Tragedi

52 2 0
                                    


Sesampainya di rumah bapak itu.

"Nak, ayo sini makan dulu". Seru ibu yang baik mengurus Risel tadi.

Risel pun makan bersama dengan keluarga itu. Tidak nampak sebuah keluarga yang biasa dipenuhi hiasan rumah dengan foto anak hanya terlihat foto pernikahan mereka berdua saja, Namun Risel hanya diam dan tetap meneruskan makan dengan rasa anehnya itu.

" Nak, sebenarnya siapa nama lengkapmu?". Tanya bapak itu.

"Namaku Risel Anisa Maryam suharja". Sahut Risel sambil meneruskan makan.

"Nama yang indah, nama bapak Anfi dan ini istri saya namanya Ratna. Kami memang tinggal hanya berdua walau sudah 5 tahun menikah memang belum diberi karunia dari Tuhan seorang anak. Hingga bapak senang sekali mengajar dimasjid bertemu dengan anak-anak merasa lebih dekat dengan mereka, maka saat kamu mau tinggal disini untuk sementara waktu kami merasa senang walau hanya untuk semalam kamu tinggal". Cerita bapak Anfi.

" Aku tidak ingin pulang pak, jika diperbolehkan aku ingin tinggal disini aja!". Risel memohon sambil menampakan wajah sedih.

"Boleh saja nak, tapi orang tua mu harus tahu kalau kamu ada disini". Seloroh bapak Anfi.

Risel tersenyum sembari mengangguk. "Baiklah".

" Dimana sekolahmu ? biar bapak cari informasi tempat tinggalmu dari sana jika kamu tidak tau". Tanya bapak Anfi.

"di SDN Pelangi 1". Jawab Risel.

"wah lumayan jauh, yasudah besok bapak akan kesana. Sekarang habiskan makananmu dan istirahatlah kamu terlihat sangat lelah". Ucap Bapak Anfi sambil mengelus kepala Risel.

Risel pun selesai makan dan lalu pergi tidur ditemani oleh ibu Ratna.

*****

"Anak itu masih tidur?". Tanya Anfi kepada istrinya.

"Iya mas, tidurnya tidak nyenyak dari semalam dia mengigau, aku pun tidak bisa tertidur saat menemaninya". Sanggah Ratna.

" kasihan anak itu, baiklah aku pergi dulu kesekolahnya. Jaga anak manis itu ya sayang". Kecupan mesra dikening istrinya sebelum Anfi pergi.

Saat diperjalanan handphone Anfi berbunyi, ya ternyata ada salah satu rekan kerjanya menelponnya. Anfi pun mengangkat telpon itu sambil berjalan. Hingga hampir sesampainya dia disekolah Risel. Dia harus menyebrang terlebih dahulu. Tanpa melepaskan genggaman telpon itu.

"Braaakkkk...!!". Suara tubuh Anfi tertabrak hingga terpental 2 meter.

Para warga menggerubungi Anfi yang berlumuran darah disekujur tubuhnya. Si penabrak pun kabur.

Tak ada yang mengangkat tubuh pak Anfi mereka hanya mempertontonkan saja.

Lalu ada seorang bapak-bapak yang menengok kearah lokasi kejadian, saat dia melihat keadaan pak Anfi yang sudah berlumuran darah.

" Ayo dibantu ! Jangan di tonton saja ! Kita perlu membawanya kerumah sakit !". Serunya sambil mengangkat tubuh pak Anfi.

Bapak-bapak itu berlari dan menghentikan salah satu mobil yang melintas dijalan meminta pertolongan untuk membawa pak Anfi ke rumah sakit. Hingga dibawanyalah kerumah sakit.

Sesampainya dirumah sakit bapak-bapak itu langsung membayarkan segala adminstrasi pak Anfi tanpa menghiraukan bahwa uang itu gaji untuk biaya hidupnya.

Hampir setengah jam operasi yang dilakukan dokter karena banyak sekali darah yang keluar namun stock darah golongan darah pak Anfi (A) saat itu dirumah sakit sedang habis.

Hingga akhirnya pak Anfi mengalami kritis.

Sedangkan situasi dirumah.

Ratna yang sedang memasak makanan kesukaan suaminya itu sedang berbincang dengan Risel dan memotong sayuran, tanpa disadari Ratna memotong namun menggores jarinya dengan pisau tajam itu, hingga banyak darah yang keluar menetes pada tangannya itu.

Setibanya Ratna mengambil kotak obat, telpon rumah berdering. "Ring...ring...ring...".

" Apa!!!!?". Sentak Ratna kaget dan gagang telpon itu terjatuh. Tubuhnya lemas tak berdaya dengan pandangan kosong tak percaya mendengar berita buruk tentang suaminya.

Risel pun berjalan kearah Ibu Ratna dan bertanya "ada apa bu?".

Ratna pun hanya menangis dan segera mengambil tasnya tanpa menjawab pertanyaan Risel.

"Ayo, Risel ikut ibu !!". Ajak Ratna sambil menggandeng tangan Risel.

Muka Risel Berubah penuh dengan kekhawatiran " kita mau kemana bu?".

"Ke rumah sakit nak!". Sambung Ratna yang berjalan begitu cepat nenuju halte bus.

" siapa yang sakit bu?". Sahut Risel.

"Bapak Anfi kecelakaan". Ujar Ratna dengan membendung air mata diperjalanan.

"Tuhan, berikan keselamatan pada bapak Anfi, jagalah dia... Berilah kemudahan padanya". Risel berdoa dalam hati.

Setelah Ratna dan Risel tiba dirumah sakit mereka langsung mengarah pada ruang ICU di samping lorong gedung rumah sakit itu. Disana ternyata ada seorang bapak-bapak yang menolong bapak Anfi masih menunggu proses operasi.

" Ayah?". Sentak Risel kaget melihat ayahnya didepan ruangan UGD.

"Risel...". Sahut Ayah Risel yang kaget melihat Risel yang sejak kemarin tidak dilihatnya.

" Jadi... Ayah yang menabrak pak Anfi? Sungguh keterlaluan !". Risel menyela sambil melihat dengan rasa kesal.

"Bukan nak, dengarkan penjelasan ayah !".  Suharja  menatap anaknya sambil menggapai tangannya.

"Ayah, sudah melukai ibuku sekarang melukai keluarga yang membatuku ! Mengapa ? Ayah jahat !". Teriak Risel lalu berlari kearah luar lorong.

"Risel!!! Tunggu!!". Seru ayah.

" jadi bapak ayahnya Risel dan kini bapak menabrak suami saya? Begitu teganya !". Suara kesal Ratna yang melihat ayah Risel.

"Dengarkan penjelasan saya bu.. Mari kita berbicara secara baik-baik". Tanggap ayah Risel mencoba menceritakan kejadian.

Sekitar 5 menit ayah Risel menjelaskan kejadian dan Ratna pun meminta maaf sudah salah paham padanya namun Risel pun sudah pergi dan ayah Risel mulai berlari kencang mengejar Risel.

" Risel !! Anakku !!! Risel !!". Teriak ayah Suharja sambil mencari kebingungan.

Sampai ia menemukan Risel sedang menangis di taman rumah sakit dia pun mendekati Risel.

Namun Risel enggan melihatnya.

"Maafkan ayah sel, ayah tau ayah salah selama ini. Sampai kamu pergi meninggalkan rumah". Dengan perlahan ayah duduk disamping Risel.

Risel tidak bicara sepatah kata pun pada ayahnya walaupun ayah mulai menjelaskan kejadian peristiwa tabrakan pak Anfi.

"Risel, ayo pulang!". Ayah memohon sambil megenggam tangan Risel.

Sentak Risel menyingkirkan tangan itu dengan bisu seribu kata.

"Risel, Ayah dan ibu sudah menyesal. Pulanglah...". Ajakan ayah sambil nemohon dengan wajah sendu.

Risel hanya diam, dan mulai bangun beranjak kearah ruang UGD kembali lalu meninggalkan ayahnya ditempat duduk taman itu.

Sampai NantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang