5

195 14 2
                                    

*Ashley

Sudah dua hari sejak peristiwa dimana Edwin mengatakan sesuatu diluar dugaanku. Dan ternyata membuahkan efek samping yang luar biasa!

Ingin rasanya aku tidak memikirkan ucapan laki-laki itu, namun sayang. Setiap kali aku melangkah, setiap kali otakku berputar, setiap kali aku menutup mata, kata-kata itu bagaikan sebuah pengingat yang jauh lebih efektif dibanding alarm di ponselku.

'aku adalah stalker-mu'

"Argh! Sial! Sial!"

Sudah keempat kalinya, aku mengacak rambutku berharap kata-kata teror itu lekas menghilang bersamaan jari yang mengenai kulit kepalaku

Bayangkan saja, lelaki yang kalian sukai ternyata adalah seorang penguntit mu selama ini. Penguntit. Penguntit! Hei, kalian pasti tahu kan definisi dari kata penguntit?! Ini menakutkan. Dan jauh dari perkiraanku!

Aku jadi tak tahu harus mengeluarkan ekspresi apa jika berpas-pasan dengan orang itu.

DITAMBAH LETAK KELAS KAMI YANG HANYA TERPISAH OLEH KORIDOR KELAS!

Aku tak mengerti apa aku harus senang atau malah sebaliknya! Jujur saja dari dalam lubuk hatiku yang paling dalam, aku senang. Tentu saja senang karena lelaki yang kusukai ternyata adalah seorang stalker-ku,bukankah itu berarti lelaki itu juga menaruh perasaan padaku?

Namun, mengingat dia adalah seorang 'stalker'ku. Itu membuatku merinding. Bukankah seorang penguntit selalu mengikuti seseorang yang menjadi sasarannya itu kemanapun ia pergi? Bahkan seorang penguntit tahu kegiatan rutin orang tersebut! Oh! Atau jangan-jangan, ia juga tahu celana dalam apa yang kukenakan hari ini!

OH, YA AMPUN! Matilah aku jika memang seperti itu. Aku berada dalam bahaya! Sebentar lagi Edwin akan mengawetiku dan memajangku dikamarnya!

Lagi-lagi aku menghela nafas, merapikan rambut berantakanku dengan jemari, berjalan sambil menunduk menatap sepatu.

"Ed!"

Kepalaku kembali tegak dan menatap lurus lorong kelasku dengan mata membulat sempurna. Ed?

Jantungku berdetak dua kali lebih cepat saat melihat sseorang laki-laki berdiri diambang pintu kelas 3-2 dengan hoodie coklat.

Astaga!

Cepat-cepat aku melangkah memasuki kelasku saat menyadari seorang laki-laki-yang-tidak-perlu-kusebutkan-namanya menatapku yang berjalan dilorong. Bodohnya aku sama sekali tak menyadarinya! Apa lelaki itu melihatnya? Aku yang sedang mengacak rambutku?

"Ashley ak-" Aku melirik kearah asal sumber suara yang begitu ku kenal, dan membalasnya cepat saat ekor matanya mendapati seorang gadis berlari kerahnya. "JANGAN SEKARANG ANNA! AKU SEDANG SIBUK!"

Dan memasuki kelas.

***

Miles Alexis terbahak saat mendengar keluh Annatasha saat berada di depan kelas Ashley. Tentu saja Alex tertawa. Sepanjang tahun terakhir yang ia habiskan bersama kelima temannya, baru kali ini ia mendapati seorang Ashley Pyper Reese -gadis yang biasanya selalu flat jika sendiri tanpa mereka, ceria, dan hampir tak pernah terserang penyakit 'badmood'- itu terserang kekacauan dalam otaknya begitu juga dengan hatinya. Menurutnya, dengan pengakuan Edwin Wallcot saat mengatakan bahwa dirinya adalah seorang penguntit berdampak besar bagi Ashley.

Apa Edwin berhasil membodohi Ashley?

Berapa jam setelah Edwin Wallcot mengakui dirinya adalah seorang penguntit. Ashley datang dan berhasil membuat keempat temannya heboh. Tanpa sadar Alex berfikir keras, dan ia rasa itu semua tak mungkin. Awalnya ia bahkan tak percaya dengan ucapan Ashley saat itu , ia mengira gadis aneh itu mengada-ada.

CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang