Bel pulang sekolah telah berbunyi. Aku langsung membereskan beberapa buku yang ada diatas meja dan memasukkannya kedalam tasku. Lalu aku berjalan keluar kelas setelah melihat ada Iqbaal yang ada diluar kelas menungguku.
"Langsung pulang?" tanyanya sambil merangkulku
"Pengen beli es krim dulu boleh ga?" tanyaku pada Iqbaal dan dia pun tersenyum
Aku dan Iqbaal berjalan bersamaan menuju gerbang sekolah, kelas 10 memang dilarang untuk membawa kendaraan ke sekolah jadi kami berdua pulang dan pergi menggunakan angkutan umum. Karena kedai es krim tidak jauh dari sekolah kami, maka kami memutuskan untuk jalan kaki saja.
"Besok aku bawa motor deh" ucap Iqbaal tiba tiba
"Kan engga boleh" ucapku
"Boleh boleh aja asal engga ketauan, aku parkirnya diluar sekolah. Kata temen aku disana juga banyak anak anak sekolah yang parkirin motornya disana" ucap Iqbaal sambil membenarkan tali sepatuku yang lepas
Iya juga sih, soalnya dari waktu MOS banyak tuh anak anak yang ngelanggar aturannya dan bawa motor ke sekolah, toh engga apa apa dan guru pun gatau. Jadi engga masalah.
"Makasih" ucapku pada Iqbaal yang tadi telah mengikatkan tali sepatuku
Iqbaal mengangguk "Besok aku jemput kaya biasa aja ya" ucap Iqbaal
"Iyaa" ucapku
Tak lama kemudian kami sudah berada di kedai es krim, akupun duduk dikursi dan Iqbaal memesan es krim yang aku mau. Tidak usah ditanya lagi Iqbaal sudah mengetahui es krim rasa kesukaanku, yaitu rasa coklat.
"(Nam) coklatnya abis" ucap Iqbaal
Aku pun sebal karena memang hanya itu rasa kesukaanku "Coba deh vanilla mau?" saran Iqbaal dan dibalas senyuman olehku
"Sama enaknya ko" ucap Iqbaal lalu kembali memesan
Iqbaal pun telah kembali dengan dua cone es krim ditangannya "Nih" ucapnya sambil menyodorkan es krim padaku
Akupun memakan es krimnya dan ternyata rasa vanilla boleh juga "Kayanya ini bakalan jadi rasa kesukaanku" ucapku sambil kembali memakan es krim
"Iya sama enaknya kan, makanya kalau apa apa itu di coba dulu jangan pengen rasa itu terus yang lain sampe ga di coba" ucap Iqbaal
"Kalau kamu rasa apa?" tanyaku melihat es krim yang Iqbaal berwarna hijau "Matcha" jawabnya dan ia langsung menyodorkan es krim miliknya untuk aku coba
"Emm... Engga suka aku" ucapku sambil menahan rasa enek setelah memakannya
"Aku juga engga suka tapi gapapa sayang kalau dibuang" ucap Iqbaal lalu kembali memakan es kirimnya dengan lahap
"Nanti kita coba rasa yang lain ya"ucap Iqbaal
"Iya harus itu!" ucapku sangat antusias
Ah senangnya, pulang sekolah bersama jalan kaki lalu bercanda gurau. Hari ini aku sangat senang sekali, Iqbaal banyak menceritakan tentang bagaimana sikap teman barunya dikelas. Menceritakan apa yang ia suka dan apa yang tidak ia suka disekolah. Katanya Iqbaal itu paling engga suka sama guru seni, aku tanya kenapa? Dia jawab gini "Bu Asri itu banyak ngatur, masa aku diem selalu ditanya malahan nih ya yang ngobrol itu bukan aku tapi temen sebangku aku sama temen belakang bangkunya"
Haha aku hanya terkekeh "Terus abis itu kamu jawab ga pertanyaannya?" tanyaku
"Engga, liat mukanya aja males apalagi harus jawab.. Suudzonan bangetkan itu guru" ucap Iqbaal dengan muka sebalnya
Aku mencubit pelan pipinya "Kamu itu lucu"
"Aku lagi ga ngelucu dibilang lucu aduh gimana pacarku ini" ucap Iqbaal lalu menekan pelan hidungku
"Haha abisnya muka kesel kamu itu lucu banget tau ga" ucapku kembali tertawa
Lalu Iqbaal menutup mulutku untuk berhenti tertawa "Jangan ketawa ya kalau lagi dijalan" larangnya
"Lah? Kenapa?" tanyaku heran
Dia bilang "Aku ga suka kamu diliatin sama tukang batagor tadi, ngeliatinnya kaya yang asik gitu.. Nanti dia suka sama kamu terus dia ngerebut aku dari kamu"
"Haha Iqbaal aku engga suka sama mang batagornya" ucapku lalu tertawa kembali akibat ulah Iqbaal yang cemburu terhadap tukang batagor
"Abisnya ketawa kamu bagus"
Selama dijalan tanganku di genggam oleh Iqbaal, tak henti hentinya aku tersenyum di sepanjang jalan. Bahagia rasanya, melihat Iqbaal yang dingin ini menggenggam tanganku erat seolah tidak mau aku lepas darinya. Jika Iqbaal meminta aku untuk selalu bersamanya maka aku bersedia, tidak usah dimintapun aku mau.
Aku ingat dulu bagaimana dia mendekatiku, konyol rasanya jika mengingat ingat lagi. Sewaktu SMP kami beda kelas, dan Iqbaal selalu memberiku permen yupi setiap harinya entah kenapa sesering itu dia memberikan permen padaku, bukan satu atau dua permen bahkan ia memberikannya satu kardus kecil dan engga lupa di dalem nya dia kasih surat yang isinya "Permennya bagi bagi ya sama temen kamu, aku tau mereka iri setiap hari aku ngasih permen sama kamu" aku tersenyum membacanya.
Sampai saat ini permen pemberian dari Iqbaal aku sisakan 2 buah, ya pikirku itu untuk kenangan. Oh iya, waktu nembak aku dia ngasih sajak yang aku engga ngerti maksud dari sajak itu apa. Aduh aku lupa sajak itu karya siapa, yang jelas itu bukan karya Iqbaal tapi aku senang ketika membacanya. Isinya begini "Aku ingin mencintamu dengan sederhana. Seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Seperti isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada."
Aku sampet nanya nanya ketemen maksud dari sajak dia itu apa? Kata temenku sih dia itu suka sama aku. Iya aku ngerti kalau itu, tapi didepan suratnya dia kasih tulisan kaya gini "Untuk (namakamu) yang pemalas sejagat raya, ini sajak melancolis kalau engga ngerti apa maksudnya engga usah difikirin ya" Gimana coba aku engga mikirin, maksud dia itu ngungkapin perasannya terus nembak aku ga sih? Engga lama dari itu dia nembak aku pas pulang sekolah. Kita makan mie ayam depan sekolah dan abis beres makannya dia ngasih dua tusuk baso ke aku sambil nyatain perasaannya. Nah dari dua tusuk baso itulah kita pacaran.