6

119 12 0
                                    

Flashback pt. 1

"Edwin! tangkap!"

Mendengar teriakan dari kejauhan tersebut seorang anak laki-laki berumur 8 tahun itu mendongakkan kepalanya mendapati bola yang terlempar tinggi di udara dengan tatapan malas.

Ia tak tahu dengan jelas awal mulanya ia berada disini bersama teman baiknya, Jonathan Cloed. Yang ia ingat hanyalah sebagian percakapan kecil yang tidak terlalu menarik dan Nathan akhirnya mengajaknya untuk bermain dan sogokan . Ah, ya! Sogokkan!

Edwin mengerutu kesal, menyesali jawaban konyol yang ia lontarkan saat Nathan memancing dirinya untuk terhasut dengan ucapan Nathan.

Permainan outdoor bukanlah keahlian Edwin yang berbeda dari Jonathan Cloed atau yang akrab di panggil Nathan, begitu juga dengan anak lelaki seumuran dengannya pada umumnya. Lelaki itu malah cenderung melakukan sesuatu yang terhindar dari keringat bercucuran dan terik matahari yang dapat menguras energi nya dan memilih bermain video game, nonton, bermalas-malasan dalam rumah.

Beruang kutub, Itulah julukan Nathan saat setiap kali ia berkunjung ke rumah Edwin dan menemukan lelaki itu yang tertidur dengan balutan selimut jika ada waktu senggang.

Nathan menghela nafas frustasi mengingat barang apa yang selanjutnya ia relakan untuk menyogok Edwin kali ini. Oh, ayolah! Nathan sudah sangat baik sekali berkata 'akan memberikan semua koleksi video game yang ia punya pada Edwinㅡlelaki seumuran dirinya yang begitu maniak dengan video game dan kasurㅡ', dan dengan sangat tidak beruntungnya Edwin segera bangkit dari singgasana layaknya robot dan mengeluarkan sepatu sneakersnya!

Ya, Tuhan.. Bagaimanakah nasibnya selanjutnya jika terus menyogok Edwin hanya untuk mengajak lelaki itu bermain? Demi Tuhan ia tak ingin lagi merelakan barang berharganya kembali hanya untuk 'Beruang Kutub' itu,lagi!

Namun bagaimana caranya?

'Hoohh, rasanya aku ingin menelan Edwin sekarang juga jika aku bisa', batin Nathan membayangkan harinya yang sedikit kosong ketika video game kesayangannya tak lagi menemani harinya.

Nathan berdecak kesal ketika lensa matanya mendapati bola yang ia lempar terjatuh di tanah, Edwin sama sekali tak berniat untuk mengambil bola tersebut yang letaknya lumayan jauh dari tempat ia berdiri.

"Hei Ed! Jika kau tak bisa menangkap bolanya, aku tak akan memberikan video game kesayanganku!" pekik Nathan kesal dan sudah makan hati dengan sikap pemalas Edwin.

"Tidak bisa begitu! Kau hanya mengatakan 'kalau aku bermain bersama mu!' bukan 'kalau tidak bisa menangkap'." Balas Edwin tak kalah kesal.

"Tapi sama saja, bodoh! Kalau seperti itu lebih baik aku tidak mengajakmu BERMAIN!!"

"KAU YANG MEMAKSAKU KELUAR KAU JUGA YANG-"

"AMBIL BOLANYA, EDWIN! BOLANYAAAA"

Edwin memutar bola matanya malas, melangkah ke arah jatuhnya bola dan terhenti ketika maniknya mendapati seorang gadis yang tak jauh berdiri, dekat dengan bola yang Nathan jatuhkan tadi.

Edwin hampir memekik keras saat melihat sosok tersebut, ia pikir itu hantu!

Tapi menurutnya, hantu tidak akan mungkin muncul di saat sore seperti ini, jadi ia kembali mengatur pernafasannya dan mengamati gadis tersebut dengan pandangan menilai.

Gadis yang kira-kira sebaya dengannya itu mengenakan dress putih tulang diatas lutut dan rambut yang terurai hingga menutupi sebagian wajahnya tak henti membuat Edwin mengamatinya. Aneh.

CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang