Sudah hampir kurang lebih 1 bulan aku berada di SMA ini, penat rasanya disibukkan oleh beberapa tugas yang harus dikumpulkan secepatnya tanpa ada toleransi. Ingin rasanya menangis sejadi jadinya jika mengingat hari ini ada 2 tugas yang belum aku selesaikan, entah apa yang membuat aku lupa untuk mengerjakannya. Untungnya 2 tugas itu ada di pelajaran terakhir, sedikitnya aku bisa bernafas lega. Kali ini aku sedang berada di perpustakaan sendirian ditemani oleh beberapa lembar kertas yang berserakan diatas meja perpustakaan.
"Semangat satu lembar lagi"ucapku pelan sambil terus menulis laporan tugas sosiologi
Tanganku yang kini mulai terasa pegal membuat aku harus menghentikan aktivitas menulisku, jam istirahatku terpakai untuk mengerjakan tugas yang amat memusingkan ini. Dan aku lupa tidak memberitahu Iqbaal bahwa aku tidak berada dikelas, aku langsung menghubungi nomer Iqbaal dan mengirimnya pesan singkat.
Tak lama kemudian setelah aku mengirim pesan singkat Iqbaal datang dengan membawa makanan ditangan kanannya dan minuman ditangan kirinya.
"Dari tadi?" tanya Iqbaal yang kini duduk disebelahku
"Iya abisnya lupa semalem" ucapku
Iqbaal memberikan bawaannya tadi padaku "Makan dulu abis itu kerjain lagi" ucap Iqbaal sambil menyodorkannya
Dilihatnya tugasku oleh Iqbaal dan tanpa meminta persetujuanku Iqbaal langsung melanjutkan tulisanku yang tadi sempat tertunda. Aku hanya diam melihat Iqbaal mengerjakan tugasku, iya Iqbaal memang seperti itu. Kadang jika tugasku terlalu banyak Iqbaal suka mengerjakannya, dengan tangan yang lihai ia menuliskan apa yang ada di pikirannya kedalam lembaran kertas yang tadi. Aku menyudahi makanku dan menatap Iqbaal "Selalu saja aku merepotkan" ucapku pelan
Iqbaal yang mendengar itu langsung menatapku "Engga" ucapnya lalu kembali mengerjakan tugasku
Aku tersenyum "Makasih ya selalu ada buat aku"
Entah kalimat apa yang harus aku ucapkan, entah kata yang termanis apa yang harus aku julukkan pada Iqbaal. Intinya Iqbaal tidak pernah membuatku merasa sendirian, iya dia selalu ada saat aku kesusahan dan dia datang diwaktu yang tepat. Malaikat penolongku.
"Nah kan beres" ucap Iqbaal sambil menyusun kertasnya
"Makasih ya" ucapku
"Iya sama sama, lain kali jangan pelupa" ucap Iqbaal yang kini tengah meminum minuman yang tadi ia bawakan untukku
"Hehe iyaa, abis olahraga raga ya?" tanyaku pada Iqbaal
Rambutnya basah oleh keringat tapi tidak melunturkan ketampanannya, aku menyisir rambut Iqbaal dengan tanganku. "Aku udah beres ko, kamu ganti baju aja" ucapku
"Bentar lagi deh" ucap Iqbaal sambil menyenderkan kepalanya dibahuku
Aku mengangguk, perpustakaan memang selalu sepi. Makanya sedari tadi aku lebih memilih mengerjakan tugas disini, ditambah dengan adanya AC yang membuat aku betah berlama lama disini. "Jadi ngantuk" ucap Iqbaal sambil menutup mulutnya yang tengah menguap
"Ish.. Jangan tidur" ucapku sambil menepuk nepuk pelan pipi Iqbaal
Iqbaal pun bangkit dari posisinya "Ayo kita ke kelas" ucapnya sambil mengambil tugasku
Aku mengikuti langkahnya yang keluar dari perpustakaan, malas rasanya jika sudah bertatapan dengan makhluk makhluk yang selalu ingin membuat masalah disekolah. Aku berusaha sebiasa mungkin, seramah mungkin agar tidak memiliki masalah dengan para makhluk yang ingin disebut kaka kelas itu.
"Kamu langsung ke kelas aja baal, biar aku ke atas sendiri" ucapku pada Iqbaal yang kini sudah berada di depan kelasnya
"Nanggung bentar lagi, lagian deket"ucapnya
"Serius engga apa apa, kamu ganti baju dulu aja ya" ucapku lalu mengambil kertas tugasku yang tadi ada di tangan Iqbaal
"Hati hati ya" ucap Iqbaal sambil tersenyum
Akupun melanjutkan langkahku untuk berjalan menuju kelas, dan segera menaikki satu persatu anak tangga. Namun langkahku terhenti oleh seseorang yang menghalangi jalanku.
"Permisi" ucapku
Namun dia tidak beranjak dari posisinya, sungguh menyebalkan bukan "Anak kelas berapa?" tanyanya sambil memasukkan kedua tangannya kesaku celananya
"10 Ips 2" ucapku dengan nada malas, ada apa sih sebenarnya orang ini
"Oh iya iya, mau gue anter ke atas? Kali aja lo udah lupa sama kelas lo" ucapnya sambil tersenyum
Sumpah sih ini males banget liat mukanya yang so akrab gitu, tau gini aku mending minta Iqbaal buat anterin sampe kelas.
"Engga usah ka makasih" ucapku dengan nada bicara sehalus mungkin. Sepertinya makhluk yang ada di depanku ini kaka kelas soalnya diliat liat dari mukanya aja emang udah keliatan tuaan dia dari pada aku
"Yaudah, siapa nama lo?" tanyanya lalu mengulurkan tangannya padaku
Ih ga jelas banget ini orang "(Namakamu) Adelia" ucapku dan membalas uluran tangannya
"Alvaro Maldini, panggil aja Aldi"ucapnya yang lagi lagi tersenyum
"Oh iya ka Aldi permisi ya aku mau lewat" ucapku sambil berjalan melewati Aldi yang sudah memberiku jalan
"Wess di, mau diembat tuh?" tanya temannya yang masih terdengar oleh telingaku
"Haha boleh juga tuh"
Aku hanya mendengus kesal, pasalnya ketika dia menghalangi jalanku guruku sudah memasuki kelas, dan dengan langkah yang terburu buru aku langsung melangkahkan kakiku menuju kelas.