1

854 32 6
                                    

Ashley mengetuk ketukkan jemari tangan diatas meja, sesekali menghela nafas sambil memanjangkan leher untuk melihat keluar jendela kelas. Matanya terus menelusuri sudut koridor kelas yang memisahkan kelas nya dari kelas senior. Tidak salah lagi, gadis itu sedang mencari seseorang.

"Tunggu sebentar." jari telunjuknya terhenti mengetuk saat ia menyadari sesuatu. "Apa yang kupikirkan?" tanya nya pada diri sendiri.

"Apa aku menunggu lelaki itu lewat lagi?"

"Kenapa aku menunggunya?"

"Untuk apa aku melakukannya?!"

Ashley mengusap wajah kusutnya kasar ketika sesosok wajah tampan lelaki yang akhir akhir ini mengusik pikirannya, kembali merasuki otaknya.

sial!, batinnya.

Ashley POV

"Yaampun.. ley.."

"Argh, diamlah aku tau ini memalukan" ucapku sambil menundukkan kepalaku berpura pura menikmati jus mangga dikantin. Ya, aku yakin wajahku sudah layaknya kepiting rebus yang siap disantap. Wajahku memerah!

Zoe Evelyn -satu diantara keempat temanku yang sedang mendengarkan keluhanku- hampir mengeluarkan jus yang sudah sampai ditenggorokannya saat mendengar ucapanku barusan. Ia terlihat terkejut bahkan setengah tertawa saat melihatku. Apa yang lucu?

"Baru kali ini aku melihatmu seperti ini." hanya ungkapan itu yang aku dengar dari bibirnya. Ya Tuhan! bukan ini yang aku ingin dengar darinya!! "Wajar kalau kau menyukai lelaki itu. berarti kamu masih waras." aku memutar bola mataku kesal.

"Ayolah teman teman.. bantu aku.. sebenarnya ada apa ini.. hei! bahkan aku tak tau siapa dia.." aku menghela nafas dan mengacak rambut hitam pekat yang sengaja kuurai menutupi punggungku frustasi. Aku menceritakan semuanya pada keempat temanku, Zoe, Rea, Alex, dan Anna. Tentang laki laki itu.. laki laki berparas tampan dengan rambut hitam pekat, mata kecil dan hidung mancung miliknya. Laki laki yang membuatku seperti ini.

Ya.. laki laki yang membuat wajahku bersemu ketika ia berpapasan denganku.
Benar! Tersangka yang menghantui pikiranku selama 4 hari terakhir.

"Apa kau tau namanya?" tanya Anna

"Tentu tidak! astaga, apa kau tidak mendengar ucapanku tadi? Bahkan yang kutahu hanya lakilaki itu senior kita" jelasku kesal, sedikit memekik kesal.

"Hei! kecilkan suaramu." tegur Alex sambil memukul bahuku.
aku menatap sekeliling kantin, memperhatikan satu per satu siswa siswi yang tampak sedikit melirik kearahku akibat pekikkan tadi.
Persetanan dengan pekikan! sungguh aku tidak peduli lagi. Aku hanya ingin mengeluarkan isi hatiku sekarang.

"Aku tidak peduli." sahutku pada Alex dan gadis berambut caramel itu menggeleng pelan.

Aku masih mengingat jelas bagaimana bentuk wajah oval, mata hazel nan indah, hidung mancung, dan rambut hitam pekatnya. Aneh. Aku tak pernah seperti ini, memperhatikan seseorang secara rinci. Ditambah laki laki itu hanya lewat dihadapanku. Bagaimana bisa? Apa aku sungguh-sungguh menyukainya? ini konyol. Aku tak pernah menyangka akan menyukai seorang senior. Ditambah lagi, Kelasnya berada disebrang kelasku!!

"Lebih baik kau bertanya pada teman kelasmu, mungkin teman sebangkumu mengenalinya" ujar Alex disambut helaan nafas menyerah dariku. "Kau lupa? bertanya bukanlah gayaku," ucapku malas sambil menopang kepalaku dimeja kantin, "Apalagi dalam hal ini."

"Lalu, apa yang ingin kau lakukan sekarang?" tanya Rea.

Aku menghela nafas panjang. Apa yang ingin ku lakukan?

Aku bukan tipe orang yang suka bertanya karena penasaran, dan aku bukan tipe orang yang membiarkan rasa penasaranku itu membusuk dan berdebu. Tapi apa yang harus aku lakukan???
Aku harus bertanya? ah tidak tidak! Tidak akan! Aku tidak boleh mengubah ciri khasku hanya karna seorang lelaki yang tak kukenali ini. Tidak Boleh!

"Atau jangan jangan laki laki itu menyantetku?"

"Hei, kau gila?!" sahut Zoe sambil melayangkan sendok kearah kepalaku dan menimbulkan bunyi dentuman keras. "Akh! Apa apaan ini!!"

"Tidak mungkin pangeran tampan menyantet seorang gadis kerdil sepertimu bodoh!" sambung Zoe mengabaikan rintihanku, "Malah yang ada mungkin kamu yang menyantetnya karna mau punya seorang fans sepertimu!." tambahnya, dan sialnya apa yang gadis itu ucapkan ada benarnya juga. tidak mungkin seorang pangeran tampan menyantet orang biasa sepertiku, ditambah parasku yang hanya sebatas standar gadis pada umumnya. Dan ini membuat ucapan menusuk Zoe benar. Tidak mungkin!

"Aku bukan fansnya," tegasku sambil menyilangkan kedua tangan didepan dada. "Bahkan ini jauh dari perkiraanku!"

Ya Tuhan! kapan ini semua berakhir?

***

Hello readers!
gimana? banyak typonya? sorry kalo kependekan. karna memang niatnya mau bikin penasaran wakakaa

berhubung ini cerita pertama yang aku buat, maaf masih abal abal wakakka xD

penasaran?
Ayo kasih 4 vote untuk melanjutkan cerita ini!

lafflaff♥

CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang