Tak terasa, sebulan telah berlalu sejak kepergian Steve. Entah darimana, dua minggu yang lalu Steve mengirimiku gugatan cerai yang tinggal ditandatangani. Aku sungguh merasa ia sangat membenciku sekarang. Namun dalam suasana duka yang meliputiku, juga ada kebahagiaan mendalam. Tak kusangka, aku bisa memiliki pria idamanku selama ini... Dan sebentar lagi kami akan pergi ke Paris, berdua saja, dan menikmati hidup di sana.
"Sayang, apakah kau sudah selesai mengemasi barangmu?" teriak Rene.
"Ya, tunggu sebentar sayang, aku akan segera turun," teriakku.Rene sedang menungguku di lantai bawah, sementara aku sedang mengemasi barangku di atas. Aku tersenyum. Tasku sudah siap. KRIIINGG!! Tiba-tiba handphone-ku berbunyi. Ah, ada-ada saja. Di saat genting seperti ini... Aku memutuskan tidak menjawab telpon itu. Namun kulihat bahwa itu telpon dari Jane, sahabatku.
"Halo," jawabku malas. Sejak mengetahui skandal pernikahanku, Jane rasanya menghindar dan menyalahkanku. Sekarang untuk apa dia menelpon!
"Eva, ini demi kebaikanmu," ujar Jane, "ini semua demi kebaikanmu!"
"Apa yang terjadi, Jane? Kenapa suaramu aneh?"***
Setelah menutup telepon, tanganku bergetar. Aku menatap tas koperku yang sudah rapi. Aku memejamkan mata, berharap semua hanya mimpi... namun...
"Hei, sayang, mana kopermu?" tanya Rene, "lama sekali aku menunggumu di sini!"
"Katakan padaku, Rene," ujarku kaku, "apakah semua yang dikatakan Jane itu benar...."
"Apa? Siapa Jane? Apa yang dikatakannya?"
"Jane adalah sahabatku. Dia baru menelponku dan memberitahuku bahwa... kau beristri."
"Omong kosong! Aku tak kenal Jane, dia Cuma penipu! Ayo, kemasi barangmu dan kita pergi," ujar Rene marah, ia menarik tanganku ke lantai atas.
"Rene!" teriakku, "katakan sejujurnya!!" Rene menghela napas dan melepaskan tanganku.
"Aku tak peduli kau sudah bersuami, Eva! Aku mencintaimu, aku tak peduli. Sekarang kenapa kau harus peduli bahwa aku sudah beristri?"
"Kurang ajar!" aku menampar Rene keras-keras, "sekarang keluar dari rumah ini!"
"Kenapa, Eva? Kau juga bersuami, aku tak masalah kan? Lagipula, aku dan istriku akan bercerai! Aku janji!"
"Kau tak pernah jujur padaku, Rene. Kau pembohong! Sekarang cepat pergi, aku tak mau melihat wajahmu lagi!"
"Eva!"
"Pergi sekarang!"Rene memaki dan menyeret kopernya keluar dari rumahku. Ia menggas mobilnya dan pergi. Aku tertinggal di ruang tamu, hanya dengan isak dan airmata.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Commitment
RomancePernikahan adalah soal komitmen... tapi bagaimana jika cinta sudah berpindah ke lain hati? Haruskah aku berkomitmen tanpa cinta?