Ghefari yang lebih muda.

148 6 0
                                    

Terlambat.
Satu kata mengerikan yang sedang terjadi padaku.
Sekarang aku terburu-buru memakai sepatu dengan asal sambil menggigit kunci motor di mulutku.

Disaat aku hendak membuka kunci pagar, secara kebetulan Ghefari juga keluar dari rumah bersama motor abu-abunya.

Kami saling bertatapan sesaat sampai aku sadar kalau aku sudah tidak punya banyak waktu lagi. Maka aku memilih mengabaikannya dan kembali masuk untuk mengambil motorku.
Namun aku merasa ada sesuatu yang aneh, jadi aku menengokkan kepalaku ke arah Ghefari. Dan aku pun terkejut melihat seragam sekolahnya yang sama denganku.
Baru saja aku hendak menanyakannya, Ghefari sudah pergi lebih dulu meninggalkanku.

"Kampretos." Sungutku.

--

Aku menyeringai senang karena berhasil menginjakkan kaki di dalam gerbang sekolah tepat waktu bertepatan dengan bel masuk yang berbunyi. Sesegera mungkin aku berlari menyusuri koridor menuju kelasku; 12 IPA-3.
Untungnya guru pengajar belum datang, jadi aku bisa leluasa menghampiri teman semejaku Lashana Zeta.

"Pagi, Sha." Sapaku riang.

Lashana yang tadinya sedang memainkan ponsel, melirikku melalui ekor matanya.

"Telat bangun lagi?"

"Sha, kayaknya nanti ada murid pindahan deh." Ucapku tanpa menghiraukan pertanyaan Lashana sebelumnya. Temanku yang satu ini memang selalu bertanya seperti itu setiap pagi, membuatku bosan.

"Kata siapa?" Sahutnya tak acuh.

"Tadi pagi gue liat cogan baru pake seragam sekolah kita."

"Oh."

Aku mencibir dan tanganku terangkat untuk menjitak pelan kepalanya.

"Apaan sih, Na?"

"Respon lo, gak asik."

"Biarin aja. Gue kan udah punya cogan. Emangnya elo, jones." Ujarnya sambil terkikik.

"Sialan lo."

--

Sampai jam istirahat tiba aku masih memikirkan Ghefari.
Aku belum melihatnya sejak pagi, dan dikalangan angkatanku juga tidak ada desas-desus murid pindahan.
Setibanya di kantin pun aku sibuk mencari keberadaannya sampai-sampai aku tidak menghiraukan ocehan Lashana.

"Na, nyari siapa sih?"

"Orang."

"Gue juga tau, gobs."

"Yaudah diem."

Sesuai perkataanku Lashana berhenti bicara dan kembali menghabiskan bakso yang ia pesan beberapa menit lalu.

Sampai akhirnya pandangan kami saling bertemu. Aku melihat Ghefari di pojok kantin dekat area kelas 10.

"Sha, tunggu sini ya bentar."

"Mau kemana, Na?"

Lagi-lagi aku menghiraukan ucapan Lashana dan beralih menuju Ghefari.
Sepertinya dia tahu kalau aku berniat menghampirinya karena Ghefari memisahkan diri dari sekelompok temannya.

"Elo sekolah disini, Ghef?" Tanyaku setelah kami berdua berhenti di lorong sepi samping kelas 10-7 (kalau aku tidak salah lihat).

"Iya, Key." Jawabnya sembari tersenyum.

Aku mengernyit mendengarnya memanggilku Key.

"Nama gue Kayana." Ucapku membenarkan.

"Iya, Key. Gue belum lupa kok."

Aku heran mendengar jawaban dari mulut Ghefari. Lantas mengapa sejak tadi dia terus memanggilku Key.
Aku memilih untuk tidak ambil pusing dan kembali fokus untuk bertanya padanya.

"Lo masuk kelas mana, Ghef?"

Ghefari tersenyum lagi, lalu ia mengedikkan dagunya ke arah kelas disamping kami.

"Kelas ini?" Tanyaku memastikan sembari menempelkan jari telunjukku ke dinding kelas yang baru saja ditunjuk oleh Ghefari.

Mataku mengerjap ketika Ghefari menganggukkan kepalanya. Sejenak aku terdiam, mencoba mencerna maksudnya.

"Elo kelas 10?" Tanyaku pelan setengah tidak percaya.

"Iya, Key."

"Kayana." Seruku. Tanpa sengaja suaraku meninggi.

"Gue masih inget nama lo, Kayana Latavia."

Terserah.
Aku tidak mau lagi menggubrisnya. Ternyata Ghefari lebih muda dariku, pantas saja kemarin dia sengaja tidak menjawab pertanyaanku.
Dasar cogan kampretos.

Terlanjur merasa jengkel, aku memutuskan untuk segera pamit dari hadapannya.

"Udah dulu ya, Ghef. Kasian temen gue masih nungguin. Bye."

Dengan cepat aku berbalik dan melangkah kakiku kembali menuju meja kantin yang sejak tadi ditempati oleh Lashana.

"Jadi itu cogan yang lo ceritain tadi pagi, Na?"

"Ah-eh. Iya, Sha." Sahutku tergagap karena Ghefari masih memperhatikanku dari kejauhan.

"Ciyee, berondong keju." Godanya seraya mencolek pipiku.

Mendengar ejekannya, pun aku menatap galak pada Lashana.

"Eh, Sha. Kok lo tau sih kalo dia berondong?"

"Iya dong. Cogan lo kan masuk kelas 10-7. Kelasnya adik gue juga, Na."

"Dia bukan cogan gue, gobs." Gerutuku kesal.

Lashana memutar matanya padaku sambil bergumam, "Terserah."

• • •

Gimana pendapat kalian kalau naksir sama cowok yang lebih muda?

Voments!

(Satu atau dua respon untuk update chapter selanjutnya)

Fallen for My NeighbourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang