ga ga

9.9K 1.4K 461
                                    


"Gue mau jelasin semuanya dulu, Lun." ucap Qiye, dengan nada memohon.

Lunisa menggelengkan kepalanya, "Mau jelasin apa, Qi? Udah jelas kan semuanya? Semuanya termasuk perasaan lo ke gue cuma bercadaan, kan? Apa yang mau lo jelasin ke gue, Qi? Apa?" tanya Lunisa.

Ya, hari ini Lunisa memutuskan untuk pergi ke sekolah setelah 3 hari ia mengurung dirinya sendiri di rumahnya.

Qiye menghembuskan napasnya pelan, "Gu-Gue," Qiye terdiam.

"Suka sama Lenka? Kalo lo cuma mau ngo--,"

"Diem dulu napa," potong Qiye. "Gue beneran suka sama lo. Ok, ga suka deng tapi sayang."

Lunisa menaikkan salah satu alisnya, "Udah itu doang? Gue ga percaya tuh. Yaudah gue pengen ke kelas," ucap Lunisa, lalu beranjak meninggalkan Qiye.

Qiye menarik tangan Lunisa pelan, "Gue serius, Lun."

"Terus gue harus apa, Qi? Gue capek suka sama orang kalo akhiran--nya yang sakit gue doang."

"Ngeliat lo pelukan sama Louis, lo pikir ga sakit?" tanya Qi.

"Ngeliat lo dinner sama Lenka, lo pikir ga sakit? Nunggu lo berjam--jam, dan gatau nya lo malah jalan sama Lenka, lo pikir ga sakit? Waktu lo bilang, lo suka sama gue cuma bercandaan, lo pikir ga sakit? Saat hati lo di benerin dan di ancurin sama orang yang sama, lo pikir ga sakit? Capek, Qi." balas Lunisa.

Qiye terdiam sejenak, "Gue kira lo masih suka sama Louis. Makanya, gue mencoba untuk suka sama Lenka. Dan itu sama sekali ga berhasil."

Lunisa dan Qiye menghembuskan napasnya pelan, "Gue udah terlanjur sayang sama lo, bego." ucap Lunisa dan Qiye berbarengan.

"Tapi, gue ga bisa sama lo, Qi." ucap Lunisa, tiba--tiba.

Qiye membulatkan matanya, "Kenapa?"

"Louis suka sama gue, Lenka suka sama lo. Louis sahabat lo. Lenka sahabat gue. Dan kita mau ngancurin perasaan mereka?" tanya Lunisa.

"Maksud lo, Lun?"

Lunisa menghembuskan napasnya, "Kenapa kita ga coba untuk---,"

"Suka sama mereka? Lo minta kita ngorbanin perasaan kita? Lo tuh orang teraneh yang pernah gue temuin, lo cuma mikirin perasaan orang lain. Tapi, lo ga mikirin perasaan lo sendiri. Perasaan kita." potong Qi.

Lunisa membisu, "Apa salahnya sih, Qi?"

"Apa salahnya? Lo nanya apa salahnya? Pertama, lo boongin perasaan lo sendiri. Kedua, lo nyakitin perasaan lo sendiri. Ketiga, lo ngerugiin diri lo sendiri. Keempat, kelima, dan keenam yang bakal lo rasain semua itu, gue juga bakal ngerasain."

"Yaudahlah, mau gimana lagi?"

Qiye menggelengkan kepalanya singkat, "Lo orang ter-egois yang gue tau, Lun. Lo egois, lo aneh, tapi ga ngerubah apapun yang gue rasain sama lo. Kalo lo maunya kaya gini, yaudah. Gue bisa apa? Gue juga gamau kalo gue yang terus berjuang sampai akhir, tapi lo gamau berjuang sama perasaan kita." ucap Qi, lalu melangkah meninggalkan Lunisa.

"Qi," panggil Lunisa. Qiye menghentikan langkahnya, namun pandangan-nya tetap membelakangi Lunisa, "Bulan depan, abis perayaan kelulusan, gue dapet beasiswa kuliah di luar, dan rencana-nya gue bakal ambil," lanjutnya.

Qiye memutar kepalanya, "Sukses ya, Lun." ucapnya, lalu tetap berjalan meninggalkan Lunisa.


$$

hOi sndjejwjiwqshdj kangeeeeEn

gue baru selesai to sekolah niE, mingdep gue uas:-(

gue bela2in ni chapt hari ini bekoz udaa pada minta smw hwhw:--)

kangen kan lu smw sm aing:-)

line clone ➕louisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang