2

295 20 2
                                    

makasi buat yang udah vomment!

xoxo

***

Edwin Wallcott menyandarkan bahunya pada bangku kelas yang ia duduki. Sesekali menghela nafas saat suntuk yang tak ada habisnya menyerang.

Lelaki jangkung nan tampan itu menumpuhkan kaki kanannya pada kaki kiri dan menatap kelas yang hampir mirip dengan pasar. Ia menggeleng pelan memperhatikan teman-temannya yang entah telah meributkan sesuatu, dan lebih memilih menyumbat telinganya dengan earphone.

Tidak tertarik bahkan enggan untuk mengetahui apa yang teman-temannya kerjakan. Ia lebih memilih untuk diam dan memperhatikan awan biru menenangkan dari pada mengurusi orang orang seperti mereka.

Ia bukan termasuk golongan murid populer disekolah ini, hanya saja paras yang tampan dan sifatnya yang cuek, dan dingin membuat siapa saja yang melihatnya akan terpesona. Ditambah ia yang berdarah campuran Prancis-Amerika. Perfect!

Ashley POV

Sial!
Jantungku kembali berpacu dengan kencang ketika menyusuri koridor kelas. Aku tahu tepat apa yang aku pikirkan saat ini, wajahnya bahkan masih terngiang dalam otak ku. Bagaimana aku bisa melupakannya?

Perlahan, aku mengutuk bel tanda masuk kelas yang berbunyi 2 menit yang lalu.

Oh ayolahh ini bukan pelajaran Mr. Dave -guru sejarah yang mengerikan- bahkan ini bukan hari selasa yang menakutkan bagiku. Kenapa aku harus segugup ini?

Oh yaa, berbicara soal lelaki itu. Aku baru saja mendapatkan namanya! Aku sangat berterima kasih Andrea Wilson Park -Rea- . Ia mau membantuku untuk bertanya pada temannya yang juga sekelas dengan lelaki itu, kelas 3-2. Benar benar kebetulan sekali, bukan?

Aku mengetahui namanya, itu sudah membuatku bersyukur!

Edwin Wallcott.

Yap, mengetahui namanya saja sudah cukup bagiku.

---

Aku membanting bokongku keatas bangku sambil menarik nafas, kemudian membenarkan posisi dudukku mencari tempat yang nyaman.

"Mr.Dave absen hari ini, dan kita akan terbebas dari tugas karena ini absen dadakan." jelas teman sebangku ku, Thea Eddlesoon. Aku sedikit tersenyum ketika mendengar ucapan gadis itu. Bagaimana tidak? ia membawa kabar baik, kelewat baik menurutku. Ayolah, murid mana yang tidak senang ketika mengetahui jam kosong hari ini?

Tak banyak yang ku ketahui tentang guru bermata elang itu. Jika dibilang, Mr.Dave akan terlihat tampan jika saja ia sering tersenyum. Dia adalah lelaki yang tertutup dan jarang tersenyum. Kalaupun harus tersenyum, lelaki itu hanya menarik ujung bibirnya. Benar benar tidak mau awet muda sepertinya.

Sebenarnya tak ada yang harus ditakutkan dengan Mr.Dave, hanya saja aku, Ashley Pyper Reese, tidak takut dengan mata elangnya setiap kali matanya yang tak sengaja melihat kearaku. Yah.. penakut sekali aku akui ini.

Cara mengajar lelaki muda ini juga tidak bertele-tele, dan tergolong penyampaian yang easy listening, karena cukup membuktikan nilai Sejarahku yang lumayan diatas rata rata. Entah karena aku takut dengan guru itu atau tanpa disadari aku memang menyukai pelajaran ini. Aku sendiri tidak menyangka saat menilai nilai Sejarah ku meningkat.

Oke, cukup sampai disini aku membicarakan guru muda itu.

Aku melempar pandanganku keluar jendela. Ya, Aku tau jelas apa yang aku lakukan saat ini. Hanya satu tujuanku ketika melempar pandangan ke seberang kelasku. Tentu. Kelas 3-2.

CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang