"Rafka.....?? Kamu Rafka Adi Putra kelas 2 Ips A kan.? Kenapa masih disini cepat masuk keruangan kamu..."
Tiba tiba Bu Nazwah sudah berada diruangan ini. Ternyata rafka lupa menutupnya kembali...
"Kamu juga rey.?? Kenapa masih disini.?? Cepat masuk..." kali ini Bu Nazwah menunjuk ke arahku. Mungkin ia tak tau jika aku masih punya tunggakan sehingga tak bisa mengikuti ujian kenaikan kelas.
"Maaf bu.. Rey gak bisa ikut ujian karena masih punya tunggakan.." kataku menjelaskan pada bu nazwah, sementara bu nazwah hanya terdiam tak menjawab kata kataku. Mungkin ia bingung akan menjawab apa.
"Kalo kamu Rafka.?? Ibu tidak yakin kamu sama seperti Reyhan.?? Sekarang cepat masuk..." bu nazwah kembali berteriak menyuruh rafka segera masuk....
"Maaf bu.. Saya gak akan ikut ujian kalo Rey gak ikut ujian..." kata Rafka pada bu nazwah..
Kenapa rafka ngotot sekali sih. Kenapa ia tida bisa menghilangkan egonya untuk kali ini. Aku tak mau melihat sahabatku ini tidak bisa mengikuti ujian cukup aku saja. Cukup aku..!!
"Apa apaan kamu rafka.. Kalo ayahmu tau bisa bisa di marah pada kami..." kata bu nazwah..
Ya Ayah Rafka memang selalu memberikan sumbangan yang cukup besar pada sekolah ini.. Tak heran jika guru guru disini sangat memperlakukan rafka dengan baik. Kulihat bu nazwah mengeluarkan ponsel dari saku bajunya. Sepertinya ia akan mengubungi seseorang...
* * *
"Rafka.. Tadi ibu baru saja menghubungi ayahmu. Dia minta agar kamu segera masuk ke ruangan.." kata bu nazwah setalah mengakhiri percakapan lewat telephone...
"Tapi Bu...."
"Jangan bantah.. Dan kamu rey.. kamu juga cepat masuk keruangan... Ayah Rafka melunasi tunggakan tunggakan kamu..."
Aku serontak terkejut bahagia mendengar ucapan bu nazwah. Aku langsung mengambil rancelku dengan cepat aku dan rafka lari menujur ruangan kami....
Tuhan terima kasih.. Terima kasih karena kau mengirimkan mukjizatmu itu...!!
* * *
Akhirnya ujian di hari pertama selesai juga. Dan Alhamdulillah aku tak mendapatkan kesulitan saat mengerjakan soal soal ujian tadi.. Malah aku lihat rafka yang sangat kebingungan dan beberapa kali melirik ke arahku. Aku sedang menunggu rafka di gerbang sekolah.. Katanya tadi dia kedalam sebentar karena ada yang tertinggal.. tapi sudah 15 menit batang hidungnya belum keliatan. Akhirnya Rafka keluar juga. Tapi kali ini kulihat dia tak sendiri. Dia keluar bersama beberapa cewek anak kelas 1. Aku bisa melihat betapa centilnya cewek2 kelas 1 itu. Ahh ada apa denganku.. Apa akau cemburu melihat rafka di dekati cewek2 itu. Tidak.. Ini tak boleh terjadi. Rafka itu sahabatku.. Aku tak boleh jatuh hati padanya..
Pak Kardi supir pribadi Rafka sudah menunggunya dari tadi. Ya pak kardi ini yang selalu menjemput rafka sepulang sekolah karena ayahnya tak bisa menjeputnya dikarenakan masih di kantor. Beruntungnya yah rafka. Tapi aku juga selalu pulang ikut dengan rafka.. Bukan karena aji mumpung. Aku sebenarnya sering menolak. karena rasanya tak enak juga.. Tapi rafka selalu marah jika aku menolaknya.. Karena rumah kami ini satu arah. Dulu rafka sempat mogok ngomong selama 1 hari padaku gara gara aku tidak pulang bersamanya. Ada ada saja sahabatku ini....
Aku dan rafka sudah duduk di kursi belakang mobil. Sementara kursi depan di sebelah pak kardi kosong. Aku tak tau kenapa rafka tak mau duduk di Depan. Mungkin karena ia sengaja ingin berdekatan denganku kali yah.. Ahh pede betul aku ini...
"Rey... Jam berapa.??" kata rafka padaku.. Aneh.. Padahal ia juga memakai jam tangan kenapa masih nanya sama aku...
"Baru jam 11 raf....?? Kenapa.??"
"Masih pagi ya kalo jam segini kita pulang...."
"Maksudnya Raf.??"
"Kita Ke Mall yuk..??"
"Gak ah raf.. Kamu aja. Lagi pula aku lagi nabung... Gak mau buang buang uang..."
"Rey jangan mulai lagi deh nanti biar aku yang bayarin.. .."
"Raf.. dari pada uangmu itu dipakai untuk yang tidak jelas.. Lebih baik di tabung...."
"Ahh kamu rey.. Nabung terus.. Buat apa sih.?? Pasti buat kawin yah.??"
"Huffftt itu sih kamu raf.??"
"Hahaha.. Yaudah gimana kalo kerumah aku aja rey.. Sekalian kita belajar bareng. Bagi bagi dong pinternya.."
"Tapi raf.....??"
"Rey.. Masa yang ini juga kamu mau nolak.???"
Sahabatku yang satu ini memang keras kepala. Dan kali ini aku tak bisa menolaknya.. Pak kardi terus melajukan mobilnya. Sesekali dia tersenyum mendengar candaku dengan Rafka.
***
Aku masih berdiri memandangi mewahnya rumah Rafka. Padahal bukan kali ini aku berkunjung kerumahnya, tapi tetep saja aku selalu terkagum kagum jika melihat rumahnya. Aku jadi teringat dulu aku sempat memiliki rumah mewah. Walaupun tak semewah rumah rafka saat ini, tapi semuanya hilang begitu saja ketika Ayah meninggal.. Seandainya ayah masih ada.. Mungkin hidupku takan seperti ini. Tuhan.. Kenapa kau ambil dia dari sisiku begitu cepat..
"Rey.. Kenapa bengong.. Cepetan masuk..." Kata Rafka yang heran melihatku melamaun....
"Ayah sama ibumu di mana raf.??"
"Yah kamu rey.. Kayak baru aja kerumahku.. seperti biasa mereka sibuk dengan pekerjaanya.. "
"Sepi yah..."
"ia sepi.. Jadi kita bebas ngapa ngapaiin.."
"Bebas gimana.???"
"Bebaskan expresimu.. Haha.."
Dasar Rafka ada ada saja tingkahnya yang membuat aku tertawa....
* * *
Aku sedang mengajari Rafka matematika di kamarnya. Kali ini rafka sudah mengganti pakainya denga mengenakan kaos putih dan celana boxer.. Ia terlihat sangat cool....
"Rey haus gak.??" kata rafka padaku...
"Lumayan raf.."
"Ambil minum gih.??"
Aneh memang.. Jelas jelas dia tuan rumahnya, masa aku yang harus ngambil minum..
"Aku udah kayak pembantu + guru private kamu aja nih raf..."
"Haha... Gak papalah sekali kali.."
"Bukan sekali kali tapi udah sering..."
Rafka tertawa mendengar kata katu yang terakhir. Sementara aku turun kebawah dan langsung menuju dapur. Aku memang sudah sering berkunjung kerumah Rafka. Dan bukan kali ini ia menyuruhku mengmabilkan makanan atau minuman...
"Ekhem...."
Tiba tiba aku mendengar suara seseorang.. Apa aku salah dengar. Tapi tak mungkin. Indra pendengaranku masih normal rasanya. Aku langsung membalikan badanku.. Dan Pak Rianto Wijaksono yang tak lain adalah ayah rafka sudah berdiri di hadapanku.
"Pasti Rafka menyuruh kamu untuk membuatkan minuman ya.." pak rianto terlebih dahulu berbicara. Aku langsung mencium tangan beliau, biar bagaima pun, Pak Rianto adalah orang yang juga berjasa dalam hidupku, dia sudah sering membantuku. Apalagi tadi pagi dia sudah melunasi semua tunggakan disekolahku.
"Ohh ia om...."
"Lain kali jangan mau.. Kebiasaan nantinya..."
"Hehe. Gak papa kok om. lagian cuma buatkan minum aja.."
"Gimana tadi bisa ikut ujian...??"
Ohh ia.. Aku lupa mengucapkan terima kasih. Pak rianto lah yang melunasi tunggakan tunggakan aku di sekolah sehingga aku bisa mengikuti ujian.
"Ia om... Makasih banget yah om. Rey gak tau harus ngomong apa... Om udah sering bantu rey..."
"Ia sama sama rey.. Kamu kan temanya rafka.. lagi pula om senang jika bisa bantu kamu..."
"Ohh ia om.. Rey duluan yah.. Kasian. Pasti rafka sudah kehausan di atas.."
"ohh ia silahkan...."
* * *
Aku memang sudah cukup kenal dekat dengan pak Rianto. Dia sudah sering membantuku.. Bahkan dulu dia yang membantu biaya rumah sakit ibu. Ketika ibu di rawat di rumah sakit akhir januari lalu.. Dan sekarang dia melunasi tunggakan tinggakan ku di sekolah. Rasanya keluarga ini terlalu berjasa untuku. Aku berjanji jika kelak aku berhasil nanti, aku akan membalas kebaikan keluarga ini.
"Lama banget tumben.. Gak biasanya..." aku baru saja masuk kedalam kamar rafka.. Tapi rafka sudah protes...
"Prtotes aja bisanya.. Tadi aku ngobrol sama ayahmu dulu..."
"Ohh ayah udah pulang.?? Biasanya jam 5 sore dia baru pulang. Kadang malam.. Ini kok jam segini baru pulang.. Ngomong apa aja kamu sama ayah rey.?? Pasti ngomongin aku kan.?"
"Gilaaa pede banget kamu raf. Aku tadi cuma ngucapin makasih sama ayah kamu.. Karena ayah kamu udah melunasi tunggakan tunggakan aku di sekolah..."
"Ohh aku kira ngomongin aku..."
* * *
Aku pulang dari rumah rafka sekitar jam 5 sore. Seperti biasa pak kardi yang mengantarkan aku kerumah. Padahal aku sempat menolak.. Karena aku bisa pulang dengan naik angkot.. Tapi lagi lagi rafka tak suka jika permintaanya di tolak. Apalagi kali ini ayahnya rafka pun ada dirumah. Ia pasti menyruh pak kardi agar mengantarkan aku kerumah.
Aku baru saja bersujud kepada Allah Swt. Memanjatkan syukur kepadanya. Karena atas kehendak dialah aku bisa mengikuti ujian. Dan pelantaranya lewat Om rianto. Ayahnya rafka. Aku merasa bersalah karena sempat protes pada Allah karena aku tak bisa mengikuti ujian.. Ampuni aku Ya'Rabb...
Aku mendengar suara batuk dari kamar ibu. Pasti penyakitnya kambuh. Ibu memang menderita TBC sejak 1 tahun yang lalu. Ibu bahkan sering keluar masuk rumah sakit.. Kadang aku tak tega melihat dia masih bekerja di toko ce eti. Seharusnya ibu beristirahat saja dirumah. Aku memang bukan anak yang baik. Aku tak bisa membahagiakan ibuku sendiri. Tapi.. Batuk ibu semakin keras saja aku dengar.. Aku langsung bangun dan melangkahkan kaki ku ke kamar ibu. Aku takut terjadi sesuatu pada ibuku itu...
"Bu.. Ibu gak papa.??" aku langsung duduk di ranjang ibu..
"Gak papa nak.. Uhuk.. Uhuk.." kata ibu dengan masih terbatuk batuk.. Sambil mengatur nafasnya...
"Ibu udah minum obat.??"
Ibu menggelengkan kepalanya. Aku langsung mencari obat ibu. dan berhasil menemukan pelastik yang berisi obat obat ibu yang ibu beli dari apotik.. Tapi sayang pelastik yang saat ini ada di tanganku sudah tak ada isinya. Tuhan.. Pantas saja penyakit ibu kambuh. Pasti dia sudah beberapa hari tidak minum obat.. Anak macam apa aku ini... Ya'Allah.. Aku tidak tega melihat keadaan ibu saat ini. ibu.. Maafkan Reyhan...
"Ibu kenapa sih gak bilang sama Reyhan kalo obat ibu abis.??"
"Gak papa nak... Ibu cuma minta kamu ambilkan air hangat yah..."
Aku langsung lari menuju dapur dan kembali ke kamar ibu dengan membawa segelas air hangat. Aku bersyukur ibu sudah tidak batuk batuk lagi. Tapi aku tak boleh membiarkan kejadian ini terulang lagi. Ibu harus rutin minum obat.
"Bu.. Ibu gak papa rey tinggal dulu sebentar.??"
"Kamu mau kemana nak.??"
"Rey mau ke Apotiek dulu.. Beli obat ibu.. Ibu gak boleh telat minum obat.. Itu kan yang dikatakan dokter.??"
"Jangan nak.. kamu dapet uang dari mana.??"
"Rey ada sedikit tabungan bu..."
"Lebih baik mau simpan tabungan itu nak..."
"Enggak bu... Udah ibu jangan mikirin itu. buat rey yang penting ibu harus tetap sehat..... Rey pamit yah bu.."
"Yasudah kalo gitu hati hati ya nak.." Ku cium tangan ibuku ini.. Tanganya begitu dingin...
"Asslamualaikum bu.."
"Walaikumsalam.... Rey..??"
"Jaga diri baik baik.."
Aku diam seketika mendengar kata kata ibu. Apa maksud kata kata ibu.?? Padahal aku cuma sebentar pergi ke apotik. Tuhan jaga ibuku untuku tuhan. Hanya dia satu satunya mutiara hati yang aku punya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAAFKAN AKU MENCINTAI AYAHMU
RomanceKerikil kehidupan semakin sulit dijalani oleh Reyhan semenjak ayah tiada dan kesehatan ibu yang mulai menurun. Tapi Tuhan akan selalu memberikan sebuah cahaya untuk hambanya yanh sedang berada dalam kesulitan. Rafka mungkin dialah cahaya yang berwuj...