Ku syukuri nikmat mu Tuhan
Bagai sebatang kara hidupku
Tak dapat ku percayai lagi
Hidup dalam kegelisahan dimasa dini,
Menerima begitu sulit dan tak percaya walau aku tau itu lebih baik namun hati berbisik Semua hanya kepalsuan.
Ku rasa aku bagaikan kesialan bagi setiap orang yang ku sayangi, sungguh salah kah aku?
----Akhir-akhir minggu ini ku lewati hari dirumah pak Anfi menemani ibu Ratna, sudah biasa ku tidur dipangkuannya, bagaikan dia ibu kandungku.
Sejak semalam hati dan akal ku beradu dalam jiwaku,
Memikirkan tentang perkataan ayah, bahwa ayah telah berubah dan kembali bersikap baik pada ibuku lalu mengapa aku masih marah padanya? Dia ayah ku, ayah kandung ku.. Setidaknya dia pernah merawatku.Lalu kali ini, apakah sebuah kebenaran dia berubah?
"Sel, kenapa kamu bengong?". Tegur bu Ratna sambil mengelus rambutku.
" Aku gk bengong ko umi, hehehe lagi liat lampu aja". Sahutku.
"Sel..?". Panggilnya suara lembut.
" iya mi? Ada apa?".
"Apa kita sudahi saja ini sel, mungkin sudah tak ada lagi harapan, Suami ibu, jika tidak ada harapan sembuh lebih baik kita sudahi saja".
" umi, ngomong apa sih? Sudahi apanya mi?". Celetuk Risel.
"Sudahi pembiayaan rumah sakitnya, kasian ayah kamu sel yg membiayainya, jika dia pergi ibu sudah ikhlas".ucap bu Ratna sambil menangis.
"Gapapa bu, selama ayah ku kuat, lagi pula semua karna kebaikan umi sama abi yg baik mengurus dan menjagaku".
" tidak nak, umi ???". Kalimat terpotong terucap dari bu Ratna.
"Umi, knp?".
Bu Ratna bergegas pergi,
**
Sementara itu bu Ratna ke kamar dibalik kamar dia menangis tanpa suara.
Tokk.. Tokk.. "umi???!! Umi??!! Kenapa? Umi lelah menemaniku? Umi tidak ingin bersama ku lagi?" teriaknya sambil mengetuk pintu.
Suara rintihan dan tangisan terdengar lirih.
"Umi jawab mi, semua ini karna aku ya mi? Aku yang salah, aku mi? Aku yang datang dikehidupan umi dan abi sebagai anak yang tidak jelas menikmati kasih sayang kalian... yang begitu berharga.. bagiku, sungguh jika pertemuan ini menimbulkan kesialan bagi umi dan abi aku harap semua ini tidak terjadi dan tak ada pertemuan ini seharusnya mi". Teriak risel dibalik pintu kamar bu Ratna.
"Semua ini mungkin karna aku. Ya aku yang salah kini umi jadi menderita, kecelakaan itu akibat aku dekat dengan keluarga mereka, ouuhh .. Mengapa aku menjadi sebuah kesialan tuhan dimana pun ku berada sungguh, mengapa ini terjadi, aku begitu ahhk !!!!". Batin Risel.
Risel pergi dan beranjak keluar.
Risel berjalan kearah taman
Melihat sebuah ayunan kosong ditengah kesunyian malam.Malam itu menunjukkan pukul 21.16pm, sedangkan Risel duduk dibangku ayunan itu sambil menunduk melihat tanah.
" Hikks.. Hikss..". Tangisnya terdengar lirih.
"Sutth... Sutthh..". Suara aneh.
" suutth..!". Terdengar lagi.
Namun Risel masih tak menghiraukannya, dia masih menangis di tempat itu.
"Malem-malem gini ko ada diluar sih, sambil konser lagi. Sepertinya baru dapet bom atom nih". Celetuk suara yang mendekati Risel.
Risel mengangkat kepala mulai mencari sumber suara.
" jangan khawatir kamu aman ko, udah bomnya udah meledakan sampe buat hati kamu sedih". suara itu lagi terdengar.
Tengok Risel kearah belakangnya. "Ryan?".
" ternyata seorang Risel Mariyam Suharja menangis ditengah malem gini sendirian tanpa rasa takut, ehh salah konser di taman deng dimalam hari". Celetuk Ryan.
"Apa sih yan, km ngapain kesini?". Sahut Risel mengusap air matanya.
" aku? Aku disini tadi lewat aja sih... abis main ps dirumah Seno eh pas lewat taman ada yang konser ya aku tonton lah orang gratis". Jawab Ryan.
"Hmm, gitu ya.. Yaudah kamu pulang yan".
" pulang? Kamu disini sendirian? dan aku tega ninggalin kamu gitu? Seorang Risel yang belain aku didepan geng G5 ohh setega itukah aku?". Ujar Ryan.
"Aku masih lama disini yan". Lirih Risel menjawab.
" gapapa, aku tungguin sel".
"Gak usah, kamu pulang sana nanti cariin mamah kamu yan". Tegur Risel.
" Risel jam segini mamah ku belum pulang, dirumah aku sepi ayah sama mamah tuh sibuk sel".
"Pantes aja kamu kelayaban mulu sama aja kaya aku, ayah ibu selalu pulang larut malam". Ujar Risel
"tapi, kamu sekarang kan enak sel punya papa mama baru, itu aku denger-denger gosip kamu punya ayah ibu lain, ehh maksud aku kamu diangkat anak sama orang lain". Sahutnya.
" Iyah yan, tapi aku ini hanya memberi hidup kesialan bagi mereka disekelilingku".
"Sembarangan!!". Semburr Ryan menoyor dahi Risel.
" Hey!!". Mengusap wajah Risel. "Kamu, jangan gitu.. Kamu cewe yang kuat si pemberani, buktinya kamu bisa nyelametin aku dari G5 selalu ceria yah sel, jangan mikir yang aneh-aneh kita harusnya nikmatin hidup sel, jangan gitu ahh.. Biarin aja semuanya berlalu itu takdir sel, sekarang kita pulang yuks!". Rangkul Ryan.
" Risel ayuks!". Tarik tangan Ryan.
"Sel...??". Tegur Ryan.
" Ayo...!!! Sel, aku denger-denger suka ada anjing yang berkeliaran, kamu mau diganguin anjing?".
"Sel, ayo.... ". Mendorong Risel agar bangun dari ayunan.
Risel pun bangun.
" Yan..?". Lirih Risel menyaut.
"Iya sel, ayo pulang!". Seru Ryan.
" Tunggu". Risel tertunduk mengusak air mata.
Ryan menghadap wajahnya pada Risel.
"Udah aku bilang kita masih harus menikmati hidup sel". Usap Ryan ke wajah Risel.
" Tunggu..". Sahut Risel.
"Sel...?".
Shuuuttp..
Peluk Ryan-
" aku tau, dibalik semua yang kamu alami begitu cepat kamu lalui seumuran anak kecil, tapi kamu adalah Risel yang aku kenal sebagai penyelamatku, aku pula akan jadi penyelamat kamu, cukup sel, lupakan penderitaan itu.. Kita bangkit, nikmati masa ini sekarang kita pulang yah". Bisik Ryan mendekap Risel.
Risel hanya diam tak berkomentar, dan Ryan mengantarkan Risel pulang kerumah ayah ibu kandungnya.
Sepanjang jalan ryan menggenggam tangan Risel.
Sampailah didepan rumah.
Ayah Risel melihat dari balik kaca kamarnya.
"Itu Ryan anaknya pak Ryon yah mah". Sahut ayah dibalik jendela.
" iya tuh kayanya, ngapain itu?".
"Kayanya nganterin Risel deh mah".
" mah Risel tumben pulang kesini, yaudah pintu depan dibukain mah, biar Risel masuk".
Setelah berpamitan dengan Ryan Risel masuk kerumah.
Dia bergegas mengetuk pintu.
Assalamualaikum, Tokk.. Tokk..
"Nak, ayo masuk.. ". Sahut ayah membuka pintu.
Risel langsung pergi kekamar tanpa melihat wajah ayahnya.
****
Hey, maaf ya kalau ceritanya aneh. Butuh saran tentang cerita ini, bantu vote juga ya.
Terima kasih telah membaca
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Nanti
RandomMenunggu hingga waktu yang terlewati tidak hilang dengan sia-sia. Maka kesabaran yaitu inti dari jawab ini.