[ONE]

4.8K 206 12
                                    

Bulan Juli. Bulan yang identik dengan pertambahan angka di setiap jenjang pendidikan. Bulan yang selalu menjadi kebanggan setiap siswa disaat ia pertama kali menjejakkan kaki di tingkat yang baru.

Di bulan ini pun, perpisahan berganti dengan pertemuan. Kesedihan berganti dengan kebahagiaan. Namun, di bulan ini juga luka itu tersibak. Luka lama yang menganga lagi, sebelum sempat terkatup.

Setiap tahun, tak sepenuhnya kebahagiaan yang dirasakan, tak sepenuhnya tawa adalah bahagia untuknya, jauh didasar hatinya tersimpan luka yang mendalam. Tersimpan luka yang tak terobati, dan tak ada satupun yang bisa menyentuhnya. Termasuk dirinya sendiri, Kemalla Ayundya Putri. Gadis yang telah lama menyimpan segala lukanya dengan cara yang apik.

"Bun aku berangkat dulu ya. Assalamualaikum" pamit Malla dengan hormat pada Bundanya.

"Wa'alaikumsalam, hati-hati bawa motornya gausah kebut-kebutan,pulang sekolah langsung pulang ya de" sahut Bundanya yang hanya ditanggapi 'iya' dengan anggukan Malla.

"Bang, gue duluan!" teriaknya dari lantai bawah, berharap Juna yang masih asyik di kamar mendengarnya.

BINTANG

Berada di tempat yang baru, dan meninggalkan tempat yang lama.
Berada di suasana yang baru, dan menyimpan kenangan yang lama.
Orang bilang, tempat dan suasana yang baru bisa membuat kita melupakan yang lalu. Orang bilang, di tempat yang baru ini akan banyak pemeran pendatang baru yang hadir dalam kisah hidup kita. Orang bilang, pemeran pendatang baru bisa menggantikan pemeran lama yang telah lebih dulu ada dihidup kita.

Tiga tahun lalu, perpindahan ini pun terjadi. Segala sugesti yang orang lain katakan telah Malla rapalkan. Segala celotehan Juna dan sahabat-sahabatnya pun selalu ia ingat. Tapi hasilnya nihil.

Ia tetap di tempat. Masih di titik yang sama. Tanpa sedikit pun ia berpindah. Nyatanya, perpindahan hanyalah ilusi baginya. Nyatanya, ia belum melakukan perpindahan yang sesungguhnya.

Mungkinkah perpindahan keduanya ini, membuahkan hasil?
Mungkinkah perpindahannya kali ini membuatnya melangkah sedikit lebih maju dari titik sebelumnya?
Mungkinkah ia meneukan sosok yang tepat untuk mengobati lukanya?

BINTANG

Setiap meja sudah terisi dengan dua siswa yang berpasang-pasangan untuk satu tahun kedepan. Hanya tersisa satu, kursi sebelah Malla. Masih kosong hingga bel berdering.

'Ini seriusan gak ada yang mau duduk sama gue?' batin Malla menggerutu.

Tepat setelah salah seorang guru yang diyakininya adalah wali kelas XA memasuki ruangan, muncullah seorang laki-laki yang cukup atlestis dengan badan tinggi tegapnya.

"Maaf pak, saya telat" ucapnya sopan setelah memberi salam.

"Tidak apa-apa, silahkan duduk mas"

"Terima kasih pak" jawabnya sambil melihat sekeliling mencari bangku yang kosong.

"Hai" sapa cowo itu dengan senyum tipisnya.

"Hai" balas Malla canggung.

Kini semua bangku pun terisi lengkap. Semua siswa mendengarkan setiap penjelasan Pak Yadi dengan penuh perhatian. Setelah beliau bercerita sedikit tentang dirinya dan bagaimana sistem pembelajaran yang diterapkan, saatnya dilanjutkan dengan pembentukan pengurus kelas.

JATUH DALAM DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang