----TIDDDDDDDDDDDD----
Aku terjatuh di jalan raya.. Untunglah mobil ini tak meremukan tubuhku. Ya.. Aku hampir saja tertabrak mobil.. Salahku juga melamun di jalan. Tuhan masih menyelamatkan aku. Seorang pria keluar dari dalam mobil yang hampir menabraku itu..
"Reyhan.??"
Aku tak menyangka.. Pria yang saat ini di hadapanku adalah Om Rianto.. Ayahnya Rafka...
"Om Rian.??"
Dia langsung membantuku untuk berdiri...
"Kamu ngapaiin rey malam malam diluar.. Hampir saja tadi om menabrak kamu. Kamu kenapa ngelamun.??"
"Maafin rey om... Ia ini salah rey.. Ngelamun di pinggir jalan. Rey mau ke apotik om.. Rey bingung. Sakit ibu kambuh lagi..."
"Apa.. yasudah kamu naik ke mobil om.. Kita langsung ke apotik sekarang. Kalo naik mobil kan lebih cepat..."
Tanpa ragu aku langsung naik menuju mobil om rianto, dia benar dengan naik mobilnya ini aku akan lebih cepat sampai ke apotik...
* * *
Om Rianto memang seperti malaikat penyelamatku. Dia selalu ada disaat aku kesulitan. Om rian yang membayar obat obat yang akan kubeli untuk ibu.. Dia memang sangat baik. Beruntung rafka mempunyai ayah seperti dia. Om rian langsung mengantarkan aku pulang. Katanya dia juga ingin melihat keadaan ibu, karena sudah lama om rian tak bertemu dengan ibuku. Entah kenapa fikiranku kacau.. Hatiku tak tenang. Aku ingin segera sampai kerumah. Tak henti hentinya aku menyuruh om rian agar mempercepat mobilnya.
Sesampai di depan rumah. Aku langsung turun dari dalam mobil... Begitu pun om rian.
aku langsung masyk kedalam dan menuju kamar ibu. Degg... Entah kenapa hatiku berdegup kencang, ketika aku melihat ibu sedang tertidur. Wajahnya sangat pucat. Tidak.. Ibu hanya tidur.!! Tapi kenapa.?? Kenapa hatiku kacau. Dan aku merasa ketakutan. Ketakutan yang luar biasa..
"Bu... Ibu bangun.. Rey udah pulang. Bawa obat buat ibu.. Ibu minum obat dulu yah...??"
Om Rian masih berdiri di dekat pintu kamar ibuku dan melihatku dengan tatapan tajam... Sementara ibu masih belum bangun juga..
"Bu... Ibu bangun.??"
Ibu tidak seperti biasanya seperti ini. Biasanya aku panggil sekali saja ibu sudah terbangun. Tapi ini aku sudah menggerakan badanya ibu masih saja tertidur. Om Rian mulai melangkahkan kakinya ke arahku.. Dan mendekati ibu.
"Mba... bangun mba.. Mba.. Bangun.." Om rian mencoba membangungkan ibu.. Tapi ibu masih tertidur pulas. Om rian langsung mendekatkan jari jarinya ke hidung ibu, untuk merasakan helaan nafas ibu.
Kulihat om rian menggelengkan kepalanya.. Spontan air mataku menetes dengan sendirinya...
"Innalilahi wainalilahirojiun.."
Aku semakin ketakutan begitu om rian mengucapkan itu...
"Maksud om rian apa.?? Ibu gak kenapa napa om? Ibu.... Bangun bu.. Ibu bangun.."
Om rian langsung mendekapku.. Ia pun menangis..... Tidak... ini tidak mungin.. Ini tidak boleh terjadi.
"Lepasin om......" aku teriak pada om rian dan melepaskan pelukanya. "Ibu gak kenapa napa kan om.?Ibu bangun bu... Rey bawa obat buat ibu. Ibu bangun dong bu.?? Ibu... Becandanya gak lucu...."
"Yang sabar rey... Ibu kamu sudah gak ada.. Dia sudah beristirahat dengan tenang..."
Tidak... Ini tidak mungkin. Ya'Allah.. Baru kemarin rasanya kau ambil ayah dari sisiku.. Luka ini belum kering ya allah. Tapi kenapa..?? kenapa sekarang kau ambil ibu dari sisiku...
* * *
Kehidupan Manusia ibarat melewati sebuah jembatan panjang. Ada awal dan ada akhirnya..
Di dunia ini tak ada yang abadi. Inshan inshan yang bernyawa hanya salah satu ciptaanya yang tak abadi. Tuhan menitipkan seseorang pada kita. Bukan untuk kita miliki. Melainkah untuk menjaganya dan membahagiakanya. Dan membantu kita agar semakin dekat pada sang pecipta. Tapi ketika ciptaanya tuhan ambil kembali. Terkadang kita marah.. Kecewa.. Sedih tak merima keadaanya. Dan ketika ciptaanya tuhan ambil kembali, yang kita lakukan hanyalah mendoakanya.. Mendoakna ciptaan tuha itu agar tenang disana..
- - - -
Kali ini tuhan sudah mengambil kedua mutiara hatiku. Kali ini aku hidup sendiri... Di ibukota ini. Aku tak tau seperti apa nantinya kehidupanku setelah ibu sudah tak ada. Lafadz lafadz Allah terus di panjatkan oleh orang orang yang menghadiri pemakaman ini. Air mataku kembali menetes disaat jenazah ibu yang sudah terbungkus kain putih di masukan ke liang lahat. Ibu... Kenapa secapat ini ibu tinggalin rey..
Kurasakan ada tangan seorang pria yang merangkulku. Rafka terlihat lebih tampan dengan kacamata hitamnya.. kulihat juga om rian dengan istrinya. Sangat berduka atas kepergian ibu...
"Jangan nangis lagi rey.. kamu gak sendirian rey.." Rafka kembali menguatkanku. Tapi aku tak bisa menahan air mataku ketika tanah tanah merah itu menutupi ibu dibawah sana. Ibu.. Kini Aku Ikhlas melepasmu..
Ibu.. Hanya doa yang sekarang bisa kupanjatkan untukmu...
KAMU SEDANG MEMBACA
MAAFKAN AKU MENCINTAI AYAHMU
RomanceKerikil kehidupan semakin sulit dijalani oleh Reyhan semenjak ayah tiada dan kesehatan ibu yang mulai menurun. Tapi Tuhan akan selalu memberikan sebuah cahaya untuk hambanya yanh sedang berada dalam kesulitan. Rafka mungkin dialah cahaya yang berwuj...