PART 1

28.6K 585 12
                                    

Engkaulah nafasku..
Yang menjaga didalam hidupku..
Kau ajarkan aku menjadi yang terbaik...
Kau tak pernah lelah..
Sebagai penopang dalam hidupku..
Kau berikan aku semua yang terindah..

Aku hanya memanggilmu ayah..
Disaat ku kehilangan arah...
Aku hanya mengingatmu ayah...
Jika aku tlah jauh darimu......

---Seventeen:Ayah-----

Aku masih duduk sendiri menikmati angin sore di belakang rumah. Kebetulan dibelakang rumahku ada sebuah kursi panjang dari kayu yang dibuat oleh Alm Ayah ku dulu. Entah kenapa sore ini fikiranku kacau. Bahkan untuk melakukan apapun rasanya tak bersemangat. Bagaimana tidak, besok adalah hari terakhir pembayaran uang spp. Karena hari senin sekolahku mulai memasuki ujian kenaikan kelas. Dan seperti biasa seluruh siswa harus melunasi Spp agar bisa mengikuti ulangan... 1 bulan Spp sebesar 120rb. Aku bingung karena aku sudah menunggak selama 6 bulan. itu baru Spp. Sementara tunggakan yang lain. Seperti Daftar ulang, Dsp dan sebagainya aku masih mempunyai tunggakan aku benar benar bingung.

Seandainya ayah masih ada. Mungkin nasibku takan semalang ini. Ayah meninggal ketika aku duduk di kelas 3 SMP karena kecelakaan, Dan setelah ayah pergi. Perlahan keadaanya mulai berubah. Aku dan ibu terpaksa menjual rumah kami dan membeli rumah yang sederhana.

"Rey... Dari tadi ibu perhatikan ngelamun terus udah sholat Ashar belum.??" Tiba tiba ibu menghampiriku... Hanya ibu yang aku punya saat ini. Karena semua keluargaku berada di Banten.. Yah.. Aku dan ibu bukan asli jakarta. Ibu Asli Pandeglang-Banten.. Sedangkan Alm Ayah dia asli Sukabumi...

Aku langsung masuk kedalam rumah. Kulihat foto ayah yang terpajang di dinding rumah. Tak terasa 2 hampir 2 tahun ayah pergi meninggalkanku dan bumi. Rasanya belum puas aku bermanja manja denganya. Jika seandainya aku tahu ayah akan pergi secepat ini. Aku akan menghabiskan waktuku disisi ayah.

Aku masih duduk di atas sebuah sajadah tua. Fikiranku benar benar kacau.. Ku sampaikan semua keluh kesahku lewat sebuah doa yang kupanjatkan kepada Allah Swt. Berharap dia mendengar doaku. Dan memberikan setitik kasihnya untuku ini.

* * *

Tak terasa sudah hari senin. Dan hari ini adalah hari pertamaku mengikuti ujian kenaikan kelas. Tapi apakah mungkin.?? Apa mungkin aku bisa mengikutinya. Sedangkan aku belum melunasi tunggakan tunggakan sekolahku. Tapi aku tetap bertekad pagi ini aku akan tetap ke sekolah. Meski aku tahu. Aku tak bisa mengikuti ujian. Tapi tak ada salahnya untuk berusaha dan mencoba.. Itulah yang di ajarkan oleh Alm Ayahku. Ia selalu berpesan agar jangan memundurukan langkahku. Sebelum aku melangkahkan kaki ku kedepan....

"Reyhan gak sarapan dulu nak.??" Kata ibu ketika aku pamit padanya....

"Enggak bu.. Rey gak laper...."

"Kamu Serius akan tetap ke sekolah nak..??"

"ia bu...."

"Tapi......"

"Gak ada salahnya mencoba kan bu..???"

"Maafin ibu ya nak..... Ibu hanya membuat kamu sengsara...."

"Ibu jangan ngomong gitu.. Selama ini Reyhan bisa tersenyum.. Itu karena ibu. Ibu penyemangat rey satu satunya.. Doain rey yah bu.. Biar bisa ikut ujian..."

Kupeluk ibuku. Air mata ibu menetes membasahi pipinya. Aku tak sanggup jika melihat ibu menangis, tapi aku harus berusaha. Aku harus berusaha agar air mataku pun tak menetes. Aku tak mau membuat ibu semakin sedih. Ibu sudah cukup banyak berjasa bagiku. Sehari hari ibu mengeluarkan tenaganya di Pasar. Di Toko Ce Eti. Lewat penghasilan itulah kami bisa makan sehari hari. Ibu Reyhan berjanji akan membahagian ibu. Rey janji bu....

MAAFKAN AKU MENCINTAI AYAHMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang