[FOUR]

2K 126 4
                                    

"gak usah diliatin mulu, awannya gak kemana-mana kok" sikut Gara menyadarkan lamunan Malla.
"apaan sih Gar"
"jadi, belum bisa move on dari Bian?" seketika suaranya berubah serius.
"udah lah, gak jaman Bian mulu" elak Malla
"jadi yang namanya gak jaman itu, masih simpen foto -fotonya di handphone ya" merebut handphone yang sedari tadi pegang Malla, yang sialnya menampakkan belasan gambar Bian di galerinya.
"Ih siniin si Gar, rese lo" berkali kali jurus tinjuan Malla pun beraksi di lengan Gara.
"jawab dulu makannya, dasar jones" katanya sambil menangkap dengan sigap kedua tangan Malla.
"gue tau, gue gak bakal bisa bohong kalo sama lo Gar. Sial" ucap Malla menyerah.
"haha Gara gitu. Udah cepet cerita" jawab Gara sembari menepuk pelan kepala Malla.

JDD

B

el istirahat pun berdering, Bian yang merasa sedikit aneh dengan sikap Malla belakangan ini mencoba menyusul Malla yang seolah menghindar darinya.

"Lla! Sebentar" tegas Bian terpaksa memberhentikan langkah Malla dan beberapa gadis yang bersama Malla.
"Kenapa Bi?" tanya Malla seolah tak ada yang berubah.
Bian memberi isyarat pada beberapa temannya yang bersama Malla untuk meninggalkannya berdua.
"gue duluan ya Lla, mesen tempat dulu. Yuk"
"yah bentar dong" lirih Malla dengan mata yang memohon agar tidak ditinggal berdua dengan Bian.
Saat ini, bukan suasana seperti sekarang yang Malla inginkan. Bukan sama sekali. Ia ingin menjauh, dan menata hatinya agar terbiasa dengan Bian, dan Tasya.

JDD

Laboraturium Kimia pun dipilih sebagai tempat mereka untuk diskusi. Berawal dengan keheningan, sampai akhirnya Bian mencoba membuka obrolan.
"apa kabar Lla?" lirih Bian canggung.
"eh? Iya baik, lo gimana? Sibuk banget berpetualang banget"
"iya baik juga kok, iyalah asik tau lo sih dulu gak ikutan"
"gak lah, buat apa kalau bikin nilai lo turun semua Bi"
"Sorry, itu kan gara-gara gue yang gak bisa bagi waktu aja Lla"
"iya mana bisa bagi waktu kalau bolos kelas sebulan." -sama cewe pula- batin Malla mengikuti.
"iyaiya gue salah. Terus, apakabar sama lo yang ngehindar dari gue seminggu ini?"
"hah? Ngehindar? Perasaan lo aja kali Bi" tanpa sadar, ia memalingkan wajahnya ke arah lain.
"gue peka banget dong berarti ya Lla?"

Malla tetap diam, dan enggan berucap. Ia hanya takut semua yang keluar dari mulutnya membuat semuanya semakin rumit.

"gue salah? Bilang aja Lla kalau gue ada salah sama lo" ucap Bian sambil menggenggam sebelah tangan Malla yang bebaa didepannya.
"ngga kok, gue lagi pms doang Bi. Duh gak usah baper lo, haha. Udah ah gue laper, kantin aja yuk" balas Malla ceria berusaha mengalihkan topik pembicaraannya.
"Lla, serius gak usah bohong deh"
"Amit -amit lo Bi, kerasukan apaan sih lo sebulam ini. Gak apa-apa Biaaaaann. Udah ah, gue kantin ya. Bye!"

"lega, akhirnya bisa lolos lagi gue dari lo Bi. Sorry, belum saatnya. Belum saatnya gue untuk jujur sama lo."

JDD

Mencintai dalam diam memang menyusahkan. Yang harusnya bisa terbalas, terlihat pun tidak. Membingungkan, entah harus bertahan atau meninggalkan.
Meninggalkan dan move on tentunya tak segampang itu. Bertahan pun tak sesederana itu. Banyak tahapan dan proses yang harus dilalui untuk berhasil dalam dua hal itu.

Banyak orang memilih untuk menjauh dan move on agar semuanya berakhir. Seperti halnya Malla saat ini. Ia berusaha sekerasa mungkin untuk terbiasa dengan Bian. Membiasakan degup jantungnya, membiasakan sorot kagumnya, membiasakan segala hal berbau jatuh cinta nya dengan Bian di depan Bian dan teman-temannya.
Sialnya, semua terasa sulit saat hati tak ikut bergerak. Percuma saja dengan usahanya, jika nyatanya perasaan dan mata tak bisa mengelak. Kedua hal itu tak bisa berdusta.

"Seganteng apa sih si Bian Bian itu Lla?" tanya Aya penasaran dengan cerita sahabatnya itu.
"bi..sa....ja" jawab Malla dengan mulutnya yang masih penuh dengan brownies lumer favoritnya.
"amit deh lo, telen dulu kek nyet"
"iya udah nih. Bawe lo mbing, enak tau. Oiya dia gak ganteng-ganteng banget kok. Biasa aja"
"kok lo bisa gagal move on gitu? Alay lo ah"
"taik lo. Lo kira move on segampang lo boker apa"
"boker juga susah kali nyet. Eh apasih jorok banget deh lo. Ini di cafe oon"
"bodo ah" sambil terus menghabiskan brownies dan cappucinonya.
"seriusan nih gue tanya, Kemalla Ayundya Putri sohib gue sampe mati, kenapa lo gak move on aja dari Bian. Pindah kek, Gara mungkin" perkataan Aya seketika membuat Malla menghentikan makannya.
"gini ya, Kanaya Azzahra, gak usah lo suruh kalau emang bisa udah dari awal gue suka sama dia Ya. Dari awal gue kagum sama dia yang bijak, tanggung jawab, pinter, humble, pokoknya semua baiknya dia deh. Tapi kalau hati belum bisa, mau diapain? Soal Gara, gue sama dia sahabatan doang kali. Anaknya juga gitu, gesrek kaya lo. Lagian, dia naksirnya sama temen gue bukan gue dodol"
"oke gue diem deh kalo lo udah bawa-bawa hati begitu. Tapi gue cuma gamau lo sakit terus Lla, gue pengin lo bahagia" lirih Aya memberi genggaman pada sahabatnya itu.
"terharu nyet, tapi lo tenang aja gue masih kuat kok. Gue bisa bertahan. Sampai saatnya nanti gue nyerah, gue janji lo orang pertama yang gue datengin buat minta tissue" jelas Malla yang diakhiri cengirnya.

JDD

Ting!

Gara : Keluar rumah sekarang. Gue di depan kaya orang ilang.

-

Halloooo, maafin ya baru update lagi. Lagi sibuk ujian soalnya, inshallah disempetin kalau lagi ada waktu ya. Terima kasih, maafkan ketelatan dan kesalahan author😢😳

JATUH DALAM DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang