Seminggu terakhir ini, aku merasa berperan layaknya drama queen. Sikapku benar-benar penuh drama. Kalian mau tahu alasannya? Tentu saja karena sekarang ada Nichos disisiku. Dulu, aku sudah terbiasa dimanjakan olehnya. Jadi saat ini aku sedang disibukkan nostalgia dengannya, manis-manis manja bersama Nichos.
Malam ini malam minggu. Nichos sudah janji akan menemaniku membeli ikat rambut berbentuk kabel melingkar warna-warni yang hilang sejak kemarin.
Aku paling senang hang-out bersama Nichos, karena tanpa rasa malu lagi aku bisa minta apapun yang aku inginkan dan Nichos pasti dengan senang hati memberikannya secara cuma-cuma.
Maafkan sifat matreku, ya? Nichos saja tidak pernah mempermasalahkannya jadi kalian juga tidak boleh komentar. Aku kan hanya seorang gadis yang apa adanya.Baru saja aku hendak menemui Nichos yang sudah setia menungguku di ruang tamu, tiba-tiba ponselku yang berada diatas meja rias bergetar singkat.
GhefPram : halooo
KayLatv : banduuung
GhefPram : wkwk paan sih lo
KayLatv : knp ghef?
GhefPram : lo mau pergi ya?
Aku terpekur membaca pertanyaan dari Ghefari. Bagaimana dia bisa tahu kalau aku hendak pergi menikmati indahnya malam minggu. Aku bilang begitu cuma karena mau di traktir Nichos lho ya.
KayLatv : hehe iyaa nih
GhefPram : oke, hv fun
Seketika terbesit rasa tidak enak hati pada Ghefari. Tapi apa daya, aku benar-benar butuh cuci mata. Kan lumayan daripada suntuk di rumah. Sendirian. Ew.
Aku berbalik menghadap cermin, sekali lagi memastikan kalau penampilanku sudah sempurna.
Aku meringis pelan ketika melihat wajah suram milik Nichos karena terlalu lama menungguku bersiap-siap.
"Nichoooosss.. sorry yaaa lamaaaa." Ucapku manja seperti kucing yang sedang ndusel-ndusel kaki tuannya.
Nichos mendecak sebal sembari memutar bola matanya. Ternyata cara tadi masih kurang ampuh. Sepertinya aku harus mengeluarkan jurusku yang selanjutnya.
Aku memanyunkan bibirku yang mungil lalu jari telunjukku yang lentik menoel pipinya.
"Marah?" Tanyaku berpura-pura sedih.
"Kaga elah. Yaudah yuk berangkat sekarang." Jawabnya seraya bangun dari sofa empuk berwarna oranye.
Aku mengangguk penuh semangat, kemudian mengikuti Nichos yang berjalan keluar lebih dulu.
**
Kami menghabiskan waktu berjam-jam melihat seisi mall sambil bercanda satu sama lain. Seperti dulu, tidak ada yang berubah. Rasanya waktu berjalan sangat cepat jika aku sedang bersama dengan Nichos.
"Laper gak lu?"
"Banget lah, makan sekarang ya?" Rengekku, dan dengan sengaja tanganku menarik ujung bajunya.
Nichos mendengus geli, lalu segera menarik tanganku masuk ke dalam salah satu Cafe yang ada di sekitar kami.
"Chos, abis ini langsung pulang aja ya? Kaki gue udah capek banget nih." Keluhku dengan mulut penuh makanan.
"Iya Ay bawel." Sahutnya menyetujui permintaanku.
Aku bersyukur Nichos mengajakku pergi malam ini menggunakan mobil Ayahnya. Aku malas jika harus duduk manis di motor ninjanya yang tinggi. Menyusahkan.
Kami sampai di rumah jam sepuluh malam lebih sedikit. Nichos langsung pamit pulang karena dia juga lelah dan ingin segera tidur.
Aku juga mau tidur.
Namun, disaat aku selesai mengunci pintu tiba-tiba terdengar bunyi pagar rumahku yang dibuka.
Mungkin barang Nichos ada yang ketinggalan, pikirku.
Buru-buru aku membuka kembali pintu rumahku yang baru saja terkunci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen for My Neighbour
Fiksi Remaja[UN-MOOD] Siapa sih yang gak seneng punya tetangga cogan? Alias cowok ganteng. Sayangnya dia lebih muda dua tahun dari gue. Malu dong kalo ketauan naksir brondong. Tapi kalo cuma buat penyedap mata ya gapapa lah. -- Kayana Latavia Gue punya tetangga...