[ SEVEN ]

533 42 2
                                    

Malam ini Malla sedang berada di sebuah taman, menatap langit yang sepi tanpa bintang sembari memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk merubah perasaannya. Dari yang selalu berdebar saat dekat dengan Bian, menjadi tak bergetar. Dari yang merasa pilu saat melihat Bian dengan perempuan lain, menjadi biasa saja.

Namun dua hari belakangan ini ia merasa goyah, kembali terbayang sorot mata Bian yang sendu saat menatap Malla.

'Apa dia mulai merasa kehilanganku? Apa dia mulai merasa membutuhkanku?' Pertanyaan-pertanyaan itu yang mengganjal dipikiran Malla dua hari ini. Hingga akhirnya sore tadi, ia menemukan jawabannya.

Jawabannya adalah tidak.

'Bian tidak merasa kehilanganku, apalagi merasa membutuhkanku. Buktinya saja, sore tadi dia sedang mengobrol asyik dengan Chaca di cafe dekat sekolah.'

Kejadian itu seolah kembali menamparnya. Sama seperti kata-kata Gara beberapa hari lalu yang menyadarkan Malla. 'Aku harus melupakan Bian' lirih Malla.

"Feeling gue selalu bener tentang lo" ucap Gara mengambil tempat disebelah Malla.

"Lo ngapain dah" balas Malla hanya dengan melirik cowok disebelahnya.

"Gini deh Lla, kita bikin aturan biar Lo cepet move on dari Bian" tawar Gara sambil mengubah posisinya menghadap Malla.

Yang diajak bicara pun akhirnya menatap Gara hanya dengan menaikkan sebelah alisnya, yang seolah berkata 'maksud lo?'.

"Sekali lo keinget sama Bian, lo push-up 20 kali"

"Gak sekalian Lo suruh gue muter lapangan 20kali?"

"Boleh, kalo Lo mau"

"Maksud gue, Lo harus ada punishment buat diri lo sendiri. Biar Lo gak mikirin Bian terus"

"Gue gak yakin Gar" balas Malla sambil menatap langit dengan sendu.

"Gak yakin bisa push-up? Lo dodol banget sih push-up aja gak bisa" ledek Gara yang berusaha membuat Malla kembali tersenyum. Jujur saja, Gara merindukan sosok Malla yang selalu ceria.

"Gara....gue gak yakin bisa ngelupain perasaan gue ke Bian gitu aja Gar. Hampir 3 tahun cuma dia yang bikin gue-"

"Sedih? Ya memang cuma dia yang bikin bahagia Lo hilang Lla"

Malla hanya tersenyum getir sembari mengarahkan pandangannya ke langit gelap diatas sana.

"Udah lah Lla, yuk pulang" ajak Gara perlahan.

Malla hanya menganggukkan kepalanya dan mengikuti langkah Gara menuju motornya. Ya, setelah mengetahui Malla tidak ada rumahnya, ia langsung mengarahkan motornya ke taman yang ada di dekat perumahan Malla.

Selama perjalanan, Gara memilih untuk diam dan sesekali melihat Malla lewat kaca spionnya. 'kenapa Lo terus-terusan nyakitin diri Lo sendiri lla?' 
Malla masih tetap diam, walaupun ia sudah tak semurung tadi, tapi Gara tau tetap ada sorot kesedihan dimatanya.

***

"Akhirnya kita sampai Lla setelah melewati perjalanan yang sangat melelahkan"

"paling cuma 200m curut"

"memang gue bilang jauh? kan gue bilangnya melelahkan, budeg si lo"

"tau ah. ngapain masih disini? iya, ntar gue kasih bintang 5 deh buat lo"

"si kampret dikata gue babang  gojek"

"mirip"

"sialan. ohiya lusa ada festival makanan kan? gue tau sih lo pasti bakal ngajak gue buat kesana. tapi sayang," ucap Gara dengan wajah nan polos yang dibuat-buat.

"sayang kenapa?" jawab Malla karena Gara seolah menggantungkan kalimatnya.

"gak apa apa sih yang, tapi aku mau nungguin kucing aku lahiran dulu ya baru kita berangkat"

"ih sumpah najis lo Gar! pulang atau gue teriak maling nih?!" teriak Malla sambil memukul Gara yang masih stay di motornya.

"hahaha, iyaiya gue pulang. inget, perjanjiannya mulai berlaku setelah gue pulang. wassalamu'alaikum!" teriak Gara sembari meninggalkan rumah Malla.

"assalamualaikum, bego!" balas Malla kesal. "sebentar, perjanjian? seeinget gue, gue belom bilang deal"

JDD

Katanya, perjuangan selalu membuahkan hasil yang sesuai dengan usahanya. Katanya, penantian akan terbalaskan pada waktu yang tepat.

Lalu, mengapa yang terjadi setelah semua usaha yang dilakukan dengan waktu tak sebentar itu tidak mendapatkan hasil yang sesuai?

Apa ini belum berakhir? Atau mungkin memang semua 'katanya' itu tidak benar?

"maaf Bi, sepertinya aku menyerah sekarang" lirih Malla sambil menatap foto Bian yang masih tersimpan rapih dengan pigura hitam di meja kecilnya.

***

"Wah kayaknya ada yang lagi bahagia nih, kenapa? Kelinci Lo beranak lagi?" selidik Gara ikut bahagia melihat wajah sahabatnya itu sudah mulai kembali ceria.

"Iya Gar, beranak 20 tadi Subuh"

"Serius 20?!"

"Dodol Lo, mana mungkin"

"terus kenapa? Menang togel ya looo!!"

"Iya menang 5 milyar" kesal Malla akhirnya.

Gara akhirnya tertawa dan mencubit gemas kedua pipi Malla karena melihat Malla yang mengerucutkan bibirnya kesal.

"GAR!! SAKIT TAUUUU"

"gue seneng lla akhirnya Lo bisa ceria lagi" ucap Gara dengan tulus.

"iya bawel Lo lah, ayok ke kelas"

Disana, tepat arah jam 10, seseorang melihat keakraban Gara dan Malla yang sangat kentara. Ia merasa bahwa dirinya benar-benar menyesal dengan keadaan saat ini, dimana ia yang sekarang seperti asing untuk Malla.

"maaf lla, aku baru menyadarinya sekarang"

-
-

Assalamualaikum!
mohon maaf karena cerita ini tertunda 2tahun hehehe, mohon maaf juga untuk kelabilan diri ini yang kemarin2 malah menghilang  dari dunia per wattpad an :)

sungguh, terimakasih untuk kamu yang pernah membaca, atau bahkan tentunya untuk kamu yang masih setia membaca, terimakasih banyak :))))

btw, kalian tim #MallaBian atau #MallaGara nih?

vomment jangan dilupakan!🖤

-semoga setelah ini, saya rajin melanjutkannya ya-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 02, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JATUH DALAM DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang