Eavesdrop

44K 5.7K 208
                                    

Eavesdrop


#12


Aku merengut ketika melihat kertas berisikan daftar urutan ranking paralel murid. Aku mengepalkan tanganku erat-erat seraya memejamkan mataku. Berusaha untuk merilekskan diri. Atau berpura-pura sabar.

"Lihat, apa kubilang," Jungkook bersuara dibelakangku, "kau butuh waktu 100 tahun untuk bisa mengalahkanku haha," ujarnya seraya tertawa senang.

Menyebalkan sekali. Aku hanya mendengus, kemudian menarik Yeri pergi dari depan mading sekolah. Meninggalkan Jungkook dan ke dua temannya yang sibuk menertawakanku.

"Aku heran. Padahal kerjanya di rumah Cuma main-main. Belajar juga hanya sebentar. Kok dia bisa juara 1 sih?" sungutku kesal, ketika di kelas.

Aku berani berkata begitu keras-keras karena tak ada siapa-siapa sekarang. Di jam istirahat begini, semua orang pasti masih di kantin. Atau mungkin masih nongkrong di depan mading seperti Yeonso dan Eunhwa. Meratapi nasib mereka yang mendapat nilai jelek.

"Kau lupa kalau dia memang golden student di sekolah ini?" celetuk Yeri. Ini semakin membuatku geram. Kenapa dia jadi membela Jungkook!

"Emas apanya. Suka gali emas alias ngupil sih iya!"

Aku mengeluarkan bukuku dari dalam tas dan berusaha untuk belajar. Aku baru menyadari kalau nilaiku akhir-akhir ini---

"Kau marah karena ranking dan nilaimu merosot ya?"

--nah. Ini dia. Ini salah satu faktor yang membuatku kesal.

"Dan kau juga marah karena murid kelas 11 merebut ranking 2 mu?"

Oh, aku marah sekali, Yeri. Sangat.

"Dan kau tidak terima karena dengan begitu, harga dirimu semakin jatuh di depan Jungkook?"

"Iya, tebakanmu benar semua. Meski sebenarnya ada 1 hal lagi yang menjadi alasan utama kenapa aku begitu kesal." Kataku. Yang hanya disambut oleh kekehan kecil Yeri. Ia duduk disebelahku dan menepuk pundakku dengan keibuan.

"Kau hanya iri. Sudahlah, ranking 3 juga tidak buruk. Aku masuk 20 besar saja sudah bersyukur sekali," Yeri meringis.

Hmm. Ia benar. Seharusnya aku lebih bersyukur. Tak lama, bel sekolah berdentang, dan murid-murid kembali berhamburan untuk masuk. Tak terkecuali Jungkook. Sebelum ia duduk di bangkunya yang berada tepat di belakangku, ia mengerlingkan sebelah matanya padaku dan menyeringai kecil.

Ugh. Membuatku jadi sebal.

Ngomong-ngomong, aku dan Jungkook mungkin sudah berbaikan. Mungkin.

Ia tidak meminta maaf padaku, tapi kami sudah mengobrol seperti biasa. Dan bertengkar seperti biasa. Ia juga sudah mengikuti ujian susulan dan yang mengejutkanku, ia malah mendapat posisi 1.

"Sesuai janji kita semalam," Jungkook berbisik di belakangku. "kau kalah taruhan. Berarti, malam ini kau harus menraktirku di restauran mahal!"

Aku mendengus. Lihat, sebenarnya yang paling membuatku marah adalah ini. Aku kalah taruhan. Sial. Tahu begini aku tidak bertaruh padanya. Sia-sia saja uangku.

Semalam, ia mengajakku taruhan. Kalau aku mendapat juara 1, ia akan menjadi pembantuku selama seminggu dan ia yang akan bertugas membeli bahan makanan. Kalau aku kalah, aku harus menraktirnya di restauran.

Aku, saat itu tentu saja menolak. Aku ranking 1 pararel saja jarang, bagaimana mungkin aku mengalahkan jenius idiot seperti dia? Dan, aku tidak ingin membuang uangku percuma.

THE PRANK (jungkook fanfic) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang