Keraguan Kayana.

105 9 0
                                    

"Sebenernya lo suka gak sih sama Ghefari?" Tanya Lashana ditengah kesibukannya mengunyah keripik kentang milikku.

Aku termangu, menatap tingginya langit-langit kamarku.

"Gak deh.." gumamku pelan.

"Hah? Apaan, Na?"

"Gue gak suka.. kok." Kataku mencoba meyakini ucapanku sendiri.

"Oh gitu, syukur deh." Timpalnya lalu menyengir lebar.

Dahiku mengernyit bingung,
"Syukur kenapa?"

"Adik gue si Nayra kayaknya naksir Ghefari deh." Jelasnya.

Aku ber-oh dalam hati.
Aku juga kenal dengan adik Lashana, seperti yang disebut oleh sahabatku tadi, namanya Nayra. Lengkapnya Nayra Odella.

"Tau darimana, Sha? Adik lo kan introvert gitu." Aku merubah posisi tidurku menghadap ke arahnya, bersiap menanti jawaban dari mulut Lashana.

"Nah itu dia Na, semenjak Nayra ngeliat Ghefari nyamperin kita di kantin, mendadak adik gue sering nanyain tentang si berondong keju."

Aku manggut-manggut mengerti. Timbul sedikit perasaan tidak terima dibenakku.

Tapi, belum tentu juga Ghefari menyukai Nayra. Batinku menenangkan diri.

"Na?" Panggilan Lashana membuyarkan lamunanku.

"Kenapa lagi, Sha?"

"Kalo lo emang gak suka sama Ghefari, mendingan lo jangan kasih harapan lebih ke dia. Kasian tau."

Aku mendelik sebal padanya,
"Aku bukan cewek kayak gitu ya, Sha. Lagian sejak kapan Ghefari berharap sama gue?"

Lashana menghembuskan nafas berat, seakan-akan sudah lelah untuk menghadapiku.

"Terserah lo aja, gue cuma ngasih pendapat." Timpalnya.

Aku akhirnya mengangguk, mencoba tidak terlalu peduli.
Aku tidak ingin bertengkar dengan Lashana hanya karena cogan kampretos.

Kami berdua saling diam, tidak melanjutkan obrolan lagi.
Lashana sibuk dengan ponselnya. Dan aku kembali membayangkan Ghefari bersanding dengan Nayra. Anehnya, hatiku seakan tercubit. Rasanya nyelekit.

Tiba-tiba Lashana bangkit dari kasurku. Dia menepuk-nepuk roknya, mungkin supaya tidak terlihat terlalu kusut. Menurutku sih percuma, Lashana kan kalau berbaring mirip seperti kuda, tidak bisa diam.

"Gue pulang ya, Na." Pamitnya seraya mengambil tas yang terletak di meja belajarku.

"Oke. Udah dateng jemputannya?" Tanyaku memastikan.

Lashana mengangguk, senyuman manis terbit di wajahnya.
Kalau sudah begitu, pasti pacarnya yang menjemput, bukan Ayahnya.

"Gue gak anter ke depan ya, males liat orang pacaran." Kataku berpura-pura sinis.

Lashana langsung saja mendorong dahiku dengan jari telunjuknya.
"Susah ya punya temen yang doyan iri dengki."

"Sialan lo!" Umpatku.

Belum sempat aku membalas, niatnya mau menarik ujung rambutnya, tapi Lashana sudah lebih dulu berlari keluar dari kamarku. Dasar kurang ajar.

**

Mendadak aku teringat dengan ponselku, seharian ini aku belum mengecek notifikasi apapun walaupun aku tahu sejak tadi ada bunyi-bunyian yang susul-menyusul.

Ada line dari Ghefari. Dari Nichos juga ada. Selebihnya hanya dari grup teman sekelas yang ribut menanyakan tugas untuk besok.

Aku memilih pesan dari Ghefari yang pertama kubaca.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fallen for My NeighbourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang