arti selalu setia mengikuti kemana arah matahari bergulir. Jika kamu perhatikan bunga matahari pada pagi hari maka dia akan menghadap ke timur, dimana matahari terbit dan kemudian akan terus mengikutinya seiring pergerakan matahari kearah barat, dimana matahari terbenam. Sifat dari bunga matahari ini memberikan arti kesetiaan yang patut untuk dijadikan pedoman akan arti sebuah kesetiaan. Setia dan patuh akan kodratnya tanpa adanya protes"

Jelas Ambar sembari terus memegang bunga tersebut, kembali Ambar memandangi dengan mata berbinar.

Lanjut Ambar tanpa melepaskan pandangan dari bunga matahari itu.

"Yah mereka indah,"

Haqqi membenarkan ucapan Ambar.

"Dari mana kau tau tempat ini, Haqqi?"

"Ahh, aku sudah cukup sering kesini, saat pikiran dan hatiku tak sejalan, aku mencoba menyatukannya disini, kurasa ini tempat yang cukup damai, sebagai pelarian mungkin?" Haqqi tertawa Ambar.

Ambar melihat kesedihan disana.

"Apa ada yang membebanimu?"

"Haaahhh!!" Haqqi menarik nafas kasar dan berat.

"Cukup banyak beban yang kutanggung, dan sampai sekarang aku masih sanggup menahannya, tapi ada satu hal yang membuatku ingin lari jauh! Bukan ingin bertindak seperti pengecut tapi aku belum menemukannya saja."

"Apa itu?"

"Pernikahan"

Ambar terpaku.

"Aku tidak bisa melihat, Ibu memohon untuk memberikannya cucu, melihatnya memohon agar memberikan cucu sebelum ajal menjemputnya, aku tak bisa mendengar omong kosong itu"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Menahlukkan Cinta Hambarsir ArsyamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang