Ting!
Gara : Keluar rumah sekarang. Gue di depan kaya orang ilang.
"ini orang gila" Malla yang sedang asyik membaca novel pun terpaksa menyudahi ritualnya di malam hari.
Dengan malas ia menuruni tiap anak tangga sambil terus mengeluh dengan kedatangan Gara.
"Mau kemana sayang?" tanya Bundanya ketika melihat Malla menuju pintu rumahnya.
"biasa bun orang ilang nyasar, sebentar ya bun"
Cklek.
Pintu dibuka lebar, dan menampakkan cengiran khas Gara didepan wajahnya.
"ngapain si lo? Diusir karena ternyata lo anak tiri? Atau karena lo anak durhaka?"
"kayaknya si yang kedua Lla" dengan wajah melasnya, Gara meminta agar dirinya diijinkan masuk.
"serius deh Gar. Mau ngapain kesini? Gue lagi sibuk tau" sambil berjalan dan menjatuhkan pantatnya pada sofa di ruang tamunya.
Gara pun membuntutinya dan ikut duduk di seberang tempat Malla.
"nih, buat nemenin acara sibuk lo yang sebenernya cuma baca-baca novel alay sampe nangis" kata Gara sambil menaruh sekotak martabak kesukaan Malla dengan rasa coklat keju di hadapannya.
"MashaAllah, martabak!"
"setau gue, kalau dapet rejeki ngucapinnya sih Alhdulillah Lla" sindir Gara sarkastik.
"ini kan bukan rejekinya yang gue liat, tapi keajaibannya, kagetnya gue kenapa lo tiba-tiba kesini bawain gue martabak" balas Malla sekenanya sambil merampas sekotak martabak tadi.
Dengan antusias, Malla memakan beberapa potong martabak itu dengan lahap dan mulutnya yang penuh.
"biasa aja Lla biasa aja makannya, kayak gak pernah makan martabak aja lo ah"
"brisik lo ah"
"gue gak dikasih barang sebiji gitu?"
"balik gondok pamali gak boleh dosa tau Gar"
"jahat lo, yaudah lah paling enggak air putih segelas gitu Lla?" kode Gara dengan melasnya
"ngerepotin banget sih lo jadi orang, yaudah tunggu bentar" ucap Malla setelah menelan potongan ke5nya.
"lo gue bawain martabak, gue cuma minta air putih udah dikata ngerepotin. Gesrek dasar" omel Gara lirih setelah Malla beranjak dari tempatnya.
"gue denger Gar" teriak Malla dari arah berlainan.
"mampus!" keluh Gara sambil menepuk jidatnya.
JDD
Buku catatan Malla masih kosong, tak satupun dari banyaknya tulisan yang memenuhi whiteboard itu ditulisnya. Ia masih dalam kegiatannya, melamun. Melamunkan serangkaian wejangan dari Gara semalam.
"Untuk apa sih terus-terusan bertahan kalau nyatanya dia gak liat lo?
Untuk apa sih terus-terusan nunggu buat orang kaya dia Lla?
Okay, di mata lo dia segalanya dia baik pinter inilah itulah bullshit lainnya. Tapi yang harus lo inget, dia gak pernah sekalipun anggap kehadiran lo disisinya itu spesial Malla. Dia selalu ngeliat dan ngejar cewe lain yang jauh di luar sana kan?
Please, berhenti. Untuk diri lo sendiri, untuk hidup lo, untuk mimpi lo, untuk orang orang yang sayang sama lo Malla""Lla ngikut kantin gak?" seru Nayla membuyarkan lamunan panjang Malla.
"lah kan masih jam pelajaran, mau bolos?" balas Malla yang masih belum sadar dengan sekitanya.
"halu ya lo, gue jamin dari pertama Bu Dwi masuk lo gak ngedengerin apalagi nyatet kan? Ini udah istirahat oon"
"masa sih?" seketika cengiran khasnya tercetak jelas, setelah melihat seisi kelas yang mulai sepi.
"dasar. Ikut gak? Buruan" ajak Zahra yang sudah berada beberapa meja dari tempat Malla.
Tanpa pikir panjang, Malla langsung bangkit dan menghabiskan waktu istirahatnya bersama beberapa temannya di kantin.
JDD
Berhenti. Inikah saatnya Malla untuk berhenti mencintai Bian? Saatnya Malla untuk menyiapkan hatinya terluka lagi? Tapi, seperti sudah tertusuk kaca yang dalam akan terasa sakit, apalagi saat kaca itu dicabut pasti terasa sakit juga namun setelah kaca itu terlepas, walapun membekas perlahan rasa sakit itu akan hilang dan memudar seperti sedia kala.
Malla hanya ingin membiasakan dirinya pada Bian, agar ia tak terlalu berharap dan menuntut. Ia hanya ingin dirinya merasa biasa saja terhadap Bian.
Musik masih mengalun lembut mengisi sepinya ruang ini. Dimana hanya ada Malla dan Bian di dalamnya. Siang tadi, setelah pulang sekolah Bian menahan Malla untuk tetap tinggal sebentar. Tapi sudah sekita setengah jam nyatanya belum ada yang memulai bicara, hanya ada suara musik yang sengaja diputar Nayla sebelum ia meninggalkan mereka.
Sedikit melirik ke arah Malla yang masih berpura-pura bermain gadgetnya, Bian seperti menimbang-nimbang sesuatu. Ia bingung untuk memulainya, tak tahu bagimana cara membukanya.
"ehm, Lla" Bian memecah diam mereka dengan sedikit ragu.
"iya Bi?" jawab Malla sambil menatap Bian sebentar.
"anu Lla, anu gue-"
"ya? Sa ae lo ah Bi gugup amat" ledek Malla agar merasa sedikit lebih santai, tidak seperti saat sidang skripsi.
Cengir khasnya pun langsung menghiasi wajah Bian, sambil membenarkan posisi duduknya Bian menyiapkan speech nya.
"jadi gini Lla, gue cuma mau ngomong kalau gue sama Chaca-"
Ucapan Bian terhenti ketika tanpa salam terlebih dulu Gara memasuki kelas dengan cepat. Seolah ia memang tidak mau Bian mlanjutkan ucapannya tadi. Tapi, siapa yang sangka?
"eh sorry Bi, tapi gue pinjem Malla sekarang ya. Bye" ucapnya yg langsung menarik tangan Malla dengan cepat.
Sesampainya di atap sekolah dengan kesal Malla menghentakkan tangannya. Sedikit membuat Gara tersentak sekejap sebelum akhirnya menyadari alasan Malla seperti itu.
"rese lo Gar" kesalnya sambil menatap lurus ke depan, masih berjalan ke tepi gedung.
"penting Lla penting"
"sepenting apasih, gak bisa emang nunggu bentar? Tadi tuh Bian kayak mau jelasin sesuatu Garaaa"
"iya tentang Chaca? Apa lo yakin lo mau denger penjelasan Bian tentang Chaca? Yakin gak bakal sok nangis nangis nggajelas lagi? Gak bakal ngambek di kamar gak mau makan lagi? Gak bakal mau-"
"brisik lo"
"Lla, gue cuma nggamau lo sesedih itu lagi" lirih Gara diakhirnya.
Maafkan saya menunda post ini lama sekali, maafkan saya part ini absurd. Maafkan saya lama bgt gak updet hehe.
Saya nggak mau janji2 lagi bakal cepet updet, tapi saya akan usahakan menyempatkan waktu saya untuk melanjutkan cerita ini.
Terima kasih untuk kalian yang sudah mau menyempatkan waktunya untuk membaca, terimakasih atas vote kalian juga.Regards, Sha
![](https://img.wattpad.com/cover/56211896-288-k207889.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JATUH DALAM DIAM
Teen FictionAku mencintaimu dalam diam Aku mengagumimu dalam pengabaian Hanya karena aku tak dapat menyatakannya bukan berarti aku tak menyimpan perasaan yang dalam Maka biarkan aku terus mencintaimu dalam diam, meskipun aku tau perasaan ini tak dapat terbalas...