ga pat

8.6K 1.3K 442
                                    


"Lunisa, udah selesai?" tanya Mia, menganggetkan Lunisa.

Lunisa melihat sekelilingnya, "Udah." jawab Lunisa singkat, dan kembali membuka handphone--nya, berharap seseorang yang baru saja ia kirimkan pesan menjawab pesan-nya.

Lunisa mendengar suara teriakan ibu-nya dari lantai bawah, Lunisa segera mengambil secarik kertas dan mulai menulis. Mia berteriak berkali-kali, namun Lunisa tidak menghiraukannya. Hingga panggilan yang ke-tujuh dari ibunya, ia baru menjawabnya "Iya, bentar lagi."

Lunisa memandang kamar-nya dan matanya tertuju pada 3 bingkai yang terletak di rak buku itu. Pada bingkai pertama, ia melihat ia bersama Lenka yang sedang tertawa ria. Pada bingkai kedua, ia melihat foto ia bersama Louis. Ya, foto itu adalah hasil editan-nya saat ia masih menyukai Louis. Dan pada bingkai ketiga, ia melihat foto ia sedang memeluk boneka dari Qiye. Lunisa segera menaruh ketiga bingkai tersebut ke dalam laci. Lunisa kembali melangkah segera meninggalkan kamarnya itu.

"Lunisa, kenapa lama banget? Nanti kamu ketinggalan pesawat. Louis udah di depan, ayo kita berangkat!" ucap--Mia. Lunisa hanya mengangguk pelan.

#

"Lunisa, pokoknya kalau kamu udah sampe disana, kamu harus segera hubungi mama ya. Jangan bandel disana, jangan boros, jangan melakukan hal yang macam--macam. Kalau ada sesuatu segera hubungi mama. Belajar yang bener. Mengerti?" ucap-Mia.

Lunisa mengangguk, "Iya, Ma. Lunisa udah gede, bisa jaga diri kok."

Lunisa segera beranjak ke arah Louis, mereka bertatapan cukup lama, "Lun, gue sayang sama lo." ucap Louis.

Lunisa menatap Louis, "Gu--gue--"

"Gausah di jawab, gue tau kok jawaban--nya. Lo udah nyoba ngehubungin Qiye?" tanya Louis.

Lunisa mengalihkan pandangannya, "Ga di angkat," lalu tersenyum singkat.

"Line?" tanya Louis, lagi.

"Ga di bales," balas Lunisa, lalu tersenyum lagi.

"Ada sesuatu yang mau lo titipin buat Qiye?"

Lunisa segera mengambil amplop di tasnya, "Lou, gue nitip ya kasih ke Qiye kalo lo ketemu sama dia."

Louis mengangguk, "Pasti gue kasih kok," balasnya. "Lun, maafin gue selama ini ya, udah buat lo nunggu bertahun-tahun, dan malah nyakitin lo seenaknya. Gue tau perasaan lo ke gue udah ga kaya dulu lagi, dan gue tau ini terlambat banget untuk gue omongin, sama yang kaya awal gue bilang, gue sayang sama lo." lanjutnya.

Lunisa tersenyum, "Gue juga kok, tapi bukan sayang gue rasain kaya dulu. Gue juga minta maaf ga bisa bales perasaan lo ke gue, Lou."

"Lo ga perlu minta maaf, karma itu berlaku kok semua yang gue laluin kemaren--kemaren sekarang udah terbalaskan." ucap Louis.

Lunisa hanya membalas dengan senyuman, "Gue berangkat ya, Lou!" ucap Lunisa.

"Lun,"

"Ya?"

Louis menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Gue boleh meluk lo? Untuk--yang terakhir kali nya," ucapnya.

Lunisa mengangguk, dan Louis segera memeluknya, "Gue masih nungguin lo kok, Lun. Lo hati--hati ya disana, jaga diri baik--baik. Gue bakal nungguin lo sampe balik lagi. Janji." ucap Louis.

Lunisa melepas pelukannya, "Siap bos!" balasnya, lalu tertawa singkat.

"Ma.. Lou.. Berangkat ya!" ucap Lunisa, lalu melambaikan tangan.

"Lunisa inget ya jangan bandel, sekolah yang bener biar cepet lulus. Kalo udah lulus biar cepet nikah sama Louis," teriak-Mia, saat melihat Lunisa sudah jauh dari pandangannya.

Lunisa yang masih bisa mendengar dengan samar--samar hanya bisa menggeleng--gelengkan kepala, dan Louis hanya bisa terdiam.

"Tante, ayo aku anter pulang," ucap Louis.

Dari kejauhan Louis meilihat seseorang tengah berlari--lari, Louis terdiam sebentar, "Lou, Lunisa dimana?" tanya Qiye. Ya, Qiye.

"Telat bro, pesawatnya udah mau terbang." balas Louis.

Qiye menunjukan wajah penuh penyesalan, "Nih, titipan dari Lunisa." ucap Louis, lalu memberikan amplop yang di titipkan Lunisa tadi.

"Buat gue?" tanya Qiye.

Louis mengangguk, "Udah ya bro, gue pulang duluan." ucapnya, lalu menepuk bahu Qiye.

Qiye hanya bisa mengangguk, qiye menatap amplop itu dan lalu membuka--nya,.

To: Qiye

Halo, Qi.

Kalo lo baca ini, gue udah terbang ya. HAHAHHAAH terbang. Kenapa ga ngangkat telp gue? Kenapa ga bales chat gue? Kenapa sengaja ga nge--read chat gue? Gue tau gue egois. Gue tau gue egois pake banget. Tapi, ya gue gabisa boongin perasaan gue, kalo gue emang sayang juga sama lo. Kenapa lo ngehindar dari gue terus? Kita tuh aneh ya qi, disaat lo ngedeket gue ngejauh, disaat gue ngedeket lo ngejauh. Kita kayak emang ga pernah di takdirin buat bareng--bareng kali ya?

Gue pergi ya, Qi. 6 tahun lagi gue balik. Lama ya? Banget:-) Gue kepengen--nya, pas gue udah balik gue ngeliat lo ga jomblo lagi, udah punya pacar atau tunangan atau istri bahkan anak AHAHAHAH:-)

Dunia emang kadang ga adil. Banyak orang saling sayang tapi ga bisa bersama, dan banyak orang yang bersama eh taunya ga saling sayang. Kenapa kita termasuk diantara itu ya? Cape.

Tapi, gue yakin kok suatu saat kita bakal ketemu sama orang yang bener--bener udah takdirnya buat kita. Ya, bukan kita. Maksudnya, lo bakalan punya hidup sendiri, dan gue punya hidup sendiri.

Yaudahlah ya, Qi. Gue gue cuma mau bilang, gue sayang sama lo. Gitu aja. Tapi, gue gatau perasaan ini bakalan bertahan sampe gue balik lagi atau engga. Sama kayak perasaan lo, ga mungkin kan perasaan lo bakalan sama dengan apa yang lo rasain 6 tahun mendatang?

Qi, maaf ya kertas nya basah. Mata gue ujan mulu abisnya, hehe.

Udah ya, Qi.

Bye:-)

- Lunisa




##

test 123

AHAHAHHAHA hai

:-)

line clone ➕louisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang