Part 3 - Encountered

110 6 0
                                    

[WARNING] this part may contain 18+ content. Be wise, and happy reading!

"Jalang."

Satu kata yang keluar dari bibir simetris itu mengundang sebuah tamparan pada pipi Jace. Gadis kecil ini, meski punya sepasang kuasa yang mungil namun tamparannya bukan main. Dihadiahi tamparan tersebut Jace Rush tentu semakin berang dibuatnya.

"Aku bukan jalang," desis Flo sebelum naik ke atas ranjang dan duduk di atas perut berotot pria tersebut. Celah di antara kedua paha Flo itu terbelah oleh tubuh Jace. Bahkan pria itu sekilas dapat menangkap warna celana dalam yang dikenakan gadis itu di balik pakaian berbahan tipis tersebut saat gadis itu bergerak. Hitam. Jangan salahkan mata elang pria yang bisa disepadankan dengan dewa Ares ini. Kain hitam yang dipadukan dengan kulit sewarna gading selalu menjadi favorit Jace. Tapi dia tidak boleh kalah kali ini, sungguh. Tidak bisa menyerah pada gairahnya seperti yang gadis kecil asing ini kehendaki.

"Ya, kau memang jalang," sebelah sudut bibir Jace tertarik ke atas, membentuk sebuah seringaian yang sukses membuat Flo mendengus.

"Watch your words, Jace Russell. I'm Florette Arceneaux and I can drag you to the jail if I want to," bisik Flo tepat di telinga Jace sebelum meraih dagger[1] dari nakas yang terletak di sisi ranjang king size tersebut.

"Watch out little flower, you might hurt yourself," cibir pria itu ketika retinanya menangkap kilatan dari belati yang dipegang oleh Flo.

Seringaian itu lenyap tatkala Flo menempelkan belatinya pada pipi Jace. Sorot mata Flo tajam seakan menusuk pria itu tanpa harus menekan belatinya pada permukaan kulit sang adam. Well, cukup pemberani untuk ukuran seorang gadis yang kelihatannya masih di bawah umur.

"Apa yang kau inginkan?" tanya Jace pada akhirnya.

"Tidur denganmu," kuasa Flo menggerak-gerakkan dagger itu di sekitar rahang Jace kemudian turun hingga kemejanya. Dengan satu kali tarikan, kancing-kancing yang mengaitkan kedua sisi kemeja itu terlepas akibat dagger yang dipegang Florette memutus benang yang merekatkan kancing tersebut pada kain kemeja Jace.

"Kau sudah gila," dengus Jace.

"Memang," perempuan berambut pirang itu menunduk sedikit untuk memajukan badannya. Dan saat ia menunduk Jace dapat melihat belahan dada gadis tersebut dengan samar.

'Sial,' umpat Jace dalam hati karena sadar gadis keras kepala ini memang tak selayaknya dilewatkan begitu saja. Paling tidak Jace harus melihat apakah puncak dada dan celah kewanitaannya sewarna dengan bibir berwarna dadu gadis itu.

Flo mulai bergerak menggesekkan selangkangannya pada abdomen Jace. Pria itu menahan napasnya ketika kulitnya di sana dapat merasakan kehangatan pusat tubuh tersebut yang meski tidak kelihatan Jace tahu persis perempuan itu memakai thong. Bagian itu mulus dan membuat Jace penasaran apa celah itu sewangi sang empunya.

Karena jujur saja parfum yang Flo kenakan mengusik gairahnya yang tertidur karena sebelumnya merasa dipermalukan oleh tindakan si gadis telah berusaha mendominasi seorang raja jalanan seperti dirinya. Helai-helai keemasan itu mulai jatuh pada wajah Jace, dengan mudah pria tersebut mencium aroma stroberi dari rambut keemasan sang puteri.

Dan pria dengan reputasi seperti dirinya pastilah sudah sangat ahli terhadap perempuan, tidak menyangka sosok sepolos Florette dapat melakukan semua ini dengan belati di tangan. Jace dapat dengan mudah menebak apa saja yang ada di balik pakaian terusan Flo, tiada apapun selain thong. Bahkan ia dapat merasakan puncak payudara si gadis beberapa kali menggesek dadanya. Sebagai pria normal dan peka terhadap daya tarik seksual lawan jenis, Jace tidak sanggup untuk terus-terusan melawan gairahnya. Darah sudah berkumpul pada kejantanannya hingga membuat benda kebanggaan Jace (selain mobil-mobil dan bengkelnya) tersebut mengeras. Siap untuk mengoyak dan mencabik-cabik kesucian Florette. 'Jika memang gadis ini masih suci,' batin Jace.

Against the Universe [ Slow Update ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang