KE KOTA PARIS

317 0 0
                                    

Ibu Siti dapat undangan arisan dari teman-temannya. Kebetulan ibu Siti sudah lama tidak ikut acara seperti itu. Hari pertama buk Siti hadir dalam acara warisan itu terasa jatuh mentalnya oleh gaya ibu-ibu di desa ini. Maklum soalnya sebelum ibu Siti kemari jika arisan semua memakai kain sarung dan baju panjang seperti pakaian adat. Tapi kali pakaian beranekaragam gaya terpampang di tubuh mereka masing-masing.
"Ibu Siti? Kok ngelamun sih?" Tanya buk Mawar kepadanya.
"Gak ada kok " jawab Siti menyembunyikan pemikirannya.
"Ternyata gaya orang sini sudah seperti gaya orang kota juga ya" ujar Siti dalam hatinya.
Mereka pun bercengkrama dengan tema berbeda di masing-masing kelompok. Ada yang bahas baju, bahas berondong, hingga gosipi suami mereka sendiri.
Sementara Siti berada dalam kelompok yang membahas masalah tas dan baju.
"Jeng...Mawar...tau gak ini baju aku beli dari mana?" Buk Dian memulai pembicaraan dengan memamerkan bajunya.
"Emangnya dimana sih jeng?" Tanya buk Mawar untuk melayani kebanggaan dari buk Dian.
"Ini di belikkan suami ku dari Jawa lo jeng Mawar. Lihat ni baguskan?"
"Wah..itu sih namanya bukan buk Dian yang beli, tapi suami ibu" balas ibu Titin.
"Sama aja kali buk" jawab buk Dian kembali.
"Hem..pantesan...seperti tas laki-laki ya buk? Soalnya yang beli kan laki-laki"
Balas buk Mawar untuk menghantam buk Dian.
"Ih buk Mawar gitu kali lo"
Ibu Siti masih bingung bagaimana cara memulai pembicaraan dengan mereka sebab tidak ada yang bisa dipamerkan oleh Siti. Ibu Siti berfikir dengan keras hingga akhirnya dia mendapatkan sebuah ide.
"Tas ibu Mawar beli dimana? Bagus banget bentuknya" tanya Siti.
"Oh...ini saya beli di bali collection, murah kok harganya. Cuman 120 ribu"
"Wah murah ya?" Sambut Siti
"Tapi saya kurang pede lo buk kalau pakai tas murah begitu" sambung buk Dian dengan gaya sombongnya.
"Emang tas ibu harga berapa? " ibu Mawar balas bertanya.
"Wah ini sudah yang murahnya. Harganya satu juta dua ratus buk" jawabnya dengan kepercayaan diri tingkat dewa.
"Jadi kok modenya seperti tas di jaman tidak sedap ya buk?" Balas buk Mawar
"Yang penting kan harga" bela buk Dian.
"Tas saya juga harganya 120 seperti tas buk Mawar" ucap ibu Rini. Ibu Rini salah seorang yang berjiwa baik sehingga buk Siti senang berkunjung ke rumah buk Rini.
"Oh iya buk, tapi nampak lebih elegan ya buk?" Balas buk Mawar
"Tapi saya beli nya di Paris"
Mendengar kata Paris ibu Siti tak dapat berkata-kata.
Tidak sampai dua menit berlalu khayalan ibu Siti pun terbang jauh ke kota Paris.
Ibu Siti kini berkhayal berada di kota Paris bersama Joko. Keindahan dan kemegahan kota Paris terlihat jelas dalam kahayalan Siti.
Lalu khayalannya pun berjalan menuju toko tas terbesar di kota Paris dan Joko pun menawarin buk Siti untuk memilih tas manapun yang dia mau.
Ketika sampai di kasir khayalannya buyar oleh panggilan suara buk Mawar.
"Buk..buk..."
"Eh iya...ada apa buk Mawar?" Tanya Siti.
"Melamunin apalagi sih buk Siti ini? Dari tadi melamun saja" tanya buk Mawar.
"Gak ngelamun apa-apa lo buk" jawab buk Siti.
Pandangan buk Siti kemudian mengarah kepada buk Rini.
"Buk..berapa ongkos ke Paris?" Tanya buk Siti untuk mengobati rasa penasarannya.
"Cuman 20 ribu buk"
"Ha...yang benar lah buk" jawab buk Siti karena kurang yakin.
"Iya loh buk. Toko Paris yang di Rantau prapat lo buk" jelasnya.
Buk Siti akhirnya terdiam dengan segala pikirannya yang kocak. Ternyata bukan kota Paris melainkan toko Paris.

SUPER JOKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang