Masih pagi udah ada aja yang bikin badmood. Engga badmood gimana coba, tadi Mika sama temen temannya itu ngomongin Iqbaal. Entahlah mereka ngomong apa aja tentang Iqbaal, saking asiknya ngomongin Iqbaal sampe sampe aku yang lewat depan mereka ga diliat sama sekali.
Harus banyak banyak sabar. Padahal hampir satu sekolah ini tau kalau aku itu pacar Iqbaal. Iya jelas mereka tau, orang kita berdua dari awal masuk suka bareng, terus Iqbaal setiap jam istirahat sering ke kelas aku. Kurang jelas apa lagi? Bahkan kita berdua pulang pergi pasti bareng, meski Iqbaal ada kerja kelompok atau apa Iqbaal pasti nyempetin buat anter aku pulang. Jadi yang masih engga tau kalau Iqbaal itu udah punya pacar ayolah apa kurang jelas perhatian yang Iqbaal kasih secara terang terangan sama aku? Entah itu Mika sama temen temennya pura pura gatau apa gimana.
"Males banget, pagi pagi udah ngedenger nama pacar sendiri disebut sebut sama cewe yang punya rambut kaya harum manis itu" aku agak tidak suka dengan Mika makanya aku sebut dia cewe berambut harum manis karena rambutnya yang agak mirip harum manis itu
"Hati hati loh" Melina menepuk bahuku
"Kenapa emang?" aku mengernyitkan alisku
"Mika sama temen temennya itu terkenal suka rebut cowo orang, iya sih image dia depan guru guru pasti bagus secara diakan berprestasi gitu ya terus cantik.. Tapi sayang sikap buruknya itu, dia suka ambil sesuatu yang bukan miliknya dan engga mentingin orang lain"
"Kata siapa ah? Masa iya?"
"Hello.. Satu sekolah udah tau kali, kudet banget sih lo (nam)"
Aku terdiam mencerna ucapan Melina "Bukannya nakutin ya, tapi hati hati aja. Gue percaya lah sama Iqbaal ga mungkin kepincut sama bule itu"
"Ah iya, semoga engga" aku berusaha menenangkan hatiku sendiri. Pasalnya apa yang tadi Melina katakan membuatku was was akan kakak kelas yang bernama Mika itu.
***
Saat ini semua guru sedang rapat, semua kelas otomatis kosong tidak ada jam pelajaran. Semua siswa/i keluar dari kelasnya dan berkumpul bersama teman temannya dikantin ataupun dilapang untuk menyaksikan pertandingan basket antar kelompok.
"Kantin yu, bosen ih dikelas diem mulu mana sepi lagi" ajak Melina
"Tapi... Takutnya Iqbaal kesini"
"Ah WA atau Line kek, lagian nantikan kita juga ngelewat ke kelasnya jadi sekalian aja bilang" Melina bangkit dari duduknya
Akupun mengikuti ajakan Melina untuk pergi ke kantin, lagian aku juga pengen dong kumpul kumpul sama temen gitu dikantin sekolah dan ngobrolin sesuatu.
"Heyy" sapa seseorang sambil menepuk pundakku
Akupun melihatnya "Eh hai" jawabku sambil menatap malas orang yang ada di depanku ini
"Mau kemana?" tanya dia
"Kepo banget sih" kali ini yang menjawab Melina bukan aku
"Heh.. Orang gue nanyanya sama (namakamu) bukan sama lo" seseorang itu sewot
"Udah ah, aku mau ke kantin" jawabku
"Kalau gitu gue ikut ya"
Dengan muka yang malas Melina menggandeng tanganku "Ngapain si lo ajak kakak kelas itu" bisik Melina sambil menatap ke arah belakangku
"Aku engga ngajak, dia langsung ikut"
"Ish.. Mukanya itu loh songong abis"bisiknya lagi
Aku pun melihat kakak kelas itu "Kak Aldi emang gitu kali"
"Oh namanya Aldi.. Tunggu.. Lo tau dari mana nama dia?" Melina mentap intens kearahku
"Ayolah mel dari nametag-nya aja udah jelas ada nama dia"
Melina terkekeh "Hehe engga liat"
Aku melihat kearah belakang, disana masih ada kak Aldi yang ngikutin kita berdua. Sebenernya dua curutnya pada kemana sih? Padahalkan mereka suka bareng terus bertiga. Lah ini?
Saat aku melewati kelas Iqbaal, aku melihat kelasnya yang lumayan sepi. Hanya terdapat beberapa murid saja yang ada di kelasnya dan aku tidak melihat tanda tanda keberadaan Iqbaal.
"Hai (nam)" sapa teman sekelas Iqbaal padaku
"Hai lagi rel" jawabku pada teman Iqbaal yang bernama Karel itu
"Nyari Iqbaal ya?"
"Ah engga, kebetulan aja lewat sekalian liat dia gitu"
"Yang bener ah?" goda Karel sambil menaik turunkan alisnya, nyebelin banget ga sih "Tadi Iqbaal baru aja keluar sama temennya"
"Oh gitu ya rel"
"Iya (nam), gue ke lapang dulu ya.. Bye"
Aldi yang mendengar pembicaraan ku dengan karel sedikit heran, sepertinya ia akan bertanya tanya siapa itu Iqbaal.. Dan benar sekali
"Siapa Iqbaal?" tanya kak Aldi yang kini langkahnya sudah sejajar denganku
"Pacarnya (namakamu)" yang jawab ini Melina bukan aku
Aldi mentapku dan akupun mengangguk "Iqbaal Dhiafakhri?" tanya kak Aldi
"Iya kak, kok tau?" tanyaku heran
"Hmm yalah gue tau"
Aldi langsung pergi meninggalkan aku dan Melina "Ga jelas banget anjir tuh cowo"
Melina menatap punggung Aldi yang kini sudah mulai jauh dari tempat kita "Iya mel aneh"
Kak Aldi yang tadinya biasa aja terus ngedenger nama Iqbaal langsung pergi gitu aja, kenapa ya dia? Ada yang salah emang dari ucapan aku dan Melina?